Ketika Kaslil memasuki “kancah” penyuluhan pertanian pada tahun 2008 yang lalu, dia hanya mengandalkan ijazah SMK Pertanian yang dimilikinya, tapi meski dengan hanya dengan modal ijazah tersebut dia sudah mampu berkiprah sebagai seorang penyuluh pertanian yang cukup handal. Namun Kaslil, bukanlah sosok penyuluh “statis” yang mudah puas dengan apa yang sudah dia capai, dia merasa ilmu dan keterampilan yang dia miliki belum memadai untuk eksis sebagai seorang penyuluh pertanian. Maka ditengah kesibukannya sebagai penyuluh yang cukup padat, dia masih menyempatkan diri “mencuri” waktu untuk melanjutkan kuliahnya. Meski kuliah, dia tetap saja tidak mengabaikan tugasnya melakukan aktifitas penyuluhan yang menjadi tanggung jawabnya, dia sengaja mengambil perkuliahan non regular yang hanya masuk kampus pada hari Sabtu dan Minggu. Kalau pegawai lainnya ikut kuliah hanya mengejar ijazah agar bisa menduduki posisi tertentu, tapi tidak bagi Kaslil, dia menyempatkan diri untuk melanjutkan kiliah, semata-mata untuk meningkatkan kapasitas individunya di bidang pertanian.
Selama empat tahun dia harus pandai-pandai membagi waktu antara tugas pokok dengan kuliahnya, tahun 2014 yang lalu, Kaslil resmi menyandang gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian Universitas Gajah Putih, sebuah perguruan tinggi yang sudah eksis sejak tahun 1986 di Takengon. Meski sudah menyandang gelar sarjana, tapi tidak lantas membuat Kaslil berubah, dia tetaplah sosok bersahaja yang begitu “menikmati” tanggung jawabnya sebagai seorang penyuluh pertanian. Keseharian Kaslil memang sangat bersahaja, murah senyum dan mudah akrab dengan siapa saja. Satu hal yang mengagumkan dari penyuluh ini, adalah semangat belajarnya yang cukup tinggi, meski sebenarnya kemampuan yang dia miliki boleh dibilang sudah memadai, tapi dia tidak pernah berhenti belajar dari siapa saja. Itulah sebabnya, selain kehadirannya selalu ditunggu para petani, dalam pergaulan sehari-hari, dia juga disenangi oleh teman-temannya, bukan hanya dari kalangan penyuluh tapi juga dari kalangan “eksternal” seperti Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan dan Dinas Peternakan. Instansi teknis lingkup pertanian itu sudah memberi kepercayaan penuh kepada Kaslil untuk membantu distribusi bantuan ketika ada program bantuan dari dinas teknis di kecamatan Lut Tawar, tentu saja masih tetap dalam koordinasi dengan Husaini sebagai “atasan”nya.
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/12/07/kaslil-melakukan-penyuluhan-bersama-babinsa-5664fde85fafbd38064bc772.jpg?v=400&t=o?t=o&v=555)
Suksesnya Upaya Khusus (Upsus) Peningkatan Swasembada Padi di kecamatan Lut Tawar pada tahun 2015 ini juga tidak terlepas dari peran penyuluh yang satu ini, begitu juga Sekolah Lapang Good Agricultural Practice (SL-GAP) Bawang Merah yang memberikan hasil yang cukup memuaskan itu, salah satunya juga berkat peran seorang Kaslil, tentu tanpa mengesampingkan peran penyuluh lainnya. Begitu juga kegiatan swakelola pembangunan jaringan irigasi pedesaan (Jides) di beberapa tempat dalam wilayah kecamatan Lut Tawar, bisa terlaksana dengan baik juga berkat peran penyuluh ini. Nggak salah rasanya kalau kemudian saya mengibaratkan kecerdikan dan kegesitan penyuluh ini seperti “Kancil”, hanya bedanya kancil yang sebenarnya, hanyalah cerita rekaan dalam dongeng, tapi kisah Kaslil adalah kisah yang terjadi di dunia nyata, kiprah dan “sepak terjang”nya dapat dilihat langsung oleh siapa saja yang sempat berkunjung ke BP3K Lut Tawar. Logis juga kalo “gelar” penyuluh pertanian “Liebicer” kemudian dilekatkan oleh para petani di wilayah pinggiran Danau Laut Tawar itu, karena selain mahir di bidang pertanian, dia juga faham dengan karifan lokal.
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/12/07/kaslil-memberikan-contoh-pengendalilan-hama-pada-tanaman-padi-5664fe3eb37a618105f52a01.jpg?v=400&t=o?t=o&v=555)
Meski hanya berstatus penyuluh kontrak, Kaslil adalah sosok yang patut menjadi teladan, dia tetap bekerja all out meski penghasilan yang dia dapatkan boleh dibilang belum patut. Semangat dan motivasi diri yang luar biasa itu, yang mendorongnya untuk tetap mengabdikan dirinya sebagai penyuluh pertanian, profesi yang dia anggap sangat mulia itu, karena bisa mengangkat derajat dan kesejahteraan para petani. Dalam kebersahajaannya, Kaslil hanya berharap janji Menteri Pertanian dan Menteri Peberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk segera mengangkat THL TBPP menjadi pegawai negeri atau aparatur sipil negara (ASN) segera terwujud, karena dia pun juga ingin kepastian tentang statusnya dan masa depan bagi keluarganya.