Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

"Aceh Agro Learning Center", Ide Cerdas Majukan Petani Aceh

28 Agustus 2017   13:03 Diperbarui: 29 Agustus 2017   22:03 2657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
drh. Ahdar, MP, dua penggagas AALC (Doc. FMT)

Upaya untuk mencerdaskan dan memberdayakan petani Aceh, terus dilakukan oleh pemerintahan Gubernur Irwandi Yusuf dan Wakil Gubernur Nova Iriansyah. Pemimpin baru di provinsi yang ada di ujung barat Sumatera ini memang cukup komit untuk meajukan pembangunan pertanian di Serambi Mekkah ini.

Salah satu upaya yang sedang digagas dan akan segera direalisasikan adalah pembangunan Aceh Agro Learning Center (AALC) yang direncanakan sebagai wahana pembelajaran dan pemberdayaan petani Aceh sekaligus pusat pengembangan agrowisata yang berskala internasional.

Konsep AALC sendiri mengadopsi ide serupa yang sudah dilaksanakan di negara Thailand, di mana pusat pebelajaran petani di sana, sekarang sudah menjadi 'rujukan' bagi para petani di kawasan ASEAN. Seperti Hoob Krapong Learning Center yang ada di Distrik Khao Yai ini, di desa yang agak jauh dari pusat kota ini, telah dibangun sebuah pusat pembelajaran petani berskala internasional yang tidak hanya dimanfaatkan oleh para petani dari Thailand saja, tapi juga sering menjadi tempat magang bagi para petani dan juga sering menjadi tujuan studi banding pejabat dari beberapa negara ASEAN termasuk Indonesia. 

Di tempat ini disediakan lahan, laboratorum dan museum pertanian pada areal seluas lebih dari 200 hektar yang bisa dijadikan wahana pembelajaran tentang budidaya Asparagus, sapi Perah, Sauran Organik, beragai jenis rumput Hijauan Makanan Ternak dan juga pusat mekanisasi pertanian. Di sini, petani juga bisa belajar bagimana mengelola kelembagaan kelompok tani dengan manajemen pertanian modern dan bagaimana kekompakan para anggota kelompok disana dalam mengelola usaha tani secara bersama.

Ada lagi Chuang Hua Man Royal Project, wahana yang juga menjadi pusat pembelajaran petani ini malah berada di dekat pusat kota dan dikelola oleh keluarga kerajaan Thailand. Di atas lahan seluas kurang lebih 40 hektar ini, para petani dari berbagai daerah dan negara bisa belajar intensif tentang budidaya pertanian organik. Berbagai instalasi pertanian organik telah dibangun oleh Raja Bhumibol Adulyadej di tempat ini, karena bagi keluarga kerajaan, penggunaan bahan kimia apalagi yang bersifat racun merupakan sebuah pantangan.

Selain menjadi tempat pembelajaran petani, tempat ini juga dikenal sebagai lokasi agrowisata yang banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai negara. Di areal pertanian terpadu ini, juga terdapat areal perkebunan yang dipadukan dengan peternakan sapi modern. Energi listrik yang digunakan oleh petani dan pengelola lokasi ini yang bersumber dari kincir air juga menjadi salah satu daya tarik tempat ini.

Menurus seorang agro entrepreneur yang cukup dikenal di Aceh, Muslahuddin Daud yang juga salah seorang penggagas AALC, wilayah Aceh juga memiliki potensi untuk dijadikan pusat pembelajaran petani yang representatif. Dengan potensi lahan yang sangat luas dengan kondisi tanah yang yang subur dan agroklimat yang sangat mendukung, sangat memungkinkan Aceh dijadikan sebagai pusat pembelajaran petani berskala internasional, karena menurut Mulahuddin, saat ini petani Aceh masih jauh tertinggal baik dalam teknologi budidaya maupun manajemen kelembagaan petaninya, dan perlu dicerdaskan dan diberdayakan agar pertanian di daerah ini lebih maju dan petani lebih sejahtera, dan untuk itu perlu dibangun sebuah wahana pembelajaran bagi mereka.

"Dibandingkan dengan Thailand, potensi pertanian di Aceh sebenarnya jauh lebih baik, namun karena petaninya belum diberdayakan secara optimal, sehingga pertanian Aceh sampai saat ini masih tertinggal, salah satu upaya untuk memberdayakan petani adalh dengan membangun pusat pembelajaran pertanian yang bisa dijadikan sebagai pusat informasi dan transpformasi pertanian bagi para petani," ungkap Muslahuddin beberapa waktu yang lalu.

Ketertinggalan di bidang pertanian, petani yang belum 'cerdas', serta manajemen kelembagaan petani yang masih sangat konvensional, itu yang kemudian menginspirasi beberapa tokoh, pakar dan praktisi pertanian seperti Muslahuddin Daud, drh. Ahdar, MP, Haburrahman, M Sc, dan Muhammad Amin, SP, MP menggagas pembangunan AALC di Aceh. Gagasan tersebut langsung direspon oleh Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, dan kemudian memerintahkan kepada para tokoh tersebut untuk membuat tim perencana.

Kapasitas para tokoh itu sudah tidak diragukan lagi, Muslahuddin Daud misalnya, selain sebagai pengusaha dan pemerhati pertanian yang sudah melanglang buana ke berbagai penjuru dunia, juga pernah menjabat Divisi Pengembangan Pertanian di Word Bank. Drh Ahdar, MP, yang saat ini menjabat Kepala Balai Diklat Pertanian Aceh, juga merupakan sosok pemerhati pertanian yang sangat konsens dengan pembangunan pertanian di Aceh. Berkat gagasannya, di kawasan Saree kini sudah berdiri Farmer Agro Market dan pusat pelatihan hidroponik yang cukup reperesentatif.

Gambar 2, Muslahuddin Daud
Gambar 2, Muslahuddin Daud
drh. Ahdar, MP, dua penggagas AALC (Doc. FMT)
drh. Ahdar, MP, dua penggagas AALC (Doc. FMT)
Habiburrahman, M Sc, salah seorang pejabat di lingkungan Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, merupakan pakar pertanian yang sudah banyak berkiprah untuk memajukan pertanian di Aceh. Beliau sering menjadi konseptor kebijakan pertanian yang kemudian diterapkan oleh pemerintah provinsi Aceh. Begitu juga dengan Muhammad Amin, SP, MP, kapasitasnya sebagai Kepala SMK PP Saree, membuatnya sering melakukan inovasi di bidang pertanian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun