Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengintip Kreativitas Penyuluh Pertanian di Gayo

7 April 2017   14:39 Diperbarui: 8 April 2017   02:30 2194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyuluh yang masih tergolong muda ini sudah sarat dengan berbagai ilmu dan pengalaman. Pengalamannya berkunjung ke beberapa daerah di luar Aceh, dia jadkan sebagai bekal untuk membina petani di wilayah binaanya. Terobosan-terobosan baru sering dia lakukan demi  untuk meningkatkan pengetahuan petani guna meningkatkan kesejahteraan mereka.

Tren pasar yang menghendaki produk-produk pertanian organik, menjadi salah satu fokus baginya dalam melakukan pembinaan kepada petani. Dalam melakukan aktifitas penyuluhan, penyuluh yang juga Kepala BPP Linge ini selalu menekankan agar petani menggunakan material-material organik dalam usaha tani mereka, karena produk-produk organik inilah yang akan mampu bersaing di pasar, apalagi dalam iklim perdagangan bebas seperti sekarang ini, sehingga semua produk yang dihasilkan petani tidak mengalami kendala pemasaran.

saprin-zailani-mengajari-petani-mengolah-pupuk-cair-berbahan-limbah-ternak-58e73f182ab0bd7f1f7dd348.jpg
saprin-zailani-mengajari-petani-mengolah-pupuk-cair-berbahan-limbah-ternak-58e73f182ab0bd7f1f7dd348.jpg
Gambar 5, Saprin Zailani berbagi ilmu mebuat pupuk organik cair berbahan dasar limbah ternak (Doc. FMT)

Tak hanya menyarankan, tapi Saprin juga mampu meberikan contoh bagaimana bertani organik, demplot percobaan yang dia buat bersama para penyuluh di BPP Linge, semuanya menggunakan pola organic, baik untuk pupuk maupun pestisidanya. Dan yang membuatnya berbeda, dia mampu membuat pupuk dan pestisida organic sendiri dengan memanfaatkan potensi yang ada di sekitar lahan petani. Berbekal referensi tentang berbagai unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, dia sudah mampu membuat pupuk organik baik padat maupun cair sendiri dengan komposisi hara lengkap, sehingga tidak membutuhkan tambahan pupuk buatan lagi.

Kemampuan membuat pupuk organik ini  yang akhirnya dia tularkan kepada petani dan kelompok tani binaannya. Harga yang murah serta proses pembuatan yang tidak sulit, menjadi pertimbangan bagi Safrin untuk terus mensosialisasikan temuannya ini kepada petani, karena dengan menkan biaya produksi, tentu saja  profit margin yang akan diterima petani akan lebih besar, dan ini akan menjadi salah satu cara meningkatkan kesejahteraan mereka. Tak pernah berharap apresiasi atau penghargaan, penyuluh kelahiran Kebayakan, Aceh Tengah 38 tahun yang lalu ini, terus menunjukkan kiprahnya sebagai penyuluh yang kehadirannya selalu ditunggu  dan keberadaaanya selalu dibutuhkan petani.

  • Edi Wahyuni

Berawal dari keprihatinannya melihat banyaknya sisa-sisa buah dan buah-buahan yang sudah tidak terpakai menumpuk di sudut Pasar Paya Ilang, salah satu pasar sayur dan buah terbesar di kota dingin Takengon, muncullah ide untuk memanfaatkan buah-buahan “kadaluarsa” tersebut untuk sesuatu yang bermanfaat. Edi yang berperawakan tegap itu pun dengan sigap mengangkat dan mengumpulkan limbah buah-buahan yang terdiri dari buah nenas, jeruk, semangka, jambu, mangga, papaya dan sebagainya lalu dibawa ke rumahnya. Dia pun mulai mencari referensi tentang kandungan zat yang terdapat dalam buah-buahan tersebut, dan akhirnya dia mendapatkan referensi bahwa sari dari buah-buahan tersebut mengandung enzim yang berfungsi sebagai zat perangsang tumbuh pada tanaman.

