Selain itu keengganan penyuluh untuk belajar teknologi serta minimnyadukungan kelembagaan penyuluh yang mampu mendorong para penyuluh untuk dapatmengakses teknologi informasi juga ditengarai menjadi penyebab masih lemahnyapenguasaan teknologi pertanian oleh para penyuluh pertanian, terutama yangbertugas di daerah.
Harusdiakui , di tingkat kelembagaan penyuluh sendiri, khususnya dikabupaten-kabupaten, dukungan pimpinan instansi atau kelembagaan penyuluhterhadap akses informasi berbasis internet juga masih lemah. Banyak pimpinaninstansi penyuluhan tingkat kabupaten yang minim kepedulian terhadap pentingnyaakses informasi melalui internet, karena yang bersangkutan juga tidak menguasaiteknologi tersebut. Kondisi seperti ini tentu saja membuat motivasi penyuluhuntuk belajar tentang teknologi informasi menjadi rendah, dan akibatnya masihbanyak penyuluh pertanian yang sama sekali tidak mengusai teknologi informasitersebut.
Itulahsebabnya, penyelenggaraan cyberextension relatif belum berjalan secara efektif dan efisien.Terjadi "redundant"(tumpang tindih) data, duplikasi kegiatan, dengan kualitas datayang dikumpulkan relatif masih rendah, belum sesuai kebutuhan, belum tepatwaktu dan tidak up to date. Sistemumpan balik tidak berjalan optimal,. Akibatnya, pemanfaatan data/informasi ditingkat daerah (kabupaten/kota) untuk advokasi,perencanaan program, monitoring dan evaluasi juga relatif masih rendah.
Padahalaplikasi sistim penyuluhan berbasis internet, Cyber Extension ini sebenarnyasangat mudah diakses oleh siapa saja, terutama para penyuluh pertanian, karenaKementerian Pertanian telah menyediakan Hardwaredan Software pendukung aplikasi inisampai ke tingkat kabupaten bahkan tingkat kecamatan. Untuk dapat mengakseslayanan Cyber Extension ini, para penyuluh maupun petani cukup mengunjungi link www.cybex.pertanian.go.id.Dan langsung dapat mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan secara cepatdan mudah serta memasukkan (mengupload) materi penyuluhan secara cepat danmudah..
Namunkembali pada masih lemahnya sumber daya manusia baik ditingkat kelembagaanpenyuluh maupun pada individu penyuluh sendiri, membuat aplikasi yang sengajadiprogramkan untuk memudahkan keja penyuluh ini, justru belum bisa dimanfaatkansecara optimal oleh penyuluh. Kedepan, mestinya orang-orang yang duduk dikelembagaan penyuluh khususnya yang berada di tingkat kabupaten, harusmerupakan sosok-sosok yang menguasai teknologi informasi dengan baik. Dengandemikian mereka dapat mentransfer kemampuan di bidang teknologi informasitersebut kepada para penyuluh pertanian yang ada di lapangan, sehingga merekadapat memanfaatkan media penyuluhan online Cyber Extension ini secara optimal.
Butuhterobosan “berani” untuk bisamelakukan semua ini, mereka yang akan ditempatkan pada instansi ataukelembagaan penyuluhan di daerah, harus benar-benar mereka yang memilikikompetensi di bidang penyuluhan, memahami seluk beluk penyuluhan, dan menguasaisemua aspek penyuluhan termasuk bagaimana memanfaatkan media penyuluhan onlineini untuk mengoptimalkan pelayanan penyuluhan kepada petani.
Prinsip“The right man on the righ place”benar-benar harus diterapkan pada kelembagaan penyuluh, kalau memang kita menginginkankemajuan bidang pertanian dan peningkatan kesejahteraan petani melalui sistimpenyuluhan pertanian. Tidak seperti fenomena yang terjadi selama ini, dimanasebagian besar besar mereka yang duduk (atau didudukkan) padainstansi/kelembagaan penyuluhan justru mereka yang tidak paham tentang selukbeluk penyuluhan pertanian dan tidak menguasai berbagai aspek penyuluhan..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H