Meski saya tidak pernah menyesal tidak memiliki gelar akademik apapun, tapi dalam kondisi tertentu saya juga seperti terbeban dengan status saya, bagaimana tidak dalam sebuah pelatihan yang semua pengajarnya bergelar S-1 atau S-2, kemudian saya yang hanya tamatan SMA “menyelip” disitu. Tapi karena dari awal ketika saya ditunjuk untuk menyampaikan materi dalam pelatihan, niat saya adalah hanyalah untuk “berbagi’ pengalaman, maka beban mental seperti itu bisa saya netralisir. Pun demikian, saya sama sekali tidak berharap ada yang mencontoh saya, seorang yang sebenarnya tidak punya kapasitas, tapi “nekat” untuk jadi pengajar. Jenjang pendidikan dan gelar akademik yang memadai tetaplah sesuatu yang penting agi setiap orang, meski tidak selamanya gelar akademik itu “berbanding lurus” dengan kapasitas dan kemampuan seseorang.
kemudian saya “bercerita” tentang pengalaman mengajar saya, sama sekali tidak ada maksud untuk membanggakan diri, karena apa yang terjadi pada saya adalah sesuatu yang sebenarnya tidak lazim, ibaratnya hanya “tak ada rotan, akarpun jadi”. Tapi saya tetap saja harus banyak-banyak bersyukur, dengan keterbatasan kapasitas dan skill yang saya miliki, masih saja ada yang memberi kepercayaan kepada saya, semua itu saya anggap sebagai berkah dari Yang Maha Kuasa, karena sejatinya semua yang sudah saya lakukan selama ini, adalah “takdir” yang sudah melekat pada diri saya, saya hanya menjalaninya seperti air yang mengikuti aliran sungai.
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/12/05/mengajar-2-56626572f37e61530501dacb.jpg?v=400&t=o?t=o&v=555)