Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Traktor "Didandani" untuk Ikut Karnaval

19 Agustus 2017   12:42 Diperbarui: 20 Agustus 2017   20:26 2289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberhasilan para petani di dataran tinggi Gayo, Aceh Tengah dalam meningkatkan kualitas dna produktivitas berbagai komoditi pertanian selama beberapa tahun belakangan ini, juga menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan jajaran Dinas Pertanian dalam melakukan pembinaan, pendampingan dan pengawalan kepada petani dalam melakukan aktifitas usaha tani. Dalam empat tahun terakhir, menurut data statistic pertanian yang ada, telah terjadi peningkatan produktivitas beberapa komoditi pertanian di kabupaten yang berada di sela-sela perbukitan berhawa sejuk ini. Komoditi padi misalnya, yang sebelumnya hanya mampu berproduksi sekitar 4 ton per hektar dengan benih lokal dan cara konvensional, kini setelah menggunakan benih unggul dan pola tanam jajar legowo (jarwo), produktivitasnya melonjak drastis menjadi 7 -- 7,5 ton per hektar. Begitu juga dengan komoditi pertanian lainnya seperti cabai, bawang merah, kentang, tomat, kol, wortel dan lainnya, juga mengalami peningkatan baik dari luas areal maupun produksinya.

Kopi arabika yang selama ini menjadi komodti andalan Aceh Tengah juga tidak luput dari pembinaan intensif yang dilakukan oleh jajaran dinas Pertanian melalui para penyuluh pertanian, sehingga kualitas dari Kopi Gayo kini mendapatkan pengakuan dunia sebagai kopi arabika terbaik. Demikian juga komoditi hortikultura seperti jeruk keprok, alpukat dan nanas, eksistensinya mulai mendapata pengakuan secara nasional. Jeruk keprok Gayo, alpukat Gayo, nanas Pegasing dan bawang merah Lut Tawar merupakan empat komoditi hortikultura yang kualitasnya sudah diakui secara nasional melalui kontes hortikultura pada tahun 2017 ini.

Namun keberhasilan para petani dan jajaran Dinas Pertanian ini tidak akan berarti jika didak diiringi dengan upaya promosi dan publikasi secara proporsional. Banyak komoditi pertanian Gayo yang kurang di luar daerah akibat minimnya promosi dan publikasi, sehingga potensi pertanian yang luar biasa ini, minim diketahui oleh publik luar.. Belakangan potensi ini mulai 'muncul' ke permukaan setelah salah seorang pegawai pada instansi tersebut aktif mempublikasikannya melalui berbagai media. Begitu juga dengan even pameran, kontes atau expo pertanian yang belakangan juka mulai aktif diikuti oleh instansi ini, sangat membantu upaya memperkenalkan dan mempromosikan potensi pertanian di Gayo kepada khalayak.

Momentum peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Negara Kesatuan republic Indonesia ke 72 pada tahun 2017 ini, juga tak luput dari perhatian instansi yang kini dipimpin oleh drh. Rahmandi, M Si ini. Melalui even Karnaval Pembangunan yang digelar pada hari ini (19/8/2017) di Takengon, awak Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah juga ikut ambil bagian sebagai peserta karnaval yang diikuti oleh semua instansi dan sekolah yang ada di kabupaten Aceh Tengah ini.

Dokumentasi FMT
Dokumentasi FMT
Gambar 2, Jeruk, Alpukat dan Nanas, komoditi pertanian Aceh Tengah, ikut 'nangkring' di 'mobil' karnaval (Doc. FMT)
Gambar 2, Jeruk, Alpukat dan Nanas, komoditi pertanian Aceh Tengah, ikut 'nangkring' di 'mobil' karnaval (Doc. FMT)
Memanfaatkan momentum ini sebagai ajang memperkenalkan aneka komoditi pertanian unggulan daerah, awak Distan yang 'dikomandoi' seorang penyuluh senior, Safrin Zailani, SP ini, mengusung berbagai komoditi pertanian unggulan yang selama ini menjadi fokus pembinaan para penyuluh di lapangan. Dua unit traktor 'didandani' dengan 'asessori' berbagai komoditi pertanian seperti sayur-sayuran, buah-buahan dan aneka komoditi pertanian lainya. Alat pembajak sawah itupun kini tampil beda, semarak dan 'cantik' dengan hiasan seperti itu. Para penyuluh itu memang tidak mau kehilangan momentum berharga seperti ini, karena sudah cukup lama even seperti ini tidak pernah digelar.

Bukan mengejar terget juara

Pada era tahun 1990 - 2000an, setiap kali mengikuti even karnaval pembangunan, boleh dibilang Dinas Pertanian yang selalu tampil 'beda' ini selalu menggonddol predikat juara Namun pada tahun ini, Safrin dan kawan-kawan tidak mentargetkan sebagai juara karnaval, karena fokus mereka saat ini adalah bagaimana produk pertanian yang telah diahsilkan oleh para petani binaan mereka semakin dikenal publik, sehingga meudahkan akses pemasarannya.

"Kami memang sudah mepersiapkan segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya, namun bukan gelar juara yang kami cari kali ini, karena misi kami mengikuti karnaval ini adalah sebagai upaya memperkenalkan dan mempromosikan produk-produk pertanian yang sudah dihasilkan para petani di daerah ini, dengan dikenalnya produk pertanian unggulan daerah ini, tentu kami harapkan akan berdampak pada kemudahan akses pemasaran komoditi pertanian kami" ungkap Safrin. Dengan demikian tujuan akhir dari kegiatan penyuluhan pertanian yang sealama ini di emban oleh para penyuluh yaitu meningkatkan kesejahteraan petani dapat tercapai, sambungnya.

Mendapat sambutan meriah,

Tampil beda dengan asesoris 'unik' membuat mata para penonton yang memadati jalan-jalan utama kota Takengon yang dilalui konvoi peserta karnaval ini terpana melihat dua unit traktor yang sudah dihias 'cantik'itu. Tontonan yang juga jadi ajang edukasi dan promosi keberhasilan pembangunan di kabupaten berjuluk 'Negeri Antara' ini, terlihat semakin 'hidup.

Dengan hadirnya dua 'mobil antik' karnaval yang dikawal oleh puluhan penyuluh berkendaraan roda dua dengan sergam khas mereka. Puluhan kamera dan ratusan hand phone, terlihat tak henti mengabadikan kedua kendaraan konvoi yang paling terlihat unik diantara ratusan peserta karnaval lainnya ini. Sepertinya mereka sudah 'rindu' pada penampilan awak pertanian ini dalam karnaval pembangunan, karena terkahir kali mereka tampil dalam karnaval pembangunan adalah pada tahun 2004 yang lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun