Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

4 Komoditi Juara dari Gayo dan Tantangannya

3 Juni 2017   10:07 Diperbarui: 3 Juni 2017   10:16 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ajang Kontes Hortikultura Nusantara yang digelar dalam even Penas XV Tahun 2017 di provinsi Aceh, benar-benar menjadi berkah sekaligus ajang pembuktian keunggulan komoditi hortikultura dari dataran tinggi Gayo kabupaten Aceh Tengah. Dalam kontes bergengsi yang diikuti oleh berbagai komoditi hortikultura dari seluruh Indonesia ini, 4 komoditi unggulan daerah kabupaten Aceh Tengah berhasil menyabet gelar juara. Ini menunjukkan bahwa komoditi hortikultura dari kabupaten yang terletak di wilayah pegunungan berhawa sejuk ini, memang memiliki kualitas yang sangat baik, sehingga layak untuk dipromosikan sebagai salah satu keunggulan daerah, diluar Kopi dan wisata alamnya. Namun demikian, kebanggaan akan gelar juara dalam kontes berskala nasional ini, juga harus diiringi dengan langkah-langkah kongkrit dari para pihak terkait untuk mempertahankan dan meningkatkan kulaitas seta kuantitas produk dari komoditi-komoditi unggul tersebut.

alpukad-gayo-59322755f67e61d526949087.jpg
alpukad-gayo-59322755f67e61d526949087.jpg
  • Alpukat Gayo

Diusung oleh seorang petani dari Gayo, Sodikin, Alpukat Gayo yang sumber bibitnya berasal dari pohon induk bersertifikat yang berada di desa/kampung Umang, kecamatan Bebesen, kabupaten Aceh Tengah ini langsung menyabet gelar Juara Pertama dalam Kontes Hortikultura kali ini.  Bentuk buah yang besar dengan kulit yang mulus, daging buah tebal dan tidak berserat serta kurang kandungan airnya, menjadi salah satu keunggulan dari komoditi unggulan dari Gayo ini.

Pembinaan dan pengembangan komoditi Alpukat sudah dilakukan di daerah ini sejak lama, karena komoditi ini memiliki nilai ekonomis tinggi dan permintaan konsumen akan komoditi ini terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Tahun 2006 yang lalu, komoditi ini diusulkan oleh Dinas Pertanian setempat untuk dilepas sebagai komoditi unggul nasional, dan dua tahun berikutnya, tepatnya pada tahun 2008, komoditi Alpukat rsmi diakui dan dilepas oleh Kementerian Pertanian sebagai komoditi buah unggul nasional melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 78/Kpts/SR.120/12008 tanggal 21 Januari 2008.

Meski sudah mendapat pengakuan secara nasional, namun komoditi ini belum sepenuhnya dibudidayakan secara intensif di daerah ini. Tanaman alpukat belum dibudidayakan secara monokultur, hanya menjadi tanaman selingan atau tumpang sari di kebun-kebun kopi milik petani. Namun demikian jumlah populasi tanaman ini cukup banyak, menurut data statistik pertanian pada Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah, populasi tanaman alpukat secara tumpang sari denga n tanaman kopi mencapai 2.887  hektar. Dari jumlah areal tersebut, baru sekitar 30  persennya yang  sudah mulai berproduksi, selebihnya merupakan areal pertanaman baru, yang mulai erkembang sejak harga komoditi ini terus melonjak di daerah ini.

Seiring dengan meningkatnya permintaan pasar, harga komoditi ini juga terus mengalami peningkatan, saat ini harga alpukat dengan kualitas baik berkisar antara 10 – 12 ribu rupiah per kilogram, tentu sebuah prospek ekonomi yang sangat menjanjikan. Namun demikian, masih perlu pembinaan lebih lanjut dari instansi terkait untuk mempertahankan keunggulan komoiti ini. Pembangunan kebun induk daerah, merupakan sebuah keharusan, jika tidak ingin mempertahankan kelestarian komoditi ini.

jeruk-59322773109773ab3f499eee.jpg
jeruk-59322773109773ab3f499eee.jpg
  • Jeruk Keprok Gayo

