Maka ketika Tuhan menurunkan hujan, tidak ada lagi hutan yang manhannya, tidak ada lagi sungai yang mengalirkan airnya, yang terjadi kemudian adalah longsor dan banjir dimana-mana.
Agaknya musibah yang terus terjadi dari tahun-tahun ini bisa jadi bahan renungan kita, untuk mampu berbuat “adil” terhadap alam. Kalaupun kita memang memutuhkan kayu untuk berbagai keperluan kita, mengapa kita tak mencoba menanamnya kembali, ketika kita butuh tempat untuk membuang sampah, kenapa kita mesti mebuangnya ke sungai-sungai.
Tidak ada kata terlambat untuk melakukan sebuah kebaikan, misalnya saja ada kesadaran setiap warga yang mendiami kawasan tengah Aceh yang jumlahnya mungkin lebih dari satu juta jiwa ini untuk menanam sebatang pohon setiap bulannya, maka dalam setahun akan ada 12 juta batang pohon tertanam, dan dalam beberapa tahun kedepan mungkin tidak ada lagi bukit-bukit gundul di daerah ini.
Curahan air hujan yang selama ini jadi “momok” akan berubah menjadi berkah dan rahmat, karena akan menjadi cadangan air untuk keberlangsungan usaha pertanian.
Pemerintah memiliki sarana, dan warga punya tenaga, mengapa tidak dicoba untuk bersinergi membersihkan sungai-sungai, parit dan selokan yang da di sekitar kita?, jawabannya kemali kepada kesadaran kita, karena tanpa adanya kesadaran kita, peraturan dan regulasi tentang lingkungan sebaik apapun tidak akan mampu menghentikan bencana.
Pembelajaran bagi masyarakat melalui simulasi Sekolah Lapang Iklim, mungkin juga akan membantu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan memperbaiki kualitas lingkungan, karena melalui pembelajaran dalam sekolah lapang tersebut, masyarakat akan mampu “membaca” fenomena alam, dan tenu saja akan berusaha untuk mencari solusi menghadapi gejala alam tersebut.
Kalau hanya mengandalkan anggaran dari BMKG, tentu akan sangat terbatas cakupannya, agaknya kepedulian pemerintah kabupaten di wilayah tengah Aceh ini untuk mengalokasikan anggaran pembelajaran tentang fenomena alam bagi masyarakat memang menjadi sesuatu yang niscaya. Tapi kapan itu akan terwujud, Wallahu a’lam, semua tergantung dari I’tikad dan niat dari pihak-pihak terkait.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI