[caption caption="FMT"]Gambar 1. Bawang Merah asal Gayo Aceh Tengah dipamerkan di Bali bersama komoditi sejenis dari daerah lain (Doc. FMT)
Keberhasilan kabupaten Aceh Tengah dalam pengembangan komoditi Bawang Merah dan Cabe dalam beberapa tahun belakangan, mendapat apresiasi dari Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian. Sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilan tersebut, seorang penyuluh pertanian di BP3K Lut Tawar, Kaslil, SP didampingi oleh staf Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah, Asmadi, SP, belum lama ini diberi kesempatan untuk mengikuti Pertemuan Koordinasi Peningkatan Produksi Bawang Merah dan Cabe yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian bertempat di Kuta, Bali.
Dalam pertemuan tersebut kedua wakil dari Dataran Tinggi Gayo itu juga membawa sampel produk komoditi bawang merah dan beberapa jenis cabe seperti cabe Odeng, cabe TMcabe Rotan dan cabe Rawit (Caplak) yang selama ini telah dibudidayakan oleh para petani di kabupaten Aceh Tengah. Dalam pertemuan koordinasi yang digelar selama 4 hari dari tanggal 28 sampai 31 Maret 2016 itu, sampel bawang merah dan cabe dari Aceh Tengah turut dipamerkan bersama produk sejenis dari berbagai daerah di Indonesia.
Pertemuan Koordinasi Peningkatan Produksi Bawang Merah dan Cabe yang merupakan rangkaian upaya untik meningkatkan komoditi pertanian yang belakangan harganya “melambung” ini, dibuka oleh Direktur Jenderal Hortikultura, Dr. Ir. Spudnik Sujono Kamino, diikuti oleh 150 peserta dari seluruh Indonesia.
[caption caption="FMT"]
Dalam pertemuan tersebut Dirjen Hortikultura mengajak semua daerah untuk secara konsisten terus meningkatkan produsi dan produktivitas kooditi bawang merah dan cabe, karena komoditi hortikultura ini memegang peranan penting dalam siklus ekonomi pertanian di Indonesia.
“Dalam beberapa bulan terakhir, harga bawang merah dan cabe mengalami lonjakan yang sangat drastis, ini harus bisa kita antisipasi dengan meningkatkan produksi dan produktivitas kedua komoditi ini, jangan sampai kelangkaan komoditi ini di pasaran kemudian dimanfaatkan oleh negara lain untuk memasukkan produk hortikultura mereka ke negara kita, karena dalam kebijakan MEA, kita tidak bisa membendung masuknya produk pertanian dari luar negeri, yang bisa kita lakukan adalah meningkatkan produksi dalam negeri, agar impor produk hortikultura ini bisa diminimalisir” ungkap pak Pud, panggilan akrab Dirjen Hortikultura.
Sementara itu, Kaslil, penyuluh pertanian yang selama ini eksis membina petani bawang merah di kecamatan Lut Tawar, ketika dihubungi melalui telepon selulernya mengungkapkan bahwa dari segi mutu dan produktivitas, bawang merah yang dikembangkan oleh para petani di Aceh Tengah tidak kalah dengan daerah lainnya. Begitu juga komoditi cabe yang dihasilkan oleh para petani di Dataran Tinggi Gayo, tidak kalah ketika “disandingkan” dengan produk cabe dari daerah lainnya, hanya saja keragaman varietas cabe yang dikembangkan di Aceh Tengah masih sangat terbatas, lanjut Kaslil.
[caption caption="FMT"]
Pada hari terakhir pertemuan koordinasi tersebut, semua peserta juga diajak untuk melihat langsung lahan budidaya tanaman bawang merah di seputaran Danau Batur, Bali. Melihat lokasi budidaya bawang merah tersebut, Asmadi yang mewakili Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah mengatakan, bahwa dari segi teknis budidaya, pola yang diterapkan para petani di Danau Batur tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh petani di Gayo, hanya saja mereka selalu menjaga kontinuitas produksi, sehingga merka bisa menghasilkan bawang merah sepanjang musim, ini yang perlu kita adopsi, tandas Asmadi.
[caption caption="FMT"]