Mohon tunggu...
MOH FAIZIN
MOH FAIZIN Mohon Tunggu... Administrasi - Operator Korwilcam Kedungjati

Terlahir Dari Keluarga Yg Sederhana Tak Harus Menghalangi Mimpimu Untuk Menjadi Orang Hebat dengan Cita-cita yang besar. Semua berhak punya mimpi baik aku, kamu, dia, mereka dan siapapun yang mau berjuang untuk membangun mimpinya dan berusaha mewujudkannya.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengetuk Rasa

10 November 2022   21:21 Diperbarui: 10 November 2022   21:44 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hari ini, Kamis 10 Nopember 2022
Entah sudah berapa pintu yang ku ketuk hanya untuk mendapatkan simpati rasa
Semua jawaban sama ....
Semua jawaban seirama ....

" Tidak Bisa dan Maaf Tidak Ada "
Aku terduduk lemas bersandar pada kursiku
Separah itukah ketidak percayaan itu untukku ??? 

Atau memang meraka tidak ada simpati dan empati kepada sesama ??? 
Aku justru terbelenggu dengan su'udzonku sendiri 

Aku bangkit berdiri untuk menyeduh teh hangat 
Meminumnya untuk menumbuhkan lagi semangat
Laptop kembali kunyalakan berkutat dengan angka-angka yang menjadi tanggungjawabku
Meski jujur ini sebetulnya bukan angkaku tetapi angka mereka.
Timbul satu rasa untuk melakukan seperti yang mereka lakukan
Menolak untuk sebuah pertolongan 
Namun kembali kesadaran itu hadir ... 
Jika aku menolak menolong, lalu apa bedanya aku dengan mereka ?? 

Tiba-tiba WA masuk menanyakan apakah bisa berkoordinasi ?? 
Perang batin kembali terjadi, antara menolak atau mengiyakan 
Cukup lama aku terdiam ... 
Sampai kemudian lagu yg ku putar "Titip Rindu Untuk Ayah" terdengar 
Deg.... aku sadar akan nasehat almarhum ayah dulu 
"Bekerja dimanapun tetaplah profesional, rendah hati dan jangan suka memendam dendam" 
Seketika ku balas WA itu.... "Iya silahkan ... saya di ruang belakang" 

Berat .... tetapi tetap aku berusaha memberikan pelayanan prima 
Koordinasi tetap saya layani sesuai prosedur 
Justru kemudian aku tahu dia merasa kikuk sendiri dengan sikapnya. 
Tetapi aku cuek saja, yang terpenting apa yang menjadi kendala dia sudah berusaha aku bantu semaksimal mungkin 
Lepas dari apa yang menjadi kekecewaanku
Toh kemudian aku mesti memaklumi 
Bahwa 1001 pintu yang kita anggap mewah dan bersahabat belum tentu mau terbuka 
Jika sudah berurusan dengan rasa dan empati 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun