Buah Semangka di sela-sela tanaman cabai (doc. FMT)Kreativitas petani terkadang muncul justru karena keterbatasan yang distimulasi oleh motivasi yang kuat dari dalam diri sendiri untuk berubah ke arah yang lebih baik. Seperti yang dilakukan oleh Ikhsan, seorang petani yang juga peternak di Blok C Kawasan Peternakan Terpadu Ketapang 2 Kecamatan Linge, Aceh Tengah. Dengan keterbatasan lahan karena harus berbagi untuk pengembangan ternak sapi balinya, Ikhsan mencoba mengoptimalkan pemanfaatan lahan usaha taninya untuk kegiatan produktif yang bisa untuk “mendongkrak” kesejahteraan keluarganya. Begitu juga keterbatasan sarana dan prasarana pertanian yang dia miliki, bukan menjadi penghambat baginya untuk berusaha tani.
Berbekal modal seadanya, dia pun mulai menggarap lahan miliknya untuk membudidayakan komoditi cabai, yang belakangan harganya memang sangat menggiurkan. Dengan bimbingan Paiman, seorang penyuluh di BP3K Ketapang, Ikhsan melaksanakan kegiatan usaha taninya sebaik mungkin agar mampu menghasilkan produksi sesuai yang diharapkan. Dengan perawatan dan pemeliharaan yang baik, tanaman cabai yang dibudidayakan oleh Ikhsan tumbuh dengan baik dan subur.
Pola tumpang sari cabai-semangka yang dicoba oleh petani Ketapang ini ternyata cukup berhasil. Tanaman cabai sebagai komoditi utama tidak terganggu pertumbuhannya, sementara tanaman semangka yang “menumpang” di situ, pertumbuhannya juga sangat baik. Yang kemudian membuat hati petani ini “berbunga-bunga”, justru tanaman semangkanya yang duluan menghasilkan. Belum lagi dia bisa memanen cabainya, tanaman tumpangsari itu malah sudah berbuah duluan. Raut kegembiraan pun terpancar di wajahnya ketika buah semangka hasil budi dayanya mulai bisa dipanen. Didukung kondisi agroklimat daerah Ketapang dengan cuaca yang sedikit panas, buah semangka yang dihasilkan petani ini pun rata-rata berukuran “jumbo” dengan berat antara 5 – 7 kilogram per buahnya.
Budi daya semangka sebenarnya bukan yang pertama kali dilakukan oleh petani di kawasan peternakan terpadu itu. Tahun lalu, seorang petani di sana, Sulaiman juga pernah berhasil membudidayakan komoditi ini, tapi waktu itu Sulaiman membudidayakannya secara monokultur. Kali ini dengan pola tumpang sari, Ikhsan bisa memperoleh keuntungan ganda dari usaha tani yang dilakukannya, yaitu cabai dan semangka sekaligus. Berkat kerja keras dan kegigihannya, sekarang dia bisa menikmati hasil usahanya itu, sambil menunggu buah cabainya memerah, dia sudah bisa menikmati hasil dari panen semangkanya.
Paiman sendiri tak kalah bangganya melihat keberhasilan petani binaannya berhasil dalam usaha tani. Dia berharap para petani lain di wilayah kerjanya bisa mencontoh apa yang telah dilakukan oleh Ikhsan karena sudah terbukti mampu memamerikan hasil memuaskan yang bisa meningkatkan kesejahteraan petani itu sendiri.
“Sebagai penyuluh, saya ikut bangga karena petani yang kami bina selama ini membuahkan hasil yang menggembirakan, saya berharap ini bisa dicontoh oleh petani lain di kawasan peternakan terpadu ini,” ungkap Paiman, kemarin (25/4/2016) sesaat sebelum berangkat menuju Balai Diklat Pertanian Saree, untuk mengikuti diklat di sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H