“Para penyuluh pertanian adalah pihak yang selama ini paling dekat dengan para petani, itulah sebabnya kami meminta dukungan dan peran aktif teman-teman penyuluh demi keberhasilan program pengembangan jeruk keprok Gayo ini” lanjut Nasrun.
Senada dengan Nasrun, pakar jeruk keprok Gayo, Wiknyo juga mengungkapkan hal yang sama. Dari pengalamannya membudidayakan jeruk keprok Gayo selama puluhan tahun, pengaturan jarak tanam merupakan salah saktu faktor penentu keberhasilan pengembangan komoditi ini, terutama pada pertanaman dengan pola tumpang sari. Menurut Wiknyo, selama ini para petani hanya menanam jeruk sebagai selingan di kebun kopi mereka, sehingga mereka tidak meperhatikan jarak tanamnya, akibatnya hasil yang mereka peroleh juga tidak optimal, dan tanaman mereka juga rentan terserang hama dan penyakit tanaman.
“Kita harus memulainya dari sekarang, malu rasanya kita sudah punya komoditi unggulan yang sudah memiliki IG, tapi belum memiliki areal tanaman jeruk yang benar-benar dirawat dengan intensif, padahal nilai ekonomisnya saat ini cukup tinggi dan permintaan pasar dari waktu ke waktu juga terus meningkat, ini benar-benar peluang yang sangat bagus bagi petani kita, bukan sekdar untuk menjaga gengsi komoditi unggulan kita” ungkap Wiknyo.
Sudah puluhan tahun dirinya melakukan pembinaan dan penyuluhan kepada petani jeruk, namun belum banyak petani yang mengikuti petunjuk dan arahan yang dia berikan, padahal Wiknyo juga sudah membuat percontohan budidaya jeruk di kebun miliknya yang bisa dilihat dan sebagai tempat belajar bagi petani. Menurut Wiknyo, harus ada kebijakan atau regulasi yang jelas tentang strategi pengembangan komoditi ini, karena mindset petani saat ini masih mengacu kepada aturan, bukan kepada azaz manfaat, ini yang membuat Ketua Masyarakat Peduli Indikasi Geografis Jeruk Gayo (MPIG-JG) ini merasa cukup prihatin.
Itulah sebabnya, dia terlihat sangat antusias ketika Dinas Pertanian berencana untuk menggulirkan program pengembangan jeruk keprok Gayo secara berkelanjutan dengan menerapkan pengaturan jarak tanam. Dan tanpa diminta pun, dia akan selalu memberi masukan kepada pihak terkait demi suksesnya program yang menurutnya sangat bermanfaat bagi petani ini. Dengan cara ini, dia merasa optimis dalam beberapa tahun kedepan, jeruk keprok gayo akan kembali berkembang di daerah ini, sehingga predikat komoditi unggulan nasional serta IG yang melekat pada komoditi jeruk keprok Gayo, benar-benar bisa menjadi kebanggaan daerah karena didukung oleh program pengembangan yang sistematis dan berkesinambungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H