Sejak beberapa tahun yang lalu, Jeruk Keprok Gayo sudah identik dengan buah khas Gayo, bukan karena namanya saja, namun jeruk keprok yang berasal dari dataran tinggi Gayo ini memeng memilki aroma dan rasa khas yang tidak dimiliki oleh jeruk keprok dari daerah lain. Dibandingkan dengan alpukat, komoditi jeruk keprok sudah lebih dahulu mendapatkan pengakuan secara nasional, karena komoditi ini memang telah diusulkan sebagai komoditi unggul nasional sejak tahun 2000 yang lalau. Namun akibat ekses konflik yang melanda daerah ini, baru pada tahun 2016, jeruk keprok Gayo resmi dilepas oleh Kementerian Pertanian sebagai komoditi unggul nasional melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 210/Kpts/SR.120/3/2006 tanggal 6 Maret 2016. Tak hanya mendapat pengakuan sebagai komoditi unggul nasional, jeruk keprok Gayo akhirnya juga memperoleh sertifikat Indikasi Geografis (IG) dari Kementerian Hukum dan HAM pada tanggal 18 Juli 2016 yang lalu.

Tampil dalam Kontes Hortikultura di ajang Penas XV tahun 2017, jeruk keprok yang diusung oleh pakarnya, Wiknyo, berhasil menyabet gelar Juara 2 untuk ketgori Jeruk Manis. Capaian ini sudah sangat bagus, karena komoditi asal dataran tinggi Gayo ini ini mampu bersaiang dengan komoditi jeruk manis dari berbagai daerah di Indonesia.

Namun sama seperti Alpukat, komoditi jeruk masih belum menjadi komoditi utama, karena masih ditanam sebagai selingan atau tanaman sela pada perkebunan kopi. Padahal permintaan pasar akan komoditi ini cukup tinggi, terkait dengan keberadaan kabupaten Aceh Tengah sebagai daerah tujuan wisata yang banyak dikunjungi wisatawan dari luar daerah maupun luar negeri. Data statistic pertanian menunjukkan, luas tanam komoditi ini mencapai 412 hektar, namun bukan berupa hamparan budidaya monokultur, tapi merupakan tanaman tumpang sari di kebun kopi.

Salah satu titik lemah dari pengembangan komoditi ini adalah sampai saat ini, kabupaten Aceh Tengah elum memiliki kebun induk daerah, sehingga untuk pemurnian bibit jeruk keprok Gayo ini saja, masih harus meinta bantuan Balai Penelitian Jeruk dan Buah Tropika (Balitjestro) yang ada di Tlekung, Batu, Jawa Timur.

Menurut Wiknyo, penyuluh senior dan pakar jeruk Gayo, keberadaan kebun induk jeruk mutlak diperlukan, supaya petani dapat dengan mudah memperoleh sumber bibit untuk pengembangan jeruk di lahan pertanian mereka. Keberadaan kebun induk ini juga untuk melindungi plasma nutfah jeruk yang memiliki spesifikasi yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Jadi selain upaya pengembangan luas areal tanam jeruk, pembangunan kebun induk, juga merupakan kebutuhan yang sangat mendesak.

nanas-dari-pegasing-aceh-tengah-593227971097738539499eef.jpg
nanas-dari-pegasing-aceh-tengah-593227971097738539499eef.jpg
  • Nanas Pegasing

Kompoditi hortikultura andalan kabupaten Aceh Tengah yang juga “unjuk gigi” dalam Kontes Hortikultura ini adalah komoditi Nanas. Komoditi buah yang banyak dikembangkan di wilayah kecamatan Pegasing, Aceh Tengah ini dikenal dengan nama Nanas Pegasing. Namun nama tersebut masih sekedar nama sebutan, karena legalitas dari nama tersebut belum diterbitkan oleh Kemneterian Pertanian.

Berbeda dengan komoditi Alpukat dan Jeruk, komoditi nanas Pegasing yang berhasil tampil sebagai Juara 2 dalam kontes bergengsi tersebut, telah dibudidayakan secara monokultur sejal tahun 1980an di daerah ini. Pengunjung dapat menikmati manisnya nanas Cayyene ini langsung ditengah hamparan tanaman nanas yang menghijau, dengan buah-buah nanas berwana hijau kekuningan yang menyembul di tengah-tengahnya. Tentu ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang engunjungi daerah ini, mereka dapat melih sendiri buah nanas yang diinginkannya langsung di kebun dan dapat meninkmatinya langsung ditempat tersebut.

Namun komoditi yang diusung leh petani nanas, Adnan ini, masih perlu diperjuangkan legalitasnya, supaya mendapat pengakuan sebagai komoditi unggul nasional, karena ajang kontes hortikultura tersebut telah membuktikan keunggulan komoditi ini. Perlu upaya serius dari Dinas Pertanian stempat untuk segera mengusulkan pelepasan komoditi Nanas Pegasing ini sebagai salah satu komoditi unggul nasional dari dataran tinggi Gayo. Dengan luas areal 670 hektar, wilayah kecamatan Pegasing, Aceh Tengah ini memang sudah layak disebut sebagai sentra produksi nanas, namun popularitas nanas Pegasing bisa saja luntur jiga legalitasnya tidak segera diusulkan oleh pihak terkait. Ini menjadi PR mendesak bagi Kepala Dinas Pertanian, khususnya Bidang Hortikultura.

bawang-merah-lokal-asal-kecamatan-lut-tawar-aceh-tengah-593227b1f67e613527949088.jpg
bawang-merah-lokal-asal-kecamatan-lut-tawar-aceh-tengah-593227b1f67e613527949088.jpg
  • Bawang Merah Lut Tawar

“Pendatang baru” yang langsung menggebarak dalam kontes hortikultura tahun 2017 ini adalah komoditi Bawang Merah. Diwakili oleh petani yang juga penyuluh kontrak, Kaslil, bawang merah asal kecamatan Lut Tawar, Aceh Tengah ini langsung menyabet gelar Juara 3 ketegori bawang.  Tentu ini merupakan kejutan yang luar biasa, karena komoditi ini baru dikembangkan didaerah ini, sekitar 10 tahun yang lalau.

Namun ternyata bawang merah lokal Gayo ini, dianggap memiliki keunggulan dari aspek fisik dan ketajaman aromanya, sehingga dianggap layak meraih gelar Juara 3 dalam kontes nasional ini. Dari segi luas areal, lahan bawang merah di kabupaten Aceh Tengah ini juga belum termasuk luas, baru terfokus pada sebagian wilayah di dua kecamatan yaitu Bintang dan Lut Tawar. Namun potensi pengembangan komoditi ini terdapat di semua wilayah kecamatan yang ada di kabupaten Aceh Tengah. Mengintensifkan pembinaan dan penyuluhan, akan sangat membantu pertambahan luas areal bawang putih di daerah ini, apalgi sejak tahun 2016 yang lalau, komoditi bawang merah juga termasuk komoditi prioritas yang masuk dalam program Upaya Khusus (Upsus) dari Kementerian Pertanian.

Sama seperti nanas Pegasing, bawang merah Lut Tawar ini meski sudah dikenal sebagai juara kontes hortikultura, namun belum memperoleh pengakuan sebagai komoditi unggul nasional ari Kemneterian Pertanian. Agar keunggulan komoditi khas pinggiran Danau Laut Tawar ini bisa terus dipertahankan, maka pengusulan pelepasan komoditi ini sebagai komoditi unggul nasional, merupakan sebuah keniscayaan yang harus diupayakan oleh pihak-pihak terkait. Dengan memiliki indentitas sendiri, komoditi unggul di suatu daerah tidak akan dengan mudah diklaim oleh daerah lain dan akan menjadi identitas keunggulan produk daerah tersebut. Ini yang harus segera diperjuangkan.

Semoga tulisan ini terbaca oleh pihak-pihak terkait yang kemudian menindak lalnjutinya dengan langkah-langkah kongkrit untuk mempertahankan keunggulan komoditi-komoditi hortikultura yang terbukti telah mampu membawa nama harum kabupaten Aceh Tengah di pentas nasional.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun