Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Jus Satoimo, Tren Baru Minuman Sehat yang Bikin Awet Muda

9 Maret 2016   17:14 Diperbarui: 10 Maret 2016   10:15 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="FMT"][/fmt]

Gambar 1, Gubernur Aceh, dr, Zaini Abdullah sedang menikmati Jus satoimo di Kafe Horas Saree, Aceh ( Doc. FMT/Ahdar)

Horas Coffee Gayo Saree, hanyalah sebuah kafe kecil yang berlokasi di Komplek Balai Diklat Pertanian Aceh di Saree, sekitar 70 km arah timur dari Banda Aceh. Awalnya kafe yang merupakan kerjasama antara pengusaha kopi olahan asal Takengon, Muhammad Abdi Manulang dengan pengelola Balai Diklat Pertanian Aceh ini didirikan untuk melayani para karyawan dan para peserta diklat yang ingin mencicipi aroma dan rasa spesifik kopi arabika Gayo yang sangat special itu. Tapi kafe ini kemudian mulai berkembang dan mulai ramai dikunjungi pelanggan setelah banyak pengguna jalan lintas Medan-Banda Aceh sering singgah untuk menikmati expresso, late atau black coffee di tempat ini. Selain memang lokasinya strategis karena berada di pinggir jalan Negara, kafe ini juga punya halaman parkir yang lumayan luas, sehingga para pengunjung tidak perlu memarkirkan kendaraan mereka di pinggir jalan yang bisa mengganggu arus lalu lintas. 


Manulang, pemilik usaha dagang Horas yang berpusat di Takengon ini memang punya instink bisnis luar biasa, melalui kerjasama dengan sisti bagi hasil dengan pengelola balai diklat, dia bisa meraih keuntungan jutaan rupiah setiap bulannya, karena makin lama kafe ini semakin ramai dengan pengunjung yang ingin sekedar melepas lelah sampil menikmati kopi special dari dataran tinggi Gayo. Bahkan belakangan kafe ini juga sudah menjelma sebagai tempat pertemuan bisnis bagi para pelaku bisnis dari berbagai daerah, juga jadi ajang kongkow-kongkow para politisi dan pejabat Aceh.


Ada “menu” unik yang kemudian menjadikan kafe ini semakin ramai dikunjungi orang, bukan lagi sebatas penikmat kopi, tapi juga para “pencari sensasi” minuman sehat. Menu baru yang disajikan kafe Horas ini tidak lain adalah Jus Satoimo, salah satu jenis minuman baru yang mungkin belum banyak dikenal orang. 


Adalah drh. Ahdar, MP yang tidak lain adalah Kepala Balai Diklat Pertanian Saree yang mula-mula memperkenalkan minuman yang belakangan semakin populer ini. Kalau biasanya jus terbuat dari berbagai macam buah-buahan, jus Satoimo dibuat dari umbi talas jepang atau yang dikenal dengan talas Satoimo, salah satu komoditi pangan yang cukup populer dinegara asalnya, Jepang. Beberapa bulan yang lalu Ahdar dibantu beberapa temannya mulai mengembangkan budidaya talas jepang ini di komplek Balai Diklat Pertanian uyang dia pimpin, kebetulan komplek peltihan bagi penyuluh pertanian ini memang meiliki lahan pertanian yang lumayan luas.


Talas jepang satoimo yang punya nama latin Colocasia esculenta var antiquorum memang dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah ini. Selain dikonsumsi dalam bentuk pangan olahan, ternyata talas jepang satoimo adalah jenis talas yang sama sekali tidak gatal seperti jenis talas lainnya ini, juga bisa dikonsumsi dalam keadaan mentah, rasanya seperti perpaduan antara buah salak dengan bengkoang atau bagi yang tidak terbiasa mengkonsumsinya langsung, bisa dibuat minuman dalam bentuk jus. Konon dari hasil penelitian, jenis talas ini memiliki kandungan Hyalitrotic Acid yaitu senyawa protein pembentuk Collagen yang diyakini dapat memperlambat proses penuaan kulit.


Dari literature tersebut, kemudian Ahdar mulai memperkenalkan jus satoimo kepada para pengunjung kafe Horas. Upaya Ahdar ternyata tidak sia-sia, dalam sebulan saja peminat jus yang konon bisa menambah kebugaran tubuh dan awet muda ini, semakin diminati anyak orang. Para penikmat kopi yang singgah di kafe ini mulai penasaran mencoba jusa yang belum begitu familiar ditelinga ini. 

Untuk mepromosikan jenis minuman sehat ini, Ahdar tidak segan-segan untuk mengundang para pejabat, pengusaha dan kalangan jurnalis untuk mencoba jus ini. Tidak kurang dari Gubernur Aceh, dr. Zaini Abdullah, Kepala Dinas Pertanian Aceh, Prof. Dr. Abubakar Karim, beberapa pejabat Kementerian Pertanian tercatat pernah singgah di kafe ini untuk mencicipi jus baru yang diperkenalkan oleh Ahdar.

[caption caption="FMT"]

[/FMT]

Gambar 2, Ahdar menemani tamunya menikmati Jus Satoimo (Doc, FMT)

Melihat antusiasme peminat jus satoimo, sementara stok budidaya talas jepang di lahan pertanian yang dia kelola masih terbatas, Ahdar pun sudah mengantisipasinya dengan menjalin kerjasama dengan seorang pengusaha dan eksportir talas jepang, Mukhtar Abes. Pengusaha dan juga eksportir yang komit dalam pengembangan talas jepang di kabupaten Aceh Besar inilah yang kemudian rutin memasok bahan baku jus satoimo yang berasal dari lahan-lahan pengembangan talas jepang yang kini sudah tersebar di berbabai tempat di wilayah yang berbatasan dengan kota Banda Aceh ini. 


Meski prospek bisnisnya sangat menjanjikan, namun Ahdar belum berkeinginan untuk membuka cabang lain jus satoimo, untuk sementara dia masih menginginkan jus satoimo ini menjadi cirri khas dan “trade mark” kafe Horas yang berada di komplek Balai Diklat Saree. Namun dia juga tidak menutup kemungkinan, bahwa aka nada pengusaha yang bakal melirik peluang bisnis ini dan mengembangkannya di kota-kota besar di Aceh seperti Banda Aceh, Sigli, Lhokseumawe, langsa bahkan kota-kota lain di luar Aceh seperti Medan dan Jakarta. Kemungkinan munculnya “pesaing” dalam bisnis jusa satoimo ini tidak membuat Ahdar khawatir, justru dia bersyukur karena ini akan jadi peluang bagus bagi para petani talas jepang di daerahnya. 


“Semakin banyak kafe yang menyajikan jus satoimo ini akan semakin menggugah minat para petani untuk mengembangkan komoditi ini, kalo selama ini produk yang mereka hasilkan hanya fokus untuk ekspor ke Jepang, nantinya mereka juga akan punya prospek pasar di dalam negeri, semakin banyak peminat tentu harga talas jepang juga akan meningkat, dan ini berarti peluang untuk meningkatkan kesejahteraan petani” ungkap Ahdar ketika ditemui saat menemani tamu-tamunya dari Kementerian Pertanian menikmati jus satoimo di kafe Horas.

[caption caption="fmt"]

[/fmt]

Gambar 3. Para Penikmat Jus Satoimo (Doc. FMT/Ahdar)

Promosi yang dilakukan oleh Ahdar secara “tidak sengaja” ini, ternyata berdampak positif terhadap perkembangan komoditi talas jepang satoimo di provinsi Aceh, khususnya di kabupaten Aceh Besar. Dari data yang dia peroleh dari relasinya, saat ini sudah lebih 200 hektar lahan pengembangan kooditi pangan favorit masyarakat Jepang ini. Dengan asumsi produktivitas 20 ton per hektar, natinya para petani talas jepang akan mampu menghasilkan tidak kurang 4.000 ton talas jepang, dengan harga pasar saat ini sebesar Rp 4.000,- per kilogramnya, maka penghasilan sebesar tidak kurang dari 16 M bakal mengalir ke kantong para petani talas jepang, sunggung sebuah peluang ekonomi yang sangat menjanjikan.


Anda penasaran untuk mencicipi segarnya jus satoimo? Silahkan singgah di kafe Horas di komplek Balai Diklat Pertanian Saree, Aceh Besar. Anda cukup merogoh kocek sepuluh ribu rupiah, sudah bisa menikmati segelas jus satoimo. Dan jika anda rajin mengkonsumsinya, selain tubuh anda akan semakin bugar, kandungan zat pembentuk collagen yang terkandung dalam jus ini, akan membuat anda awet muda. Tidak percaya, silahkan mencoba dan baca referensinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun