Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengintip Kreativitas Penyuluh Pertanian di Gayo

7 April 2017   14:39 Diperbarui: 8 April 2017   02:30 2194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sistim penanaman menggunakan mulsa ini memang membutuhkan kesabaran dan ketelatenan, karena setelah tanah di olah dan diberikan pupuk lalu dibuat guludan atau bedengan, kemudian bedengan tersebut ditutup dengan plastic mulsa. Pada saat akan dilakukan penanaman, dibuatlah lubang tanam dengan melubangi plastik mulsa tersebut. Alat yang digunakan oleh petani biasanya adalah kaleng bekas susu cair yang diisi dengan arang yang di bakar. Kaleng panas tersebut kemudian akan membentuk bulatan-bulatan pada mulsa dengan diameter sekitar 10 cm. Tapi cara ini kurang praktis dan membutuhkan banyak waktu dan tenaga.

suyito-dengan-alat-pelobang-mulsa-praktis-58e73e64b19273a618343cb8.jpg
suyito-dengan-alat-pelobang-mulsa-praktis-58e73e64b19273a618343cb8.jpg
suyito-menunjukkan-cara-kerja-alat-pelubang-mulsa-buatannya-58e73e8160afbd6f6b93f602.jpg
suyito-menunjukkan-cara-kerja-alat-pelubang-mulsa-buatannya-58e73e8160afbd6f6b93f602.jpg
Gambar 3, Suyito menunjukkan alat pelubang mulsa buatannya (Doc. FMT)

Dari situlah kemudian timbul ide Suyito untuk membuat alat pelubang mulsa yang lebih praktis. Bersama penyuluh lainnya, Kaslildan Salman, dia kemudian menciptakan alat sederhana untuk membuat lubang pada mulsa secara cepat dan mudah. Mengunakan potongan pipa besi dengan ukuran hampir sama dengan diameter kaleng susu, alat buatan Suyito ini dapat digunakan tanpa harus dipanaskan dengan api, karena bagian bawah alat ini sudah dibuat tajam sehingga langsung bisa memotong atau melubangi plastik sesuai ukran yang diinginkan. Dengan alat ini, hanya butuh waktu beberapa menit saja untuk membuat lubang tanam diasa mulsa tresebut, sementara dengan menggunakan alat manual sebelumnya, bisa memakan waktu berjam-jam.

Sebuah inovasi sederhana mungkin, tapi apa yang sudah dilakukan Suyito dan kawan-kawan, sangatlah bermanfaat bagi petani cabe dan bawang. Mereka bisa menghemat tenaga dan waktu untuk membuat lubang tanam diatas mulsa, dan tentunya dengan alat ini betani bisa menghemat biaya produksi karena menghemat tenaga kerja.

  • ANUGRAH FITRADI, S Pt

Penyuluh yang satu ini tergolong gesit, meski latar belakang pendidikannya dalah sarjana peternakan, namun semua sub sector pertanian seperti tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan sudah sangat dikuasainya berkat kemauan kerasnya untuk menimba ilmu dan pengalaman dari para seniornya.

Bertugas di wilayah BPP Jagong Jeget yang wilayahnya banyak berbatasan dengan kawasan hutan, Anugrah sering menerima keluhan dari petani binaanya tentang seringnya terjadi serangan hama babi hutan yang menyerang dan merusak tanaman petani. Berbagai upaya untuk menggulangi hama ini sudah dilakukan seperti memasang jerat, memasang racun atau melakukan perburuan secara berkala, namun hama ini masih tetap menjadi “momok” bagi petani, terutama yang memiliki lahan pertanian di dekat kawasan hutan.

Sebagai penyuluh cerdas yang suka mencari berbagai referensi dari media, Anugrah pun ikut memutar otak untuk mengatasi kendala hama yang sering dikeluhkan oleh petani. Belajar dari pengalaman petani dalam mengusir babi hutan, dia jadi tau bahwa babi hutan sangat takut dengan bunyi-bunyian, apalagi yang sifatnya mengejutkan seperti petasan atau letusan senjata api. Menyarankan petani untuk menggunakan petasan, tentu bukan tindakan bijak, karena mengandung resiko yang mebahayakan petani, mengunakan senjata api juga sesuatu yang tidak mungkin.

meriam-pipa-pengusir-hama-babi-kreasi-anugrah-fitradi-58e73ebdb69373821909d883.jpg
meriam-pipa-pengusir-hama-babi-kreasi-anugrah-fitradi-58e73ebdb69373821909d883.jpg
Gambar 4, Anugrah Fitradi menunjukkan proses pembuatan "meriam pipa" pengusir hama babi hutan (Doc. FMT/Anugrah Fitradi)

Tekad yang kuat untuk membantu petani mengatasi permasalahan mereka, membuat Anugrah mulai merancang alat yang bisa digunakan untuk mengusir hama babi hutan. Berbekal potongan-potongan pipa paralon, dia mulai merancang “meriam pipa”, untuk “amunisi”nya, dia menggunakan botol atau kaleng bekas cat semprot atau spray yang bisa meledak kalau dipanaskan, sementasa untuk pemantiknya,, dia gunakan magnit yang diambil dari korek api gas bekas. Meski bisa menimbulkan suara ledakan yang cukup keras, tapi meriam ini tidak mebahayakan bagi petani karena tidak akan meledak seperti mercon. Efek suara keras dari meriam pipa inilah yang kemudian dijadikannya untuk menakut-nakuti babi hutan yang masuk ke lahan petani. Setelah dia plikasikan di beberpa kebun petani, ternyata alat ini cukup efektif mengurangi serangan hama babi.

Penyuluh yang satu ini memang termasuk salah seorang dari sedikit penyuluh yang rajin mengakses media, itulah sebabnya banyak informasi actual yang diketahui oleh penyuluh ini. Yang membuat penyuluh ini agak istimewa, dia juga punya kemampuan menulis, beberapa tulisannya terkait dengan aktifitasnya sebagai penyuluh, pernah dimuat di beberapa media online. Dan meriam pipa buatannya, merupakan salah satu karya inovasinya yang sangat bermanfaat bagi petani, meskipun untuk diaplikasikan secara luas, masih butuh beberapa penyempurnaan, tapi setidaknya dia sudah mampu mebuat terobosan baru yang bisa menjadi solusi bagi petani dalam mengatasi masalah hama yang selama ini mereka hadapi.

  • SAPRIN ZAILANI, SP

Penyuluh yang satu ini sangat paham bahwa dunia pertanian itu bergerak secara dinamis mengikuti perkembangan teknologi dan juga tren pasar, karena sistim pertanian modern memamng mangacu kepada pasar (agribisnis). Itulah sebabnya dia berpendapat bahwa penyuluh tidak boleh statis, tapi terus mengembangkan potensi diri serta meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dengan berbagai cara. Belajar dari pengalaman orang lain, membaca berbagai referensi serta mengikuti berbagai diklat adalah cara terbaik untuk meningkatkan kapasitas seorag penyuluh, begitu kira-kira prinsipnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun