Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Antisipasi Multi Effect Bandara Rembele di Sektor Pertanian

15 Februari 2016   12:39 Diperbarui: 15 Februari 2016   12:47 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, Pemetaan Wilayah Komoditi.

Meskipun wilayah Gayo merupakan daerah pertanian, namun tidak semua wilayah bisa dikembangkan komoditi yang sama. Untuk itulah pihak-pihak terkait harus melakukan pemetaan komoditi, dimana komoditi yang akan dikembangkan di wilayah tersebut harus memiliki kesesuaian agroklimat dan syarat tumbuk komoditi tersebut. Sebagai contoh, wilayah yang cocok untuk pengembangan komoditi kentang, belum tentu cocok untuk pengembangan bawang merah, begitu juga wilayah yang hanya cocok untuk ditanami komoditi cabe dan tomat, belum tentu cocok untuk pengembangan kola tau wortel.

Dengan pemetaan komoditi ini, secara otomatis para petani akan terarah untuk hanya mengembangkan komoditi yang sesuai dengan kondisi di wilayah mereka. Pemetaan komoditi ini juga akan menghindari terjadinya over produksi komoditi tertentu, karena masing-masing wilayah akan focus dengan komoditi yang memang sesuai dengan kondisi lahan, iklim dan kesesuaian komoditi. Pemetaan komoditi juga akan menjamin produk pertanian yang dihasilkan akan memenuhi standar mutu yang diinginkan karena ditanam pada wilayah yang emamng memiliki kesesuan dengan spesifikasi komoditi tersebut.

Keempat, Penguatan Kelembagaan Petani.

Untuk bisa mengarahkan para petani agar mau menerapkan pola tanam bergilir, menerapkan standar mutu dan mematuhi sistim budidaya berdasarkan peta komoditi, dibutuhkan kelembagaan petani yang kuat. Klembagaan petani bisa dalam bentuk kelompok tani atau kelompom lainnya yang setiap anggotanya terikat dengan pertauran dan ketentuan yang akan mengatur sistim usaha tani mereka. Kelompok tani yang kuat akan mampu mengorganisir para petani untuk melaksanakan pola tanam dan budidaya pertanian mereka secara tertib dan teratur.

Untuk memperkuat kelembagaan petani ini dibutuhkan pembinaan dan penyuluhan secara berkelanjutan dengan melibatkan stake holder terkait dan pihak-pihak lain yang mampu merubah mindset dan mainstream petani seperti para ulama, tokok adat, tokoh budaya dan seagainya, karena harus diakui bahwa masyarakat Gayo, termasuk para petani masih punya keterikatan dengan factor agama, adat dan budaya.

Jika para petani sudah ter “include” dalam kelompok-kelompok tani yang kuat, tentu tidak sulit untuk bisa menghasilkan produk pertanian berkualitas dan memenuhi standar mutu yang diinginkan konsumen serta menjaga kontinuitas produksi. Dengan demikian keberadaan bandara Rembele yang memang dirancang untuk mendongkrak perekonomian masyarakat Gayo yang nota bene sebagian besar menggantungkan hidupnya dari sector pertanian, tidak menjadi sia-sia.

Fasilitas cargo yang sudah disediakan oleh pihak bandara, akan mengundang para penyedia jasa cargo untuk memanfaatkan fasilitas ini, karena mereka melihat adanya “pasar” yang menjanjikan untuk kelangsungan bisnis mereka. Para petani dan pelaku bisnispun akan merasa terbantu dengan adanya layanan jasa cargo ini, karena arus produk pertanian mereka akan semakin lancar , ini berarti keuntungan dan perbaikan ekonomi bagi masyarakat Gayo sudah didepan mata.

Namun jika langkah-langkah antisipatif seperti yang penulis kemukakan di atas diabaikan, bukan mustahil bandara megah yang dibangun susah payah dan sudah menelan anggaran ratusan milyar rupiah itu, hanya akan jadi monument dan obyek “tontonan” bagi warga Gayo. Fasilitas cargo akan menjadi mubazir jika produk pertanian yang diharapkan “mengisi” cargo tersebut tidak terjaga mutu dan kontinuitas produksinya.

Butuh kerja keras dan sinergi semua pihak untuk mewujudkan semua itu, fasilitas sudah tersedia, kita semua berharap bisa jadi “pemain” dan bukan sekedar penonton, karena bandara Rembele memang dibangun untuk dimanfaatkan, bukan sekedar jadi pajangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun