Lokasinya berada di jantung kota Takengon, tepatnya di komplek Masjid Raya Ruhama, hanya beberapa puluh meter dari Kantor Bupati Aceh Tengah, memuat taman kanak-kanak ini sangat gampang dicari. Sesuai dengan nama yayasan yang menaunginya, Taman kanak-kanak ini kemudian diberi nama Taman Kanak Kanak Alqur’an Ruhama, nama masjid terbesar di kota berhawa dingin itu.
Sekilas tidak ada yang berbeda antara taman kanak-kanak ini dengan sekolah lainnya, sebuah bangunan berkonstruksi kayu yang menjadi tempat pembelajaran bagi anak-anak usia pra sekolah ini juga tidak terlihat istimewa, hanya biasa-biasa saja. Tapi begitu memasuki komplek TK Alqur;an ini, ada yang terasa berbeda dengan TK lainnya, selain jumlah muridnya yang lumayan banyak, metode dan cara pembelajaran di TK ini agak berbeda dengan di tempat lainnya.
Menurut penuturan Aminah Umar, S Pd, Kepala TK Alqur’an Ruhama, jumlah murid di sekolahnya setiap tahun tidak pernah kurang dari 240 murid, itupun sudah dibatasi sesuai dengan jumlah local yang tersedia yang hanya 6 lokal. Jumlah tersebut, ungkap Aminah, merupakan jumlah murid TK terbesar di seluruh Kabupaten Aceh Tengah.
“Kalo tidak kami batasi, jumlah peminat di sekolah ini akan terus bertambah, sementara kapasitas lokal kelas kami sangat terbatas” ungkap Aminah, itulah sebabnya pihaknya menerapkan sistim penerimaan murid lebih awal, sehingga pada saat dimulainya tahun ajaran baru, sudah tidak lagi menerima murid baru, karena pada bulan Juni, biasanya sudah “full booking”, lanjut Aminah.
Sebagai taman kanak-kanak umum, TK ini menerapkan kurikulum yang sama dengan TK=TK lainnya sesuai ketentuan dari Kementerian Pendidikan Nasional, tapi yang membuat TK ini berbeda, adalah muatan lokal wajib yang diterapkan bagi semua peserta didik. Di TK ini ada pelajaran khusus yaitu pelajaran membaca dan menulis Alqur’an dengan mengadopsi metode Iqro’, sehingga hampir semua murid sudah lancar membaca Alqur’an ketika lulus dari TK ini.Untuk itulah semua guru pada TK tersebut juga dutuntut untuk menguasai metode Iqro’ dan juga lancr dan fasih dalam membaca Alqur’an. Ada 16 orang guru atau biasa dipanggil Ustadzah di sekolah itu yang kesemuanya berpendidikan sarjana, sebagian besar bergelar S Pd I ( Sarjana Pendidikan Islam) yang merupakan jaminan bahwa para tenaga pengajar di TK itu benar-benar mampu dan menguasai pelajaran Alqur’an dan pelajaran yang terkait dengan akidah.
Bukan itu saja, selain pelajaran membaca dan menulis Alqur’an yang merupakan kurikulum tambahan yang sifatnya wajib, TK Alqur’an Ruhama juga sangat konsens dengan penerapan aqidah dan ajaran Islam bagi murid-muridnya. Para peserta didik yang rata-rata berusia 5 – 6 tahun atau yang oleh para pakar pendidikan sering disebut sebagai “Golden period” (periode emas) itu juga di ajarkan tentang tata cara berwudhu, tata cara dan bacaan sholat wajib, bahkan sampai dengan simulasi manasik haji. Bukan sekedar teori, tapi langsung dengan prakteknya. Tak heran jika lulusan TK ini, sudah hafal dengan bacaan dan syarat rukun sholat wajib. Begitu juga dengan hafalan do’a-do’a dan hafalan surat-surat pendek dari Alqur’an, juga merupakan menu “wajib” bagi semua peserta didik.
Ikawati Dewi, S Pd I, salah seorang tenaga pengajar di taman kanak-kanak itu mengungkapkan, proses belajar mengajar di TK itu di awali dengan apel bagi yang di isi dengan bacaan Asma’ul Husna yang dipimpim ole para ustadzah secara bergantian dan diikuti semua murid, kemudian begitu memasuki ruangan kelas, para murid juga diajarkan berbagai hafalan do’a. Setelah pelajran rutin seperti membaca, menuis dan menghitung (calistung), menyanyi atau menggambar, para murid mulai dibekali dengan pejaran Iqro’ dan dilanjutkan dengan pelajaran tentang ibadah wajib. Hal itu sengaja diterapkan sejak dini, karena menurut ustadzah Dewi, sarjana pendidikan Islam jurusan PGRA alumni STAIN Gajah Putih ini, pada usia 5 sampai enam tahun tersebut, daya tangkap dan daya ingat murid sangat tinggi, sehingga semua pelajaran yang diterimanya dalam periode itu akan di ingat dan membekas sampai dia dewasa kelak.
Penerapan pembelajaran aqidah sejak dini itu memang diprogramkan sebagai implementasi penerapan syariat Islam yang berlaku di Serambi Mekkah itu. Pemebelajaran aqidah sejak dini, akan lebih efektif daripada diterapkan ketika anak-anak itu mulai menginjak remaja, dan itulah yang menjadi nilai plus dari TK Aqur’an ini, lanjut Dewi yang sudah menjadi guru di TK ini sejak tahun 2011 yang lalu. Tapi meskipun, fokus pendidikan di TK ini adalah pembinaan aqidah sejak dini, bukan berarti mengabaikan kurikulum umum. Kualitas pendidikan umum di TK ini juga tidak kalah dengan TK lainnya, ini sudah dibuktikan dengan berbagai prestasi anak-anak TK ini dalam berbagai perlombaan, seperti lomba lukis, loba baca pusi, senama dan sebagainya.
Meski dengan pelajaran “tambahan” tersebut, jam belajar anak-anak menjadi bertambah, namun sama sekali tidak ada keberatan dari pihak wali murid, bahkan mereka merasa bangga bisa menyekolahkan putra putrid mereka di TK ini, karena selain bisa mengenal calistung dengan biak, anak-anak tersebut juga sudah diberikan “modal” fondasi yang kuat di bidang akidah.
Safrin, seorang warga Takengon yang menyekolahkan putranya di TK ini misalnya, ketika ditemui saat menjemput putranya, menyatakan merasa sangat senang anaknya bisa bersekolah di TK ini.
“Terus terang, karena kesibukan saya mencari nafkah bagi keluarga, terkadang saya hampir tidak punya waktu untuk mengajari anak-anak saya mengaji, syukurlah di ekolah ini anak saya mendapatkan pelajaran mengaji dan pelajaran ibadah lainnya dengan baik di sekolah ini” ungkap Safrin. Dia merasa bangga, anaknya yang baru sekitar tiga bulan belajar di TK ini sudah lancar dengan bacaan sholat dan hafalan surat-surat pendek.
Meski belakangan ini, di kota dingin Takengon sudah mulai muncul TK Islam Terpadu (TKIT) yang juga menerapkan pola pendidikan yang hampir sama tapi sama sekali tidak mengganggu eksistensi dari TK Alqur’an Ruhama, bahkan pihak yayasan maupun pengelola TK ini merasa bersyukur karena sistim dan pola pendidkan Islami yang telah mereka terapkan selama ini, mulai diikuti oleh lembaga pendidikan pra sekolah lainnya.
“Kami justru merasa bersyukur dengan lahirnya beberapa TKIT di kota ini, jadi kami tidak merasa sendirian menyiapkan generasi aqidah di daerah yang kental dengan penerapan syariat Islam ini” ungkap Aminah, Kepala TK yang sudah lebih dari 10 tahun menjadi pendididik di TK ini.”Bagi kami, mereka bukanlah pesaing, tapi justru menjadi mitra kami, karena memang daya tamping TK kami sangat terbatas, kehadiran TKIT itu bisa menjadi solusi bagi wali murid yang anaknya tidak tertampung di sekolah kami” pungkas Aminah.
Itulah sedikit gambaran dari sebuah taman kanak yang dari segi fisik bangunan hanya biasa-biasa saja, bahkan boleh dikatakan sederhana, tapi di balik bagunan sederhana itu tengah berlangsung penerapan akidah secara dini bagi generasi yang kelak akan mewarnai dinamika masyarakat Gayo, sebuah langkah dini yang patut diberi apresiasi di tengah maraknya infiltarsi budaya barat yang mulai merambah semua aspek kehidupan termasuk kehidupan anak-anak-anak kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H