Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Beratnya Tantangan Penyuluh di Daerah Terpencil

21 Februari 2015   17:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:46 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Raungan kendaraan roda dua membelah belantara dataran Tinggi Gayo, perjalanan berpuluh kilometer yang tidak mudah dan sangat melelahkan dengan medan yang cukup berat, tidak jarang “kuda besi” yang mreka pacu terpaksa harus diajak “berenang” menyeberangi sungai-sungai tanpa jembatan. Busi basah yang menyebabkan mesin motor ngadat, rantai putus atau lepas dari gir, ban bocor akibat menginjak bebatuan tajam adalah hal biasa yang hampir setiap hari mereka temui.

Ini bukan kisah tentang off roader yang sedang menjajal medan offroad penuh tantangan, ini juga bukan cerita tentang crosser yang sedang menggelar grass track lintas alam, tapi ini kisah tentang para penyuluh pertanian yang bertempat tugas di wilayah terpencil di Kabupaten Aceh Tengah.

Wilayah Aceh Tengah seluas lebih dari 432.000 hektare, sebagian besar topografinya berupa wilayah berbukit terjal dan banyak dilintasi sungai-sungai yang beberapa diantaranya belum memiliki jembatan atau kalaupun sudah ada jembatan, kondisinya cukup kritis dan mengancam keselamatan siapapun yang melewatinya. Kondisi jalan berbatu atau bahkan masih berupa tanah licin, bukanlah pemandangan yang sulit ditemui di daerah berhawa dingin ini khususnya pada daerah daerah yang masih dalam kategori terpencil. Kondisi seperti inilah yang setiap hari harus “ditaklukkan” oleh para penyuluh pertanian disana. Sebut saja wilayah Pameu dan sekitarnya di kecamatan Rusip Antara, wilayah Karang Ampar dan sekitarnya di kecamatan Ketol atau wilayah Linge, Jamat dan sekitarnya yang ada di kecamatan Linge. Daerah-daerah tersebut memang sudah berupa perkampungan yang dihuni oleh mereka yang berprofesi sebagai petani atau peternak, tapi jangan membayangkan bahwa fasilitas transportasi dan infrastruktur jalan seperti yang ada di pulau Jawa. Untuk menjangkau desa-desa terpencil itu dibutuhkan tenaga “ekstra” serta kemampuan sarana transportasi yang benar-benar tangguh untuk menaklukkan medan yang keras itu

Anugrah Fitradi misalnya, penyuluh pertanian jebolan Fakultas Peternakan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh itu sudah lebih 2 tahun “bergelut” dengan kerasnya alam wilayah Linge, Jamat dan sekitarnya, untuk dapat melakukan penyuluhan dan pembinaan kepada para petani di wilayah itu, Fitra harus punya keberanian ekstra mengendarai motor dinasnya, jalan berbatu dengan tanjakan dan tikungan tajam, jembatan yang nyaris ambruk, bahkan menyeberangi sungai berbatu sudah menjadi “makanan” sehari-hari baginya. Namun dengan kegigihannya, dia mampu menaklukkan ganasnya alam tersebut, tidak ada kata mundur baginya. Seringkali penyuluh ini harus menginap di lokasi karena jauhnyaperjalanan yang tidak memungkinkan dijangkau sehari pulang pergi, belum lagi kalo kendaraan yang ditungganginya bermasalah.

14244894801842406393
14244894801842406393

Begitu juga yang di alami oleh Deny Ariyanto, penyuluh yang masih berstatus tenaga kontrak itu mempunyai wilayah binaan di daerah Pameu di kecamatan Rusip Antara, sebuah wilayah dengan beberapa desa ini juga masih sangat terisolir. Untuk bisa mencapai wilayah yang terdiri dari beberapa desa itu, tidak jarang Deny harus “jatuh bangun” dari motornya. Untuk mencapai desa binaannya, Deny harus rela menapaki puluhan kilo jalanan dengan kondisi yang sangat “parah”, kondisi ini akan diperburuk dengan datangnya musim hujan, bukan sekali dua kali dia tergelincir bersama tunggangannya, untungnya dia juga seorang “jagoan” nge track, jadi terjatuh dari motor adalah hal yang biasa baginya. Deny tidak sendirian membina daerah terpencil itu, beberapa temannya yang juga masih berstatus sebagai penyuluh kontrak seperti Muhammad Taufiq, Majemi Adam Malik dan Adrian Muslim juga sering mengalami hal yang sama dengan yang di alami Deny.

1424489544937687043
1424489544937687043

Lain lagi yang di alami M Hasan dan Paiman, penyuluh yang bertugas di wilayah Peternakan Terpadu Ketapang ini. Beberapa wilayah binaanya khususnya di blok A Ketapang II harus dia datangi dengan menyeberangi sungai, pada saat musim kemarau, mungkin bukan hal yang sulit untuk menyeberangi sungai kecil itu, tapi pada saat musim hujan, dibutuhkan semangat dan keberanian ekstra untuk “menjejak” wilayah binaannya itu, arus air yang deras di sela-sela bebatuan ditambah jalanan yang licin, bukanlah medan yang mudah untuk dilalui. Belakangan M Hasan sudah dipindah tugaskan ke wilayah kecamatan Rusip Antara yang kondisi alamnya juga tidak kalah menantangnya dengan tempat tugas lamanya.

Begitu juga para penyuluh yang berada di kawasan Karang Ampar di kecamatan Ketol, sulitnya medan yang harus ditempuh oleh para penyuluh itu nyaris sulit tergambarkan dengan kata-kata. Harus di akui, bahwa pembangunan infrastruktur di daerah-daerah pelosok itu masih sangat kurang, namun kerja keras para penyuluh itu justru telah mampu mengangkat perekonomian masyarakat di wilayah terpencil itu melalui pembinaan dan penyuluhan yang mereka lakukan.

Meski tantangan yang dihadapi para penyuluh itu sangat berat, tapi mereka masih dapat melakoni profesinya sebagai penyuluh dengan penuh semangat, ada kalanya ketika terjatuh dari motor karena menginjak jalanan licin atau menyeberangi sungai erbatu, bukan rintihan kesakitan yang terdengar tetapi gelak tawa yang mengiringi kejadian yang mereka anggap “lucu” itu. Ketika melakukan kunjungan atau penyuluhan ke daerah itu, mereka memang tidak berangkat sendiri-sendiri, karena kalau mereka tidak berangkat dalam bentuk tim yang terdiri 3 sampai 4 orang, kendala yang akan dihadapi akan lebih berat. Rasa kebersamaan dan kekompakan antar anggota tim itulah yang membuat mereka mejalani tugas berat ini masih dengan perasaan gembira. Apalagi sesampainya di lokasi pembinaan, biasanya mereka segera disambut warga tani binaan mereka dengan suguhan kopi panas yang seakan mampu memulihkan keletihan mereka, tak jarang mereka juga bisa menikmati buah-buahan seperti durian atau langsat kalau kebetulan sedang musim, sesekali mereka juga bisa menikmati ikan sungai atau daging rusa hasil buruan masyarakat setempat.

Menjadi penyuluh seakan sudah menjadi “panggilan jiwa” mereka, sehingga kerasnya alam bukanlah rintangan yang harus di elakkan tapi harus ditaklukkan. Keakraban para penyuluh dengan alam di sekitar wilayah binaan mereka, menjadikan tantangan berat itu terasa “biasa-biasa” saja bagi mereka, karena mereka menyadari bahwa itu sudah merupakan “resiko” dari profesi yang mereka pilih. Ada perasaan bangga di hati mereka, ketika para petani yang mereka bina berhasil dalam usaha tani mereka, karena memang yang menjadi target dan tolok ukur keberhasilan mereka dalam bertugas.

Itulah sekelumit kisah tentang rekan-rekan penyuluh kita yang dengan tulus mengabdi di daerahdaerah terpencil di Dataran Tinggi Gayo, mereka itu layak disebut sebagai “pahlawan pertanian” dan layak untuk diberikan apresiasi serta penghargaan yang wajar, sesuatu yang selama ini belum sepenuhnya mereka terima. Adalah menjadi kewajiban para pihak yang berkompeten untuk memperhatikan nasib dan kesejahteraan mereka, apalagi mereka yang masih berstatus tenaga kontrak yang honorn bulanan mereka masih dibawah UMR itu. Semoga gambaran tentang beratnya perjuangan merka bisa jadi pertimbangan bagi para pemangku dan pembuat kebijakan untuk lebih memperhatikan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun