Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tgk. Haji Aman Aidi, Imam Masjid yang Sukses Berwirausaha di Kolam Ikan

8 Juni 2016   14:21 Diperbarui: 14 Juni 2016   10:39 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bakda Dzuhur, Aman Aidi kembali ke kolamnya, namun kali ini tidak lagi dengan aktifitas berat, paling-paling beliau hanya memberi makan ikan-ikan dikolamnya sambil menemani para pemancing yang tiap sore selalu memenuhi kolam miliknya. Selain menjual ikan segar dan bibit ikan yang berasal dari kolamnya, sudah beberapa tahun belakangan ini, Aman Aidi membuka kolamnya bagi para pemancing amatir yang ogah mancing ke danau atau ke sungai. Berbeda kolam pemancingan lain yang mennerapkan tarif masuk, di kolam pak Haji ini, para pemancing bebas masuk dan memilih tempat memancing sendiri tanpa harus membayar tiket masuk terlebih dulu. Pemancing hanya dibebani membayar  setelah hasil pancingannya ditimbang, jadi pemancing hanya membayar seharga ikan yang berhail mereka pancing, benar-benar kolam pemancinyan yang berkonsep syariah.

aman-aidi-menebarkan-benih-ikan-di-kolamnya-5757c71a329773d50c36587c.jpg
aman-aidi-menebarkan-benih-ikan-di-kolamnya-5757c71a329773d50c36587c.jpg
Gambar 3, Aktifitas Aman Aidi membersihkan kolam dan menebar bibit ikan (Doc. FMT)

Ada yang berbeda memancing di kolam Aman Aidi, kalau di tempat lain para pemancing dhibur dengan alunan music dari audio dan sound sistemnya, ada aura religious saat memancing di tempat ini, karena para pemancing tidak disuguhi hiburan musik, tapi seakan diajak ke alam kedamaian dengan mendengarkan lantunan ayat suci Alqur’an yang keluar dari mulut pak Haji yang hafal Qur’an 30 jus ini, trasa sejuk dan damai sekali, kadang kadang juga beliau selingi dengan tausiah-tausiah ringan.

Menjelang Ashar, pak Haji harus meninggalkan para pemancing untuk bergegas menuju masjid, melaksanakan tugas mulianya seagai imam. Aman Aidi juga tidak pernah merasa khawatir dibohongi oleh para pemancing, karena yang ada dibenaknya hanyalah fikiran positif thinking, dan kenyataanya memang begitu, nyaris tidak ada pemancing yang “lari” membawa hasil pancingannya saat kolam ditinggalkan oleh sang pemilik. Bagi para pemancing yang nggak sempat sholat ke masjid atau musholla, karena asyiknya memancing, Aman Aidi juga sudah menyediakan tempat sholat yang lumayan lebar dan bersih di pinggir kolam, para pemancing benar-benar dibawa kepada nuansa Islami, sesuai dengan jiwa sang pemilik kolam.

Menjelang Maghrib adalah saat “panen” bagi pak Haji, beliau tinggal duduk bagus menghadapi timbangan dan menerima uang harga ikan yang berhasil dipancing oleh para pemancing. Menjelang senja, saat mentari hendak bersembunyi di ujung barat, barulah Aman Aidi “melepaskan” kehidupan dunianya, mulai dari sebelum Maghrib sampai lewat Isya” beliau mengkhususkan waktunya untuk focus beribadah di masjid, selain sebagai imam, beliau juga mengajar beberapa orang mengaji di masjid itu, tak tebatas kepada pengajian Alqur’an, tapi juga menyangkut pembelajaran tentang aqidah, syariah dan fiqh..

Hampir setiap hari kolam milik pak Haji ini dipenuhi para pemancing dari seputaran kota Dingin Takengon, apalagi di bulan puasa seperti ini, jumlah pemancing melonjak drastis, tentunya ini berkah buat Aman Aidi dan keluarganya. Dari hasil mengelola kolam ikannya, pak Imam Masjid ini mampu mengantongi penghasilan yang lumayan besar, yang jelas lebih dari cukup untu memenuhi kebutuhan keluarganya, apalagi sekarang tanggungan beliau sudah jauh berkurang, karena hampir semua putra putrinya sudah berkeluarga. Dari hasil mengelola kola mini pula, akhirnya beliau bisa mebiayai dirinya beserta isteri untuk menyempurnakan rukun Islam kelima ke tanah suci, sekitar delapan tahun yang lalu, sungguh sebuah berkah dari keikhlasan yang disertai kerja keras. Itulah sosok Tengku Haji Khaliluddin alias Aman Aidi, sosok sederhana yang bisa menjadi teladan bagi siapa saja, sosok yang mampu menyeimbangkan antara kehidupan dunia dengan kehidupan akhiratnya. Tetap berikhtiar untuk mencari penghidupan dunia tapi tanpa meninggalkan amanah untuk meraih kebahagian di hari akhir, sungguh sebuah keteladanan yang bisa jadi inspirasi dan motivasi bagi siapapun, bahwa mengejar akhirat tidak harus dengan meninggalkan kehidupan dunia, dan mengejar dunia juga tidak mesti dengan melupakan kehidupan akhirat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun