Setelah vakum beberapa tahun, Pemerintah Jepang melalui Badan Kerjasama Internasional Jepang atau Japan International Corporation Agency (JICA), mulai tahun 2016 ini akan kembali membantu pembangunan pertanian di provinsi Aceh, seperti pernah dilakukan pada tahun 1990an. Untuk tahap awal, pada tahun 2016 ini JICA menfokuskan bantuan pembangunan pertanian di dua kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Aceh Tengah.
Hal tersebut terungkap saat dua orang perwakilan JICA yaitu Mr. Jun Tsurui, PHD dan Mr. Kazuhisa Matsui mengunjungi Aceh beberapa waktu yang lalu. Di Kabupaten Aceh Besar, perwakilan pemerintah Jepang itu langsung menemui Ketua Asosiasi Talas Satoimo Aceh, Mukhtar, ST, Kepala Balai Diklat Pertanian Aceh, drh. Ahdar, MP dan Kepala SMK PP Saree, Muhammad Amin, SP, MP. Ketiga tokoh pertanian Aceh Besar tersebut selama ini memang intens untuk mengembangkan komoditi tanaman pangan alternatif Talas Jepang atau Satoimo di Kabupaten Aceh Besar.
Dalam pertemuan di kantor Balai Diklat Pertanian, Saree itu, perwakilan JICA merasa kagum dengan upaya yang telah dilakukan oleh Mukhtar dan kawan-kawan yang dalam dua tahun terakhir terus membantu pengembangan komoditi pangan yang banyak dibutuhkan pasar negara Jepang itu. Menurut Mr. Matsui, permintaan pasar Jepang akan produk talas Satoimo dari tehun ke tahun terus mengalami peningkatan, karena sebagian besar warga Jepang, saat ini sudah mulai mengalihkan konsumsi pangan mereka dari beras dan gandum kepada talas satoimo, karena komoditi pangan ini dikenal sebagai sumber karbohidrat kaya kalori namun rendah kadar gula, sehingga aman dikonsumsi oleh siapa saja, termasuk para penderita diabetes. Disamping itu, kandungan collagen dalam talas satoimo juga diyakini mampu menghambat proses penuaaan, dari pengalaman penduduk Jepang, lanjut Matsui, mereka yang sudah mengkonsumsi talas satoimo ini dalam jangka panjang, relative panjang umur dan terjaga kesehatannya.
Melihat komoditi pangan alternatif ini dapat tumbuh dan berkembang dengan sangat baik di Kabupaten Aceh Besar, JICA berkomitmen untuk membantu para petani talas satoimo di Aceh Besar ini untuk dapat mengembangkan komoditi talas jepang dengan areal penanaman yang lebih luas lagi, karena berapapun produksi yang dihasilkan nantinya, dipastikan akan tertampung oleh permintaan pasar Jepang. Bantuan dalam bentok loan itu nantinya akan disalurkan melalui Dinas Pertanian Aceh bekerjasama dengan Asosiasi Talas satoimo Aceh.
Mukhtar, Ketua Asosiasi Talas Satoimo Aceh yang dalam beberapa bulan terakhir ini gencar mempromosikan Jus Satoimo, menyambut baik tawaran kerjasama dari pemerintah Jepang ini,
“Lirik” Jeruk Gayo di Aceh Tengah.
Saat mengunjungi Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah, perwakilan JICA langsung disambut oleh Kepala Dinas Pertanian, Ir. Nasrun Liwanza, MM beserta jajarannya. Usai melakukan audiensi di ruang Kepala Dinas yang membahas potensi pengembangan jeruk di Dataran Tinggi Gayo, perwakilan JICA itu kemudian diajak oleh Nasrun untuk melihat langsung tanaman jeruk yang banyak ditanam disela-sela kebun kopi di Aceh Tengah. Selain fokus untuk membantu pengembangan komoditi Jeruk Keprok Gayo, Jun dan Matsui sempat terkejut melihat banyaknya tanaman Jeruk Sayur atau Japnche Citroen (JC/YC) di kabupaten berhawa dingin ini. Menurut Matsui, jenis jeruk ini di Jepang dikenal dengan nama jeruk Yuzu, dan harganya di Jepang sangat mahal, sementara disini belum dikelola secara optimal. Jeruk Yuzu, oleh masyarakat Jepang digunakan sebagai bumu masak utama berbagai menu berbahan dasar ikan, sebagaimana kita tau, bahwa Jepang merupakan negara dengan tingkat konsumsi ikan terbesar di dunia.
Untuk langkah awal, ungkap Nasrun, JICA akan mefasilitasi beberapa petani dan petugas pertanian dari Dataran Tinggi Gayo ini untuk melihat langsung budidaya jeruk Yuzu di Jepang. Dari kunjungan tersebut diharapkan para petani akan mampu mengadopsi ilmu dan menerapkannya untuk pengembangan jeruk Gayo secara intensif, sehingga mampu mendongkrak kesejahteraan mereka..