Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ogah Jadi PNS, Sukses Jadi Pebisnis

26 Februari 2015   18:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:28 3039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1424925378962933973
1424925378962933973

Melihat penampilannya sekilas, sepertinya “biasa-biasa” saja dan nyaris terkesan “kurang meyakinkan”, mengenakan celana jeans yang warnanya sudah memudar bahkan kadang-kadang sudah robek di bagian dengkulnya plus oblong yang juga tidak baru lagi, tapi begitu melihat seabreg aktifitasnya, kita akan berdecak kagum. Itulah sosok Sekti Wibowo atau yang lebih akrab dipanggil Mas Bowo, seorang pebisnis tangguh dari Desa Beseran, Magelang.

Mengawali usahanya dengan mengandalkan “modal dengkul”, kini bisnis yang digeluti lelaki 43 tahun itu berkembang dengan sangat pesat. Beberapa jenis usaha yang saat ini menjadi ajang bisnisnya benar-benar dimulai dari nol.

Berawal dari profesinya sebagai supir bus malam jurusan Jogja  Jakarta, Mas Bowo mulai berpikir tentang masa depannya, tidak mungkin selamanya dia terus berada “di atas roda” menyusuri jalanan panjang lintas propinsi itu, begitu yang ada dalam benaknya. Bermodal sedikit simpanan dari penghasilannya sebagai supir bus, dia mulai merintis usaha kecil-kecilan sebagai distributor beberapa jenis snack khas Magelang yang berbahan baku dari singkong seperti slondok, alen-alen dan berbagai jenis kerupuk ubi.

Bermodal kepercayaan dari para produsen snack itu, Mas Bowo mulai membuka jaringan pasar di beberapa daerah di Jawa Tengah kemudian meluas ke Jakarta, Jawa Barat dan Lampung, wilayah timur Jawa juga mulai dia jelajahi, mulai dari Jawa Timur, Madura dan Bali. Berkat kerja kerasnya, meski awalnya banyak kendala yang ditemuinya saat merintis usaha, namun lambat laun Mas Bowo mampu memiliki banyak relasi dagang di berbagai daerah.

Melihat peluang bisnis snack “tradisional” itu semakin memberi harapan, Mas Bowo mulai membuka usaha sendiri di bidang pengolahan hasil, masih menggunakan bahan baku singkong. Peluang pasar yang dia lirik saat itu adalah keripik atau ceriping singkong, kebetulan bahan baku untuk memulai usahanya itu cukup mudah dia dapatkan dari sekitar tempat tinggalnya.

Dari hasil “coba-coba” itu ternyata keripik singkong yang dia produksi cukup “laris manis” di pasaran, apalagi dia sudah memiliki banyak relasi dagang yang sudah dia rintis sebelumnya. Keripik singkong produksi mas Bowo yang memiliki rasa renyah dan gurih itu segera menghiasi banyak toko  mulai dari Bali sampai ke Lampung.

Mas Bowo kemudian berfikir untuk memperbesar usahanya, halaman belakang rumahnya yang lumayan luas, dia “sulap” menjadi “pabrik” pengolahan keripik singkong, sementara seperti diilhami pepatah “sambil menyelam minum air”, profesi sebagai distributor snack yang diproduksi oleh orang lain juga tidak dia lepaskan, Mas Bowo mulai dapat menikmati “keuntungan ganda” dari bisnis kecil yang dirintisnya.

14249256681789983851
14249256681789983851


Usaha keripik singkong yang dirintisnya sejak tahun 1997 itu kini sudah berkembang lumayan besar, setiap hari dia mampu memproduksi 600 sampai 800 kilogram keripik singkong dengan merek dagang "Libra Snack", begitu juga dengan jenis keripik yang dihasilkannya juga makin variatif, kalau awalnya dia hanya memproduksi keripik atau ceriping singkong rasa original, saat ini dia sudah mampu memprodukksi keripik dengan berbagai rasa.

Kelebihan ceriping produks Mas Bowo adalah proses pengolahannya yang masih menggunakan cara tradisional yaitu menggoreng dengan diatas tungku menggunakan kayu bakar sehingga aroma dari keripik yang dihasilkan lebih natural, dia juga tidak menggunakan bahan pengawet apapun selain garam, Melalui bisnis pangan olahan ini, dia juga sudah mampu menciptakan lapangan kerja bagi 6 orang pekerja tetap dan puluhan pekerja tidak tetap untuk menjalankan roda produksinya.

Setiap pagi, sebuah mobil box siap mengantarkan kreripik-keripik itu ke berrbagai daerah. Untuk bahan baku nyaris tidak ada kendala, dia tinggal menghubungi petani atau agen, lalu bahan baku berupa singkong segar akan segera sampai di rumahnya sesuai dengan pesanan. Kebetulan wilayah kabupaten Magelang memiliki banyak lahan tanaman singkong, ini sangat membantu Mas Bowo untuk terus memutar roda usahanya.

Adakalanya ketika produksi singkong di daerahnya mulai menipis, dia mendatangkan bahan baku dari daerah Gunung Kidul, Jogjakarta, sebuah truk colt diesel miliknya jadi andalan untuk mengangkut bahan baku keripiknya.

Tapi Mas Bowo bukanlah sosok yang mudah puas dengan apa yang sudah dia capai, usaha keripik singkong yang sekarang sudah beromzet puluhan juta perbulannya itu dia serahkan pengelolaannya kepada Etik, isterinya. Mas Bowo pun mulai memperluas bisnisnya di bidang lain, usaha perbengkelan merupakan usaha yang kemudian diliriknya.

Bermodal penegtahuan dan keterampilan di bidang “mengutak-atik” mesin mobil dan motor, maka berdirilah bengkel las dan servis Sekti Wibowo, kebetulan bengkel yang dibukanya berada pada lokasi strategis tepat di pinggir jalan lintas Magelang-Kaliangkrik-Salaman yang setiap harinya selalu ramai dilintasi berbagai kendaraan.

Dibantu tiga orang mekanik, usaha bengkel yang dia rintis pun berkembang pesat hanya dalam waktu yang relatif singkat, berbagai order pun berdatangan baik dari perorangan maupun perusahaan. Satu hal yang sangat dia perhatikan adalah kualitas dari pekerjaan di bengkelnya, dia tidak ingin konsumennya kecewa dengan pelayanan jasa yang dia berikan, hal ini yang selalu dia tekankan kepada ketiga karyawan bengkelnya.

14249260451807221095
14249260451807221095


Meski sudah sukses mengelola dua jenis usaha, tapi jiwa mas Bowo seperti tidak bisa dipisahkan dengan steur mobil dan jalanan. Pengalamannya sebagia supir bus selama bertahun-tahun, dia jadikan sebagai “modal” untuk membuka bisnis baru, kali ini dia melirik bisnis travel yang mengkhususkan pada pelayanan perjalanan wisata, karena dia melihat bahwa pariwisata sudah menjadi kebutuhan penting saat ini.

Bermodal 2 unit bus yang sudah dia modifikasi menjadi bus pariwisata dengan berbagai aksesorisnya, dia mulai mengembangkan bisnis barunya, sementara bisnis lamanya juga tetap dia pertahankan. Sadar bahwa property transportasinya terbatas, diapun menjalin kerjasama dengan orang atau perusahaan pemilik jasa angkutan lainnya. Prinsip transparan dalam pembagian hasil usaha yang dia jalankan dalam menjalin kerjasama juga membuat mitra usahanya merasa aman dan nyaman bekerja sama dengan Mas Bowo.

Lagi-lagi, banyaknya relasi yang dia kenal sangat membantu memuluskan usaha yang baru dia rintis itu, dua unit bus pariwisata miliknya selalu “full booking”, bahkan dia juga dapat memberikan order kepada pemilik atau perusahaan bus lainya. Kalender yang menempel di dinding rumahnya sudah penuh dengan lingkaran-lingkaran kecil sebagai tanda tanggal booking bus pariwisatanya.

Pada bulan-bulan tertentu seperti pada saat libur panjang, tak jarang dia memberikan order perjalanan pariwisatanya kepada orang lain karena bus yang dia miliki tidak mampu lagi melayani booking dari para pelanggannya. Dan ternyata bisnis barunya ini juga mampu meberikan keuntungan bagi orang lain, bukan hanya untuk dirinya saja.

Satu hal yang membuat banyak orang merasa salut kepada sosok Mas Bowo adalah keengganannya meminta-minta pinjaman permodalan baik dari perbankan maupun dari perorangan, dia berprinsip bahwa pinjaman modal jika tidak mampu dikelola dengan baik justru bisa “menghancurkan” usaha itu sendiri, lagipula pinjaman kredit hanya akan menjadi beban bagi usahanya. Nyaris semua usaha bisnis yang dirintisnya adalah swadaya dan swadana, hanya ketika dia butuh modal mendesak, baru dia mau berhubungan dengan pihak bank, itupun dia hanya memilih pinjaman jangka pendek.

Sukses yang di raih oleh Mas Bowo tentu tidak datang tiba-tiba, tapi melalui perjalan panjang yang berliku. Ketika dia berumur 10 Tahun atau masih duduk di kelas 4 sekolah dasar, dia sudah menjadi yatim, karena ayahandanya  sudah meninggalkan dia dan 3 orang saudara kandungnya untuk selamanya akibat penyakit lever yang dideritanya. Bowo kecilpun harus merasakan pahitnya ditinggal oleh sosok ayah ketika dia belum tau “apa-apa”, setamat dari SMP, Bowo yang mulai menginjak masa remaja harus mengubur keinginannya untuk menikmati masa remajanya seperti remaja-remaja lainnya, masa SMA “terpaksa” harus di jalaninya di sebuah panti asuhan di Purworejo. Tapi ternyata dari panti asuhan itu itulah dia mulai mendapatkan kedewasaannya, berbagai pelatihan keterampilan yang dia dapatkan selama di panti asuhan ternyata bisa menjadi inspirasi dan motivasi baginya untuk “bangkit” dari keterpurukan.

Setamat SMA sebenarnya Mas Bowo mendapatkan peluang untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil di BKKBN yaitu untuk mengisi formasi Penyuluh Lapangan Kelaurga Berencana (PLKB), dengan penuh semangat dia lengkapi berkas-berkas administrasi yang diperlukan, tes tertulis dan wawancara pun dia jalani dengan baik, dan hasilnya dia dinyatakan lulus sebagai CPNS.

Tapi keraguan mulai muncul di benaknya ketika dia terima SK penempatan yang mengharuskannya bertugas di kabupaten Demak, sebuah kabupaten yang cukup jauh dari tempat tinggalnya. Disatu sisi ia ingin merubah nasibnya dengan menjadi pegawai pemerintah, tapi disisi lain dia tidak tega kalu harus meninggalkan ibunya yang selama ini menjadi “single parent” mebiayai kebutuhannya dan ketiga saudaranya.

Dalam hati kecilnya dia mulai berfikir untuk bisa memantu ibunya tapi tetap tidak ingin jauh dari ibu dan saudara-saudaranya. Setelah berfikir panjang, akhirnya dia memutuskan untuk mengundurkan diri dari CPNS yang sebenarnya sebuah peluang yang banyak diincar para pelamar.

Gagal jadi PNS bukan berarti akhir dari segalanya, justru dengan memutuskan mundur dari pegawai, dia ingin menunjukkan bahwa dia bisa “hidup” tanpa harus jadi pegawai. Sikap dan jiwanya yang ingin bebas tanpa di atur-atur oleh orang lain juga merupakan salah faktor yang menyebabkan dia seperti “kurang berminat” jadi pegawai negeri.

Dan ternyata pilihannya sangat tepat, meski harus mengalami pahit getir dalam usaha, tapi kini Sekti Wibowo seperti sudah menunjukkan “kesaktian”nya. Usaha yang dia rintis tidak saja mampu merubah taraf hidupnya tapi juga mampu meberikan lapangan pekerjaan bagi orang lain.

Salah satu kunci sukses  Mas Bowo adalah karena dia menerapkan manajemen kekeluargaan dalam menjalankan bisnisnya, dia memperlakukan semua karyawannya tidak sekedar pekerja yang mendapat upah dari pekerjaannya, tapi Mas Bowo menganggap semua karyawannya sebagai bagian dari keluarganya sehingga mereka dapat bekerja dengan nyaman.

Untuk urusan gaji dan makan bagi karyawannya, Mas Bowo juga bukan orang yang pelit, dia selalu membayar gaji karyawannya tepat waktu dan tidak jarang dia memberikan bonus kalo pas mendapatkan “untung besar”, seluruh karyawannya juga bebas makan dan minum di rumahnya, sehingga mampu menghemat pengeluaran mereka.

Sikap kekeluargaan yang dia terapkan itu ternyata terbukti mebuat semua karyawannya betah bekerja di tempat usahanya baik di pabrik keripik, di bengkel maupun di bus pariwisatanya. Karyawan yang sudah direkrutnya, hampir semuanya bertahan sampai sekarang karena mereka merasa nyaman bekerja dengan Mas Bowo.

14249260921644371481
14249260921644371481

Meski sekarang sudah tergolong sebagai pebisnis yang sukses dan sering di undang oleh berbagai instansi untuk menjadi nara sumber pada seminar-seminar dan pelatihan kewira usahaan, tapi keseharian Mas Bowo tidak pernah berubah, dia tetap sosok bersahaja yang selalu tampil apa adanya, sekilas kesederhanaan Mas Bowo seperti penampilan pebisnis sukses Bob Sadino yang selalu terlihat tampil bersahaja bahkan nyaris “nyentrik” itu. Memang sih bisnis yang digeluti Mas Bowo belum sebesar bisnisnya pak Bob, tapi melihat keuletan dan kesungguhannya dalam menjalankan usahanya, bukan tidak mungkin suatu saat Mas Bowo akan “menjelma” sebagai Bob Sadino muda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun