(Catatan untuk Kontestan Pilkada Takalar 2017)
MUHALIS BEBANG, 2016
Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan memiliki garis pantai sepanjang 74 km, yang meliputi enam dari sembilan kecamatan yang ada di Takalar. Wilayah-wilayah yang berhadapan dengan Laut Flores tersebut adalah Kecamatan Mangarabombang, Mappakasunggu, Galesong Selatan, Galesong Utara, Galesong Kota dan Sanrobone.
Potensi pantai di Takalar dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk aktivitas menangkap ikan, pemeliharaan rumput laut dan perikanan air payau. Objek Wisata di Takalar yang memanfaatkan pantai, adalah objek wisata Topejawa, Ujungkassi, dan Pantai Galumbaya serta wisata terumbu karang di Pulau Tanakeke dan pantai pasir putih pulau-pulau kecil di Sanrobengi.
Pantai Galumbaya adalah nama yang terdengar masih asing bagi masyarakat luar Takalar. Masyarakat di Sulawesi Selatan, khususnya Makassar lebih familiar dengan Pantai Topejawa dan objek wisata pantai di Galesong. Galumbaya adalah wisata pantai yang berada di Kecamatan Sanrobone. Infrastruktur penunjang, dan promosi yang masih minim menjadikan kawasan yang terletak di pesisir selatan Sulawesi Selatan, sepi oleh kunjungan wisatawan lokal, apatahlagi mancanegara.
Galumbaya memiliki potensi yang layak untuk dikembangkan. Sentuhan dan polesan yang tepat akan menjadikannya mampu bersaing dan menyusul ketertinggalannya dari objek wisata pantai di Sulawesi Selatan yang lebih dulu menasional dan mendunia. Keunggulan Galumbaya dari objek wisata pantai lainnya di Takalar memang belum mengemuka.
Galumbaya tidak hanya pantai dan berbagai potensinya. Lingkungan sosial, dan budaya daerah atau desa-desa yang mengelilinginya adalah daya dukung yang harusnya dimanfaatkan. Sanrobone merupakan merupakan kecamatan baru, pecahan dari Mappakasunggu. Mendengar nama Sanrobone, seperti kembali bernostalgia dengan kejayaan Kerajaan Sanrobone. Peninggalan adat istiadat budaya sangat beragam. situs-sistus sejarah tersebar tak jauh dari Galumbaya. Masjid Baitul Maqdis (salah satu masjid tertua di Sulawesi Selatan) merupakan peninggalan dan bukti penyebaran Agama Islam di Takalar.
Benteng Sanrobone dengan model perahu sepanjang 3,7 km. Benteng yang dibangun pada masa pemerintahan Raja ke-1 Sanrobone, Dampang Panca Belong atas perintah Kerajaan Gowa pada abad ke XVI. Di dalam kompleks benteng terdapat istana kerajaan dan makam raja Sanrobone (kabbanga) menyerupai piramida. Situs-situs peninggalan kerajaan tersebut merupakan daya dukung bagi ‘tersembunyi’ bagi wisata Pantai Galumbaya dan objek-objek wisata bahari yang ada di sekitar Sanrobone.
Kabupaten Takalar adalah daerah yang subur untuk berbagai hasil pertanian. Dikenal sebagai pemasok beras, sayur mayur dan buah-buahan bagi kabupaten tertangga. Barada di sebelah utara ibukota Propinsi Sulawesi Selatan, menjadikan Takalar sangat penting bagi penduduk Makassar, terutama dalam pemenuhan kebutuhan hasil bumi.
Pertanian padi sawah, hortikultura, tambak dan empang, adalah aktivitas masyarakat yang ada di desa-desa sekitar pantai Galumbaya. Potensi-potensi tersebut merupakan aset yang dapat dikembangkan untuk mendukung potensi wisata Pantai Galumbaya. Sudah saatnya kawasan pertanian, dan perikanan yang ada di Kecamatan Sanrobone ditata, dipoles dan dikembangkan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan. Lebih dari itu, wilayah ini dapat dikembangkan keindahan dan daya tariknya sebagai sarana yang dapat memberikan kesenangan dan hiburan.
Desa-desa harus digenjot untuk berkembang dan meningkatkan produksi pangan tanpa melupakan keindahan dari aktivitas penduduk dalam memampaatkan sumber daya alam yang melimpah. Kawasan pedesaan harus dirangsang untuk memproduksi keindahan. Keindahan yang selama ini belum dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan.
Sudah saatnya desa dilengkapi sarana dan prasarana kehidupan, sehingga peningkatan ekonomi di pedesaan tak lagi merangkak. Pemerintah harus mampu menjadi pemicu dan pemacu percepatan pengkotaan kawasan pedesaan. Desa tidak hanya dituntut untuk meningkatkan produksi pertanian, tapi juga perlu dirangsang untuk memproduksi keindahan.
Pertanian padi sawah, hortikultura, dan berbagai komoditi lainnya di Sanrobone harus ditata sedemikian rupa untuk memproduksi keindahan. Produksi rendah tak jadi masalah, karena tertutupi oleh keindahan lahan-lahan pertanian. Hasil tambak dan empang, sebaiknya tidak langsung dijual ke pengepul. Petik, olah, jual yang dicetuskan oleh Ahmad Amiruddin (mantan Gubernur Sulawesi Selatan) harusnya dijiwai dan dikembangkan.
Bolu Kambu’ produksi Sanrobone sebagai produk olahan dari ikan bandeng sangat digemari oleh penikmat kuliner berbahan dasar ikan. Bolu kambu, saat ini diproduksi terbatas pada permintaan atau hajatan masyarakat sekitar. Membangun gazebo disetiap areal empang yang menyediakan alat-alat memancing, bakar ikan hasil pancingan di tempat, merupakan alternatif pilihan untuk meningkatkan pendapatan petani tambak yang luasnya mencapai 7,43% dari luas wilayah Takalar.
Pantai Galumbaya memang tidak berpasir putih, bukan berarti tidak layak dikembangkan. Galumbaya dapat dikelola menjadi paket wisata bahari, budaya, dan karya wisata bagi pelajar. Kecamatan Sanrobone merupakan daerah tujuan wisata yang terbilang lengkap. Warisan budaya Kerajaan Sanrobone, adat istiadat dan budaya, keanekaragaman hasil bumi dan kuliner lokal yang bercitarasa adalah kekayaan yang seharusnya menjadi nilai tambah pemerintah setempat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa-desa yang bermukim di sepanjang pantai.
Keindahan desa-desa di Sanrobone Takalar, tak kalah dibanding kawasan yang lebih dulu mendunia. Sekarang ini, baru Toraja dan Malino yang jadi tujuan utama wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sulawesi Selatan. Bukan berarti kawasan lainnya kurang indah. Saat ini, kawasan lain fokus pada peningkatan produksi hasil bumi dan terkesan melupakan keindahan.
Sudah saatnya masyarakat Kabupaten Takalar mendukung program Desa Emas yang digagas oleh Bapak Gubernur Syahrul Yasin Limpo. Yang mana, gagasan tersebut ingin menjadikan desa sebagai pendorong pertumbuhan perekonomian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas desa demi kemakmuran desa. Memperbanyak kegiatan, event, sail, atau festival budaya di deaerah-daerah wisata dapat menjadi ajang promosi guna meningkatkan nilai jual dan kunjungan wisatawan ke desa-desa di Takalar.
Penyediaan infrastruktur yang memadai, bukan hanya akan menarik wisatawan untuk berkunjung ke Pantai galumbaya. Lebih dari itu investor akan masuk menanamkan modalnya di Galumbaya. Masuknya investor dari luar akan merangsang tumbuhkembang usaha ekonomi kecil yang ada di sekitar objek wisata. Anyaman berbahan dasar daun pandang dengan berbagai model, ukuran dan fungsi akan turut menikamati peningkatan kunjungan wisatawan. Kuliner berbahan dasar rumput laut yang menjadi ciri dan penganan khas Galumbaya akan bangkit seiring dengan meningkatnya kunjungan wisatawan.
Sentuhan tangan trampil dan pemilik modal, yang didukung pemerintah setempat akan mempercepat proses pengkotaan kawasan pedesaan. Sudah saatnya pembangunan dimulai dari desa. Desa dengan produksi keindahan akan menarik tenaga terdidik pulang membangun desa yang pada akhirnya dapat menahan laju urbanisasi. Program yang terencana dan kerjasama lintas sektoral akan mempercepat proses pengkotaan kawasan pedesaan.
Sudah saatnya sumber daya alam kita yang idah dan melimpah dikembangkan menjadi suatu ‘kawasan’ wisata yang lengkap dan memanjakan. Sekali kunjungan, beranekaragam objek yang dapat dinikmati. Bali, Raja Ampat, dan objek wisata mendunia lainnya telah melakukannya.
Ayo ke Galumbaya Sanrobone Takalar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H