Tanpa ragu, sang penyuluh pertanian yang sehari-hari bertugas di BPP Kute Panag itupun mulai “memproses” limbah buah-buahan itu menjadi semacam pupuk organik yang berbentuk cair, karena memang buah-buahan tersebut mengandung banyak air, jadi agak sulit jika dibuat menjadi pupuk padat. Dengan peralatan seadanya, Edi mulai menghancurkan buah-buahan itu menjadi “bubur buah”, kemudian di saring dan di ambil sarinya. Untuk merubah cairan itu menjadi pupuk butuh proses fermentasi selama 12 – 15 hari dan sebagai stimulator dan activator agar enzim yang diharapkan cepat terbentuk, Edi menambahkan gula merah pada larutan buah itu dan untuk mempercepat proses fermentasi, dia juga menambahkan air kelapa, menurut referensi yang dia dapatkan bahwa penambahan air kelapa pada cairan buah-buahan tersebut mempercepat terbentuknya  hormon sitokinin, auksin dan giberalin yang memiliki fungsi merangsang pertumbuhan akar, batang, daun dan buah pada tanaman, sementara untuk menghambat tumbuhnya bakteri yang merugikan, dia menambahkan air cucian beras.

edi-wahyuni-mengolah-limbah-buah-menjadi-pupuk-cair-58e7417e8023bd70074a8d44.jpg
edi-wahyuni-mengolah-limbah-buah-menjadi-pupuk-cair-58e7417e8023bd70074a8d44.jpg
Gambar 6, Edi Wahyuni menunjukkan proses pembuatan pupuk organik cair dihadapan kamerawan SCTV (Doc. FMT)

Sekelumit kisah kreatif dari seorang penyuluh pertanian yang terus berkreasi dan berinovasi dengan memanfaatkan limbah yang selama ini tidak pernah dilirik oleh siapapun yang kemudian saya angkat melalui media online lokal dan blog Kompasiana, akhirnya menarik perhatian produser acara Liputan 6 SCTV Jakarta. Setelah meminta izin kepada saya selaku penulis, akhirnya pihak SCTV mengirimkan krunya untuk melakukan syutting tentang aktivitas  Edi Wahyuni yang telah berhasil “menyulap” tumpukan buah-buahan busuk yang selama ini terbuang percuma di pasar itu ternyata menjadi pupuk organik cair murah yang ternyata sangat bermanfaat untuk membantu para petani itu.  Setelah melalui proses syuting selama dua hari degan mengambil lokasi di beberapa tempat di Takengon, dan saya selaku penulis juga terlabat aktif dalam pengambilan gambar tersebut, akhirnya sosok penyuluh THL-TBPP ini muncul dalam tayangan “Sosok Minggu Ini” dalam program Liputan 6 Siang yang ditayangkan oleh stasiun televise nasional SCTV pada hari Minggu tanggal 18 Oktober 2015 yang lalu. Setelah sosoknya tampil dalam tayangan broadcast berskala nasional itu, pupuk organic cair “karya” Edi semakin dikenal masyarakat, apalagi setelah Fakultas Pertanian Universitas Gajah Putih Takengon melakukan penelitian terhadap pupuk cair ini, kemudian merekomendasikan bahwa pupuk hasil temuan Edi ini mengandung Mikro Organisme Lokal (MOL) yang mampu merangsang pembentukan unsur hara pada tanah yang tentu saja sangat bermanfaat bagi tanaman. Selain memiliki nilai ekonomis yang menjanjikan, apa yang dilakukan oleh penyuluh pertanian energik ini ternyata secara tidak langsung juga telah “menyelamatkan” lingkungan dari tumpukan sampah buah yang baunya sangat mengganggu itu, sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui, begitu kira-kira falsafahnya Edi Wahyuni, sebuah kreatifitas yang patut diberikan apresiasi oleh semua pihak. Kraetivitas yang telah ditunjukkan Edi tidak hanya membanggakan diri dan keluarganya nya, tapi juga menjadi kebanggaan bagi rekan-rekan penyuluh lainnya di Dataran Tinggi Gayo Aceh Tengah. Sebuah kreativitas luar iasa yang lahir dari seorang penyuluh kontrak yang meski memiliki keterbatasan fasilitas, namun mampu menggali potensi diri untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat, sebuah keteladanan yang pantas dicontoh oleh para penyuluh pertanian lainnya.

Masih banyak penyuluh-penyuluh lain di Dataran Tinggi Gayo yang memiliki kraetifitas “lebih” dan layak diangkat ke media, Insya Allah dalam ksempatan yang akan datang, penulis akan kembali mengangkat sosok-sosok penyuluh kreatif lainnya. Bukan untuk menggurui, tapi sekedar membari motivasi dan inspirasi bagi pembaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun