Gambar 1, Petugas Peternakan Aceh Tengah sedang melakukan Inseminasi Buatan (IB) pada ternak Sapi (Doc. FMT)
Upaya percepatan swasembada daging terus dilakukan oleh pemerintah dengan meluncurkan berbagai program, salah satunya melalui program peningkatan populasi ternak ruminansia besar khususnya kerbau dan sapi. Untuk mengakselerasi percepatan target peningkatan populasi ternak dalam negeri, Tahun 2016 yang lalu Kementerian Pertanian telah meluncurkan program Upaya Khusus Percepatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting melaui Upsus SIWAB. Program tersebut dituangkan dalam peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/PK.210/10/2016 tentang Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting yang ditandatangani Menteri Pertanian pada tanggal 3 Oktober 2016. Pelaksanaan Upsus ini mulai berlaku efektif sejak bulan Januari 2017 di seluruh Indonesia.
Sesuai dengan namanya, Upsus SIWAB (Setiap Indukan Wajib Bunting) ini bertujuan mengoptimalkan penambahan populasi dengan memaksimalkan tingkat kebuntingan pada induk ternak yang sudah memenuhi syarat umur untuk bunting. Upsus SIWAB mencakup dua program utama yaitu peningkatan populasi melalui Inseminasi Buatan (IB) dan Intensifikasi Kawin Alam (Inka)..
"Upaya ini dilakukan sebagai wujud komitmen pemerintah dalam mengejar swasembada sapi yang ditargetkan pemerintah dapat tercapai pada tahun 2026 mendatang serta mewujudkan Indonesia yang mandiri dalam pemenuhan pangan asal hewan, dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan peternak rakyat," jelas Menteri Pertanian Republik Indonesia, Ir. Andi Amran Sulaiman pada saat peluncuran program Siwab ini di Lamongan, Jawa Timur pada tanggal 8 Oktober 2016 yang lalu.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Pertanian juga menyampaikan bahwa Upsus Siwab akan memaksimalkan potensi sapi indukan di dalam negeri untuk dapat terus menghasilkan pedet (anak sapi). Untuk itulah, pada tahun 2017 ini, Upsus Siwab akan menjadi fokus dan proritas jajaran Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Upsus SIWAB di Aceh Tengah
Menindaklanjuti instruksi Menteri Pertanian tersebut, Kepala Dinas Pertanian Aceh Tengah yang juga membawahi sub sector peternakan, mulai tahun 2017 ini telah memasukkan program Siwab ini sebagai program prioritas di Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan Upsus Siwab dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, pada tahun 2017 ini kabupaten Aceh Tengah dibebankan target Upsus Siwab melalui Inseminasi Buatan (IB) sebanyak 1.477 ekor induk sapi dan kerbau. Untuk itu, dari awal Kepala Dinas Pertanian, drh. Rahmandi, M Si sudah menekankan kepada jajaran Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk dapat melaksanakan program ini sebaik-baiknya, sehingga target yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Jika target tersebut bisa dicapai, maka pada akhir tahun 2017 nanti aka nada penambahan populasi ternak sapi dan kerbau di daerah ini minimal 1.450 ekor atau sekitar 95 persen dari jumlah induk sapi dan kerbau yang menjadi target program Siwab di Aceh Tengah. Karena berdasarkan pengalaman para petugas IB, selama ini tingkat keberhasilan IB ini bisa mencapai 95 persen. Rahmandi juga telah mewanti-wanti agar semua petugas IB yang masuk dalam Tim Siwab ini dapat bekerja secara maksimal,
“Semua petugas IB yang telah di SK kan melalui keputusan Bupati Aceh Tengah wajib mensukseskan Upsus Siwab ini, ini kegiatan proritas yang tidak boleh dianggap remeh atau main-main, kami intsruksikan setiap bulan para petugas dapat melaporkan perkembangan pencapaian target program ini, kalaupun tidak bisa seratus persen pada akhir tahun ini, minimal bisa sama dengan pencapaian secara nasional yaitu 60 sampai 70 persen” ungkap Rahmandi ketika memberikan arahan dalam apel pagi, Senin (27/3/2017) yang lalu.
Optimis bisa tercapai
Menindaklanjuti harapan Kepala Dinas Pertanian, Kepala Bidan Peternakan dan Kesehatan Hewan, drh. Bahrawati menyatakan bahwa pihaknya optimis, target tersebut bisa dicapai, asalkan para petugas dapat bekerja secara maksimal. Optimisme Bahra mungkin tidak berlebihan, karena dalam sebualn ini, pencapaiannya sudah mendekati 10 persen, dengan sisa waktu Sembilan bulan lagi, pihaknya akan terus bekerja keras agar target tersebut bisa tercapai. Dalam SK Bupati Aceh Tengah, ada 5 orang petugas IB yang akan bertanggung jawab terhadap program Siwab ini. Dari segi jumlah petugas, menurut Bahrawati masih sangat kurang, karena wilayah kabupaten Aceh Tengah yang memiliki potensi peternakan sangat luas dengan jumlah ternak yang mencapai ribuan ekor. Diakui Bahra bahwa sampai saat ini jumlah petugas IB memang masih sangat terbatas dan untuk melatih petugas IB sampai benar-benar bisa diterjunkan ke lapangan butuh waktu panjang dan biaya pelatihan yang tidak sedikit.
“Dengan jumlah petugas sebanyak 5 orang untuk menangani seluruh wilayah yang sangat luas ini, kami rasa masih sangat kurang, tapi mereka inilah yang selama ini memang telah terbukti berhasil melaksanakan program IB di Aceh Tengah, untuk itu kami juga berharap agar para penyuluh pertanian yang ada di lapangan juga dapat membantu kami, khususnya untuk pendataan induk ternak yang sudah berpotensi bunting” ungkap Bahrawati “Tapi meskipun jumlah mereka sangat terbatas, kami optimis, target akan tercapai, karena mereka sudah professional di bidang mereka” lanjutnya.
Agar target tersebut bisa tercapai, pihaknya dalam waktu dekat ini akan melakukan sinkronisasi dan simulasi masa birahi ternak kepada para peternak. Dalam sinkronisasi tersebut pihaknya akan memberikan nutrisi tambahan bagi ternak agar masa birahinya bisa serentak sehingga dapat dilakukan IB secara serentak pula.
“Proses pemasangan IB harus menunggu masa birahi ternak, tidak bisa dilakukan setiap saat, untuk itulah kami akan melakukan sinkronisasi dan simulasi untuk memberikan rangsangan agar masa birahi ternak bisa serentak, dan itu akan meudahkan kami melakukan IB secara massal” lanjut Bahra.
Kendala di lapangan
Selain jketerbatasan jumlah petugas, menurut Bahra ada beberapa kendala yang sering dia temukan di lapangan. Kebanyakan peternak belum melakukan usaha peternakan mereka secara intensif dengan sistim kandang yang baik, menurutnya ini sangat menyulitkan untuk memantau masa birahi ternak dan tentunya bisa menghambat pelaksanan IB.
“Kalau ternak dikandangkan dengan baik, akan lebih memudahkan memantau masa birahinya, tapi kalau dibiarkan lepas tanpa kandang, ini tentu akan menyulitkan petugas kami untuk melakukan pemantauan: ungkapnya, kendala ini bisa diatasi jika peternak mau berpartisipasi aktif dengan melaporkan kepada petugas jika ternak mereka sudah memasuki masa birahi.
Disamping pola peternakan yang belum intensif, Bhara juga menyebutkan bahwa stok semen (bibit) IB dan N2 Cair sebagai media penyimpanan semen, sering terlambat dikirim dari provinsi. Karena belum memiliki fasilitas laboratorium dan tempat penyimpanan dengan kapasitas besar, selama ini pihaknya hanya mengandalkan kiriman stok semen dari provinsi, itupun tidak bisa dalam jumlah banyak sekaligus, karena bibit tersebut memiliki batas waktu ekspayer (kadaluarsa) dan jika sudah kadaluarsa, tidak dapat digunakan lagi.
“Terpaksa kami meminta stok secara berkala kepada Dinas Peternakan provinsi, tapi pengiriman stok tersebut juga sering mengalami keterlambatan” sambung Bahra.
Untuk mengatasi kendala tersebut, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan provinsi agar harapan Kepala Dinas Pertanian untuk target Siwab dapat tercapai. Menurut Bahra, program Siwab ini adalah terobosan bagus, karena pertambahan populasi ternak di daerah ini termasuk lambat. Dengan program ini dia berharap, beberapa tahun kedepat akan terjadi peningkatan jumlah populasi ternak, khususnya sapi dan kerbau secara signifikan, karena permintaan pasar terhadap produk ternak terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H