Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Budidaya Wortel, Modal Cekak Untung Bengkak

17 Januari 2017   15:10 Diperbarui: 17 Januari 2017   21:33 5155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun belum memiliki lahan percontohan sendiri, tapi bukan menjadi halangan bagi para penyuluh pertanian yang bernaung di Balai Penyuluhan Pertanian Bebesen, Aceh Tengah untuk membuat demplot percontohan yang bisa menjadi wahana pembelajaran bagi petani binaan mereka di wilayah tersebut. 

Berkat hubungan dan komunikasi yang baik dengan para petani dan kelompok tani yang ada wilayah kecamatan Bebesen, para penyuluh dibawah koordinasi Kepala BPP Bebesen, Athaullah, SP bisa “meminjam” lahan milik petanidi kawasan agrowisata Pantan Terong untuk dimanfaatkan sebagai lahan demplot percontohan bagi para penyuluh pertanian itu.

Kondisi tanah yang cukup subur, didukung dengan agroklimatnya, kawasan Pantan Terong memang sangat cocok sebagai areal budidaya berbagai jenis sayuran khas dataran tinggi seperti kentang, kol, wortel, labu siam, brokolli dan sebagainya. Itu yang mendorong para penyuluh pertanian di sana untuk membuat demplot percontohan komoditi sayuran dataran tinggi, melalui demplot percontohan semacam ini, fungsi kepenyuluhan mereka akan lebih efektif karena dapat dilihat langsung serta mencontoh serta mempraktekkan apa yang telah dilakukan oleh para penyuluh, tidak hanya mendengar penjelasan secara teoritis semata.

Berbekal modal seadanya, sekitar tiga bulan yang lalu, Athaullah dan kawan-kawan mulai menggarap kembali lahan tidur di kawasan Pantan Terong untuk dijadikan lahan percontohan budidaya tanaman. Melhat potensi lahan yang sangat sesuai untuk pengembangan hortikultura, maka komoditi yang dipilih oleh para penyuluh itu juga komoditi hortikultura, khususnya sayuran dataran tinggi. 

Setelah sebelumnya suksees dengan demplot kentang dan kol/kubis, kali ini mereka memilih wortel sebagai komoditi demplot mereka. Selain cara budidayanya yang tidak terlalu sulit, modal yang dibutuhkan untuk budidaya wortel juga tidak terlalu besar dan prospek pasarnyapun cukup bagus.

Gambar 1, Seorang penyuluh pertanian menunjukkan hasil panen wortel pada lahan demplot mereka (Doc. FMT)
Gambar 1, Seorang penyuluh pertanian menunjukkan hasil panen wortel pada lahan demplot mereka (Doc. FMT)
Di lahan seluas kurang lebih 1.000 meter persegi tersebut, kemudian Athaullah dan teman-teman penyuluh lainnya mulai bergotong royong secara swadaya mengolah lahan untuk dijadikan areal budidaya wortel. Untuk memberikan contoh kepada petani sekitar tentang pentingnya budidaya sayuran organik, maka para penyuluh itupun menggunakan pola budidaya organik pada tanaman wortel mereka. 

Dengan memanfaatkan limbah ternak dan limbah pertanian yang banyak terdapat di sekitar lokasi, tanaman wortel mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan sangat baik, stimulan yang digunakan untuk memacu pertumbuhan tanaman juga hanya menggunakan pupuk organik cair produk lokal yang harganya relatif murah.

Dengan pmeliharaan dan perawatan intensif yang dilakukan oleh para penyuluh secara bergiliran, kemarin (Rabu, 16/01/2017) mereka mulai memanen tanaman wortel mereka. Umbi wortel yang dihasilkan di lahan demplot itupun lumayan bagus dan kualitasnya sangat baik. Dari lahan demplot tersebut mereka berhasil memanen lebih dari 1 ton wortel kualitas/grade A, padahal biaya yang mereka keluarkan hanya Rp 300 ribu saja yaitu untuk pembelian benih dan pupuk stimulan, sementara untuk pengolahan lahan dan pemeliharaan tanaman dilakukan secara gotong royong. Menurut Athaullah, hasil tersebut sebenarnya masih bisa ditingkatkan jika kondisi iklim dan cuaca mendukung.

“Kalau normalnya, bisa menghasilkan dengan lahan seluas seribu meter persegi bsa menghasilkan 1,2 sampai 1,5 ton, tapi pasca penanaman kemarin, curah hujan sangat minim, tapi dengan hasil seperti inipun, secara analisa usaha tani, sudah sangat menguntungkan, ini bisa jadi motivasi bagi para petani di sekitar lokasi,” ungkap Athaullah yang akarab dpanggil Abah ini.

Lokasi demplot yang meski berada di puncak perbukitan, namun akses jalan menuju lokasi sudah cukup baik, sehingga para penyuluh itu tidak menemui kesulitan untuk memasarkan hasil panen mereka, karena pedagang pengumpul yang sudah diberikan informasi sebelumnya, langsung menjemput hasil panen wortel tersebut di lokasi. 

Harga yang dipatok pedagang di lokasi pun lumayan tinggi, yaitu Rp 4.000,- per kilogramnya, artinya dari hasil panen demplot di lahan yang tidak seberapa luas itu, para penyuluh bisa mengantongi pendapatan 4 juta rupiah, setelah dipotong dengan biaya produksi, keuntungan besih yang mereka terima sebesar Rp 3.700.000,-. Keuntungan tersebut yang kemudian oleh Athaullah dibagikan kepada para penyuluh untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

“Alhamdulillah, meskipun belum optimal, tapi teman-teman penyuluh sudah bisa menikmati hasil dari kjerih payah mereka, ini bisa jadi motivasi bagi teman-teman untuk memuat demplot yang sama dengan areal yang lebih luas, karena budidaya wortel ini tidak sulit tapi hasilnya lumayan menguntungkan” tambah Athaullah yang ditemui di sela-sela panen kemarin.

Dari hasil demplot tersebut, secara analisa usaha tani, budidaya wortel ternyata sangat menguntungkan. Jika dihitung biaya produksinya, termasuk biaya pengolahan lahan, dalam satu hektar tanaman wortel hanya menghabiskan biaya sekitar 8  juta, sementara hasil minimalnya bisa mencapai 10 sampai 12 ton. Dengan asumsi harga rata-rata Rp 4.000,- per kilogram, pendapatan kotor bisa mencapai 40 sampai 48 juta rupiah, artinya keuntungan bersih yang bisa diperoleh petani mencapai 32 sampai 40 juta rupiah dalam 3 bulan, ini merupakan peluang ekonomi yang cukup menjanjikan, ungkap Abah.

Pemasaran wortel selama ini juga nyaris tidak ada kendala, karena permintaan pasar baik untuk pasar lokal maupun luar daerah cukup tinggi, apalagi untuk produk sayuran organik seperti yang dihasilkan di kawasan Pantan Terong ini, peminatnya cukup banyak dan harga jualnyapun relatif stabil. Dari pengalaman teman-teman penyuluh itu, sudah membuktikan bahwa budidaya wortel itu sangat menguntungkan, dengan modal cekak, tapi untungnya membengkak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun