Angka sepuluh sampai lima belas juta mungkin termasuk besar, tapi mengingat instalasi ini bisa digunakan beberapa tahaun, bahkan sampai puluhan tahun, jumlah tersebut bisa menjadi jauh lebih kecil, jika dibandingkan dengan pembayaran rekening listrik dan membeli gas elpiji, apalagi ditengah fenomena tariff listrik dan harga gas elpiji yang terus merangkak naik.
Kini bagi Aris dan kawan-kawan, mati lampu atau kelangkaan gas elpiji, bukan kendala yang mesti dikesalkan lagi, karena dia sudah punya solusi sendiri. Siapa sangka, limbah ternak yang selama ini terbuang percuma, ternyata bisa jadi alternative sumber energi, hanya dengan sedikit sentuhan teknologi sederhana. Masalah listrik atau gas elpiji bukanlah untuk dikesali apalagi sampai diserta sumpah serapah, selama ada kemauan, pasti ada solusi, karena potensi energi terbarukan banyak tersedia disekitar kita, tergantung kita mau memanfaatkan atau tidak. Tapi setidaknya apa yang dilakukan oleh Aris dan kawan-kawan sudah bisa menjadi motivasi  bagi kita untuk tidak selalu bergantung pada listrik negara atau subsidi gas elpiji.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H