Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sulwan Amri, Pakar Kopi Gayo Jadi "Bintang" Widya Wisata Penas XV

12 Mei 2017   13:22 Diperbarui: 12 Mei 2017   13:33 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1, Sulwan Amri, memberikan penjelasan tentang seluk beluk Kopi Gayo kepada peserta widya wisata Penas XV (Doc. FMT)

Keberadaan Kabupaten Aceh Tengah sebagai “Negeri Kopi” sudah banyak diketahui khalayak, karena kabupaten yang brada di Dataran Tinggi Gayo ini memang sudah dikelanl sebagai penghasil kopi arabika terbaik dan memiliki areal perkebunan kopi rakyat yang cukup luas. Eksistensi kopi arabika Gayo sebagai tulang punggung perekonomian masyarakat Aceh Tengah, juga tidak dapat dinafikan, karena hampir 80 persen perekonomian warga, bergantung kepada komoditi perkebunan ini.

Namun potensi perkebunan kopi yang luar biasa ini, belum dimanfaatkan secara optimal sebagai obyek wisata agro, padahal keberadaan kebun-kebun kopi rakyat ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata. Sebagai contoh Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, meski hanya memiliki areal kebun kopi beberapa ratus hektar saja, tapi mereka memiliki obyek wisata kopi bernama Kampoeng Kopi Banaran yang sudah cukup dikenal ke seluruh pelosok negeri. Demikian juga Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur yang telah mampu memanfaatkan kawasan perkebuan kopi Gunung Ijen sebagai destinasi wisata yang banyak diminati wisatawan dalam dan luar negeri.

Meski agak terlambat, Kabupaten Aceh Tengah akhirnya memulai juga mengembangkan agrowisata kopi. Tahun 2016 yang lalu, Dinas Perkebunan Aceh, mulai melirik potensi wisata kopi Gayo dengan mengembangkan Kampung Kopi. Dan Desa Tebes Lues, Kecamatan Bies, Aceh Tengah, dipilih sebagai pilot project pengembangan kampung kopi pertama di Dataran Tinggi Gayo ini.

Berbeda dengan konsep “Kampoeng Kopi” Banaran yang ada di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, konsep kampung kopi yang akan diterapkan di kampung Tebes Lues ini, menggunakan konsep “Farmer’s Home Stay”. Dengan konsep ini, diharapkan para wisatawan tidak sekedar singgah di kampung kopi ini, tapi juga tinggal selama beberapa hari di rumah para petani kopi, menyatau dengan keseharian para petani kopi disini. Tentu ini akan sangat menarik bagi wisatawan yang berasal dari luar daerah maupun manca negara, karena mereka bisa melihat dan merasakan langsung proses budidaya, pengolahan sampai kopi Gayo yang sudah dikenal di seluruh dunia itu siap tersaji di meja.

Dengan konsep ini para pengunjung Kampung Kopi akan di ajak untuk larut dalam kehidupan sehari-sehari para petani kopi Gayo, mereka bisa melihat dan mempraktekkan langsung bagaimana menanam, merawat, memetik atau memanen, mengolah biji gelondong, sampai proses pembuatan bubuk kopi baik secara tradisional maupun modern. Ditempat ini pengunjung juga bisa menikmati lezatnya hidangan kuliner Gayo dalam suasana perdesaan yang asri, tentu ini akan membawa kesan  tersendiri yang tidak mudah dilupakan.  Konsep kampung kopi yang ditawarkan oleh Dinas Perkebunan Aceh ini, peran masyarakat setempat yang akan lebih ditonjolkan, karena dengan konsep ini, masyarakat akan terlibat aktif sebagai pelaku utama dalam wisata agro ini, sementara pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator untuk membantu kelangsungan wisata agro berbasis kopi Gayo ini.

Meskipun gagasan mengembangkan kampung kopi ini terkait dengan persiapan Penas ke XV dimana Aceh menjadi tuan rumah, namun konsep kampung kopi di Tebes Lues ini dirancang secara berkelanjutan, artinya pasca pelaksanaan Penas nantinya, kampung kopi ini tetap akan terus dikembangkan menjadi salah salah satu destinasi wisata andalan di dataran tinggi Gayo. Fenomena back to nature yang saat ini menjadi tren bagi para wisatawan dalam negeri maupun manca negara, menjadi peluang untuk pengembangan konsep wisata agro berbasis partisipasi masyarakat ini.

Siapa Sosok dibalik Kampung Kopi Tebes Lues ?

Meskipun pengembangan kampung kopi di Aceh Tengah ini merupakan kegiatan dari Dinas Perkebunan Aceh (sekarang berubah menjadi Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh), namun konsep awal dari pembangunan kampung kopi ini, berasal dari Aceh Tengah sendiri. Konsep kampung kopi ini lahir dari seorang pakar perkopian yang telah memiliki pengetahuan yang sangat mumpuni tentang seluk beluk kopi Gayo dan memiliki segudang pengalaman dalam pengembangan kopi dari hulu sampai hilir.

Sosok Ir. Sulwan Amri, tentu bukan sosok yang asing dalam khazanah perkopian dai Dataran Tinggi Gayo. Alumni Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh ini, sudah puluhan tahun bergelut dalam masalah kopi, mulai dari pembibitan, teknik budidaya, pemeliharaan dan perawatan tanaman, pengendalian hama dan penyakit tanaman, panen dan pasca panen, prosessing sampai standar mutu kopi sudah dia kuasai dengan sangat baik. Itulah sebabnya, bicara tentang kopi Gayo, tidak dapat dilepaskan dari keberadaan sosok yang satu ini, termasuk dalam pengembangan Kampung Kopi di kabupaten Aceh Tengah.

Pria bertumbuh tinggi tegap yang kini menduduki jabatan sebagai Kepala Bidang Perkebunan pada Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah ini memang sosok yang sangat mumpuni dalam masalah kopi. Semua seluk beluk tentang kopi dia kuasai dengan sangat baik, sehingga sosok seperti Sulwan Amri ini sangat layak kalau disebut sebagai pakar kopi Gayo.

Ketika Dinas Perkebunan Aceh mulai merancang konsep kampung kopi di Aceh Tengah, sosok pertama yang ditemui oleh Tim dari provinsi, tidak lain adalah Sulwan Amri. Karena selain mahir bicara tentang perkopian, Sulwan juga sangat paham daerah-daerah perkebunan kopi yang layak untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata kopi. Tak ayal, rekomendasi dari pria kelahiran 29 Januari 1966 inilah yang kemuadian dijadikan acuan dalam pengembangan kampung kopi ini, termasuk penentuan desa Tebes Lues sebagai kampung kopi pertama di Aceh.

Meskipun seluruh anggaran pengembangan kampung kopi ini dikelola oleh provinsi, namun menyangkut hal yang bersifat teknis, Sulwan selalu dimintai pendapat atau saran. Kedekatan Sulwan dengan para petani kopi, juga menjadi salah satu kelebihannya, sehingga ketika lokasi kampung kopi ditetapkan, masyarakat di desa tersebut langsung memberikan dukungan dan partisipasi mereka.

Jadi “Bintang” Kunjungan Widya Wisata Peserta PENAS XV

Seperti telah disinggung di atas, bahwa pengembangan kampung kopi Tebes Lues merupakan program pengembangan agro wisata jangka panjang, namun karena pada tahun 2017 ini provinsi Aceh ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan PENAS KTNA ke XV, maka momentum Penas ini juga dijadikan entry point bahkan seperti menjadi Soft Launching untuk meperkenalkan kampung kopi ini kepada pe ngunjung dari luar daerah. Dari awal perencanaan Penas, kampung kopi Tebes Lues telah disepakati sebagai salah satu obyek kunjungan widya wisata para peserta Penas yang berasal dari semua provinsi di seluruh Indonesia.

Sesuai dengan agenda yang telah disusun oleh Panitia Penas XV, dari tanggal 7 sampai 9 Mei 2017 yang lalu, kampung kopi Tebes Lues kedatangan sekitar seratus peserta Widya Wisata Penas XV yang berasal dari hampir semua provinsi di Indonesia. Tujuan utama kedatangan mereka ke Tanoh Gayo adalah untuk mengenal lebih dekat seluk beluk kopi Gayo yang selama ini hanya mreka baca, dengar atau lihat dari media. Sesuai dengan konsep home stay di kampung kopi ini, para pesera Penas diinapkan di rumah-rumah petani di desa Tebes Lues. Disini mereka langsung berbaur dengan masayarakat setempat untuk menikmati keseharian para petani kopi.

Berbagai infra struktur memang sudah dibangun sebagai penunjang di kampung kopi ini, tapi keberadaan sosok yang mampu menjelaskan seluk beluk kopi Gayo tentu sangat dibutuhkan. Dan lagi-lagi, Sulwan Amri menjadi sosok yang kehadirannya sangat ditunggu oleh para peseta widya wisata. Dari awal kedatangan para peserta widya Wisata, Sulwan didampingi beberapa staf dan penyuluh di BPP Bies sudah siap menyambut kedatangan para tamu istimewa tersebut. Bahkan Sulwan sudah mempersiapkan segala sesuatunya jauh hari sebelum kedatangan para peserta Penas ini.

sulwan-amri-piawai-menjelaskan-seluk-beluk-kopi-gayo-591552ed359773da3135de01.jpg
sulwan-amri-piawai-menjelaskan-seluk-beluk-kopi-gayo-591552ed359773da3135de01.jpg
Gambar 2, Sikap ramahnya membuat Sulwan cepat akarb dengan peserta widya wisata yang mengunjungi kampung kopi (Doc. FMT)

Sikap ramahnya membuat dia cepat dikenal dan akrab dengan para peseta Penas, apalagi ketika dia mulai menjelaskan seluk beluk perkopian Gayo kepada para tamu-tamu ini, mereka nampak terkesima dengan penjelasan yang begitu detil dari Sulwan. Tak hanya piawai dalam memberikan penjelasan lisan, Sulwan juga trampil mempraktekkan teknis budidaya kopi dari a sampi z dihadapan para peserta widya wisata. Itulah sebabnya, dalam kunjungan widya wisata peserta Penas kali ini, Sulwan seolah menjadi “bintang”. Layaknya seorang selebriti yang dikerubuti penggemarnya, sosok Sulwan juga selalu dikelilingi oleh para peserta widya wisata yang berasal dari Sabang sampai Merauke itu. Mereka seperti tak puas-puasnya ingin menimba ilmu tentang kopi dari Sulwan, karena semua hal yang terkait dengan kopi Gayo sangat dikuasai oleh sosok pria murah senyum dan humoris ini.

sulwan-amri-menjelaskan-pemilihan-bibit-kopi-yang-baik-n-59155379747a619042d2dd65.jpg
sulwan-amri-menjelaskan-pemilihan-bibit-kopi-yang-baik-n-59155379747a619042d2dd65.jpg
sulwan-amri-sangat-paham-seluk-beluk-kopi-gayo-5915538b23afbdd436d74c49.jpg
sulwan-amri-sangat-paham-seluk-beluk-kopi-gayo-5915538b23afbdd436d74c49.jpg
Gambar 3, Sulwan Amri, piawai menjelaskan dan mempraktekkan teknis budidaya kopi, membuat peserta widya wisata terkesima (Doc. FMT)

Dalam keseharian, sebenarnya Sulwan memiliki seabreg aktifitas yang sangat menyita waktunya, namun khusus untuk even Penas ini, dia memang menyediakan waktu special untuk memberikan pelayanan terbaik kepada para peserta widya wisata. Apa yang dilakukannya memang tidak sia-sia, para peserta widya iswara merasa terpuaskan oleh pelayanan yang dilakukan oleh Sulwan, baik ketika berada di kamung kopi maupun ketika mengunjungi obyek-obyek lain yang terkait dengan kopi gayo seperti di tempat prosessing maupun pengolahan kopi Gayo. Tapi meski cukup puas dengan pelayanan yang dilakukan oleh Sulwan, banyak peserta yang semaikin penasaran ingin tau lebih jauh tentang kopi Gayo, dan waktu dua hari kunjungan itu tentu saja jauh dari cukup. Kepada mereka, Sulwan membuka diri untuk erkonsultasi maupung sharing jarak jauh mealui sarana telekomunikasi.

sulwan-amri-sosok-dibalik-kampung-kopi-591553f0779773210cc63728.jpg
sulwan-amri-sosok-dibalik-kampung-kopi-591553f0779773210cc63728.jpg
Gambar 4, Layaknya selebriti, Sulwan Amri selalu "dikerubuti" para peserta widya wisata (Doc. FMT)

Tanggal 9 Maei 2017, Sulwan melepas para peserta widya wisata dengan seribu kesan tak terlupakan untuk kembali bergabung dengan kontingen mereka di BandaAceh. Sangat beruntung Kabupaten Aceh Tengah memiliki sosok mumpuni seperti dia, sehingga para peserta begitu terkesan mengunjungi daerah ini, karena mendapatkan penjelasan detil tentang kopi Gayo langsung dari pakarnya. Uniknya, keesekan harinya beberapa peserta yang masih belum puas bertemu dengan pakar kopi ini, kembali lagi ke Gayo dengan membawa beberapa orang temannya yang tidak ikut widya wisata sebelumnya. Meski diluar agenda, Sulwan dengan senang hati menerima mereka dan menemani mereka mengunjungi beberapa obyek kopi Gayo.

Itulah sosok Sulwan Amri, sosok bersahaja dengan segudang ilmu dan pengalaman di bidang kopi, tapi tetap terlihat sederhana dan tidak pernah membanggakan diri. Selalu bersikap ramah kepada siapa saja, menjadi ciri khas yang melekat pada dirinya, membuat dia bisa menjadi teman bicara yang menyenangkan. Puluhan tahun mengabdikan diri pada petani kopi Gayo, dedikasi Sulwan pada kopi Gayo juga seperti sudah mendarah daging dalam dirinya, tak sebatas dengan acara Penas ini saja. Ketika ada pejabat dari pusat atau peneliti dari berrbagai lemabga penelitian mengunjungi Gayo terkait dengan pengembangan kopi, maka Sulwan adalah sosok yang pertama akan mereka cari.. Tak salah rasanya kalau banyak yang mengatakan bahwa seluruh hidup Sulwan Amri memang hanya dipersembahkan untuk kopi Gayo, komoditi yang telah menghidupi ratusan ribu warga Dataran Tinggi Gayo ini.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun