Menindaklanjuti harapan Kepala Dinas Pertanian, Kepala Bidan Peternakan dan Kesehatan Hewan, drh. Bahrawati menyatakan bahwa pihaknya optimis, target tersebut bisa dicapai, asalkan para petugas dapat bekerja secara maksimal. Optimisme Bahra mungkin tidak berlebihan, karena dalam sebualn ini, pencapaiannya sudah mendekati 10 persen, dengan sisa waktu Sembilan bulan lagi, pihaknya akan terus bekerja keras agar target tersebut bisa tercapai. Dalam SK Bupati Aceh Tengah, ada 5 orang petugas IB yang akan bertanggung jawab terhadap program Siwab ini. Dari segi jumlah petugas, menurut Bahrawati masih sangat kurang, karena wilayah kabupaten Aceh Tengah yang memiliki potensi peternakan sangat luas dengan jumlah ternak yang mencapai ribuan ekor. Diakui Bahra bahwa sampai saat ini jumlah petugas IB memang masih sangat terbatas dan untuk melatih petugas IB sampai benar-benar bisa diterjunkan ke lapangan butuh waktu panjang dan biaya pelatihan yang tidak sedikit.
“Dengan jumlah petugas sebanyak 5 orang untuk menangani seluruh wilayah yang sangat luas ini, kami rasa masih sangat kurang, tapi mereka inilah yang selama ini memang telah terbukti berhasil melaksanakan program IB di Aceh Tengah, untuk itu kami juga berharap agar para penyuluh pertanian yang ada di lapangan juga dapat membantu kami, khususnya untuk pendataan induk ternak yang sudah berpotensi bunting” ungkap Bahrawati “Tapi meskipun jumlah mereka sangat terbatas, kami optimis, target akan tercapai, karena mereka sudah professional di bidang mereka” lanjutnya.
Agar target tersebut bisa tercapai, pihaknya dalam waktu dekat ini akan melakukan sinkronisasi dan simulasi masa birahi ternak kepada para peternak. Dalam sinkronisasi tersebut pihaknya akan memberikan nutrisi tambahan bagi ternak agar masa birahinya bisa serentak sehingga dapat dilakukan IB secara serentak pula.
“Proses pemasangan IB harus menunggu masa birahi ternak, tidak bisa dilakukan setiap saat, untuk itulah kami akan melakukan sinkronisasi dan simulasi untuk memberikan rangsangan agar masa birahi ternak bisa serentak, dan itu akan meudahkan kami melakukan IB secara massal” lanjut Bahra.
Kendala di lapangan
Selain jketerbatasan jumlah petugas, menurut Bahra ada beberapa kendala yang sering dia temukan di lapangan. Kebanyakan peternak belum melakukan usaha peternakan mereka secara intensif dengan sistim kandang yang baik, menurutnya ini sangat menyulitkan untuk memantau masa birahi ternak dan tentunya bisa menghambat pelaksanan IB.
“Kalau ternak dikandangkan dengan baik, akan lebih memudahkan memantau masa birahinya, tapi kalau dibiarkan lepas tanpa kandang, ini tentu akan menyulitkan petugas kami untuk melakukan pemantauan: ungkapnya, kendala ini bisa diatasi jika peternak mau berpartisipasi aktif dengan melaporkan kepada petugas jika ternak mereka sudah memasuki masa birahi.
Disamping pola peternakan yang belum intensif, Bhara juga menyebutkan bahwa stok semen (bibit) IB dan N2 Cair sebagai media penyimpanan semen, sering terlambat dikirim dari provinsi. Karena belum memiliki fasilitas laboratorium dan tempat penyimpanan dengan kapasitas besar, selama ini pihaknya hanya mengandalkan kiriman stok semen dari provinsi, itupun tidak bisa dalam jumlah banyak sekaligus, karena bibit tersebut memiliki batas waktu ekspayer (kadaluarsa) dan jika sudah kadaluarsa, tidak dapat digunakan lagi.
“Terpaksa kami meminta stok secara berkala kepada Dinas Peternakan provinsi, tapi pengiriman stok tersebut juga sering mengalami keterlambatan” sambung Bahra.
Untuk mengatasi kendala tersebut, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan provinsi agar harapan Kepala Dinas Pertanian untuk target Siwab dapat tercapai. Menurut Bahra, program Siwab ini adalah terobosan bagus, karena pertambahan populasi ternak di daerah ini termasuk lambat. Dengan program ini dia berharap, beberapa tahun kedepat akan terjadi peningkatan jumlah populasi ternak, khususnya sapi dan kerbau secara signifikan, karena permintaan pasar terhadap produk ternak terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.