Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Antisipasi Multi Effect Bandara Rembele di Sektor Pertanian

15 Februari 2016   12:39 Diperbarui: 15 Februari 2016   12:47 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai salah seorang yang selama ini berkutat pada domain pertanian di Gayo, penulis ingin sedikit memberikan sumbang saran tentang langkah-langkah antisipatif yang perlu dlakukan baik oleh petani maupun pelaku usaha bidang pertanian yang nantinya akan memanfaatkan fasilitas bandara untuk kelancaran bisnis mereka.

Pertama, Perbaikan dan Pengaturan Pola Tanam.

Para konsumen produk hortikultura di Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam saat ini membutuhkan tidak kurang dari 200 ton produk buah dan sayuran untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Sebagai konsumen, mereka tentu mengharapkan produk yang mereka selalu tersedia di pasar setiap saat, maka kontinuitas peniriman produk tersebut harus tetap dijaga oleh produsen maupun eksportir dan distributor.

Untuk bisa memasok produk hortikultura itu secara rutin ke Negara tujuan, tentu para petani harus memperhatikan pola tanam mereka. Pengaturan jadwal tanam yang mengacu kepada ketersedian produk setiap saat, menjadi sangat penting. Bagaimana caranya supaya setiap minggunya ada produk yang dihasilkan petani untuk selanjutnya di ekspor guna memenuhi kebutuhan pasar di Negara tetangga tersebut. Jika mengacu kepada pola tanam sekarrang ini yang masih cenderung menggunakan pola “latah”, yaitu semua petani menanam komoditi yang sama dalam waktu bersamaan, maka kontinuitas produksi akan sulit dicapai. Pola tanam secara bertingkat dan bertahap, mungkin bisa jadi solusi, para petani diatur dalam kelompok-kelompok yang hanya bisa menanam komoditi tertentu secara bergiliran. Untuk komoditi kentang misalnya yang merupakan produk yang dibutuhkan konsumen setiap saat, para petani bisa mengatur pola tanam kmoditi tersebut secara bergilir, misalnya pada minggu pertama bulan Januari, ada 10 kelompok tani menanam dengan luas 100 hektar, minggu kedua juga ada 10 kelompok tani lainnya menanam dengan  luas areal pertanaman yang sama, dan seterusnya sampai dengan 10 -12 tingkatan atau jadwal tanam.

Dengan pengaturan demikian, akan ada panen setiap minggunya, dan permintaan pasar per minggu dapat dipenuhi sepanjang tahun, demikian juga dengan komoditi hortikultura lainnya seperti cabe, tomat, wortel, dan sebagainya. Pengaturan jadwal tanam seperti ini juga akan membuat harga pasar dari produk pertanian tersebut akan cenderung stabil, sehingga petani akan selalu diuntungkan. Yang perlu diperbaiki saat ini tentu saja mindset dan mainstream dari para petani dari pola “latah” menjadi pola teratur dan bergilir. Ini akan menjadi tugas utama dari para penyuluh pertanian dan stake holders terkait untuk bisa merubah pola fikir dan sikap para petani.

Kedua, Penerapan Standar Mutu.

Konsumen produk hortikultura di luar negeri, terkenal paling “rewel” dalam dalam urusan kualitas atau mutu dari produk yang akan mereka beli, begitu juga para importer produk-produk pertanian disana. Oleh karena itu, penerapan standar mutu harus diterapkan sejak mulai dari proses budidaya atau usaha tani, parca panen, packing dan pengiriman.

Ditingkat petani, harus dibudayakan untuk menggunakan bibit atau benih berkualitas, karena hanya bibit yang berkualitas saja yang akan menghasilkan produk berkualitas. Begitu juga dalam hala pemeliharaan dan perawatan tanaman, harus mengacu kepada pola “ramah lingkungan”, karena kecenderungan konsumen luar negeri untuk memilik produk-produk organic yang bebas residu bahan kimia berbahaya, tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Pengendalian penggunaan pupuk dan pestisida kimia harus benar-penar diiperhatikan. Terbukanya bandara Rembele, tidak menutup kemungkinan para buyer dari luar negeri untuk melihat langsung proses budidaya komoditi pertanian yang akan mereka beli, jika kemudian diantara mereka melihat, bahwa penggunaan bahan kimia oleh petani kita sudah diambang batas membahayakan keamanan produk pangan, bukan mustahil mereka akan mengurungkan niat mereka untuk membeli produk pertanian dari para petani kita, tentu ini kan sangat merugikan, karena pangsa pasar produk pertanian kita akan menjadi sempit.

Begitu juga dalam penanganan pasca panen, proses sortasi, packing dan pengiriman, harus tetap menjaga higienitas dan kebersihan produk. Proses penjemuran kopi yang dilakukan di pinggir jalan dengan menggunakan alas sekedarnya dan tidak steril dari pengaruh hewan peliharaan, yang selama ini diterapkan oleh petani maupun pedagang, harus di rubah.

Apa jadinya ketika calon buyer melihat, ada anjing atau hewan lainnya bebas duduk dan berkeliaran ditempat penjemuran tersebut, bukan tidak mungkin mereka kemudian akan membatalkan transaksi karena menganggap kita tidak mampu menjaga kebersihan dan kesehatan dari produk yang akan mereka beli. Penggunaan bahan pengawet yang mebahayakan seperti formalin dalam proses pengolahan produk hortikultura juga harus dihindari, karena itu jelas akan berpengarus terhadap kualitas dan standar keamanan pangan yang menjadi syarat mutlak yang diminta oleh konsumen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun