Sudah saatnya desa dilengkapi sarana dan prasarana kehidupan, sehingga peningkatan ekonomi di pedesaan tak lagi merangkak. Pemerintah harus mampu menjadi pemicu dan pemacu percepatan pengkotaan kawasan pedesaan. Desa tidak hanya dituntut untuk meningkatkan produksi pertanian, tapi juga perlu dirangsang untuk memproduksi keindahan.
Pertanian padi sawah, hortikultura, dan berbagai komoditi lainnya di Sanrobone harus ditata sedemikian rupa untuk memproduksi keindahan. Produksi rendah tak jadi masalah, karena tertutupi oleh keindahan lahan-lahan pertanian. Hasil tambak dan empang, sebaiknya tidak langsung dijual ke pengepul. Petik, olah, jual yang dicetuskan oleh Ahmad Amiruddin (mantan Gubernur Sulawesi Selatan) harusnya dijiwai dan dikembangkan.
Bolu Kambu’ produksi Sanrobone sebagai produk olahan dari ikan bandeng sangat digemari oleh penikmat kuliner berbahan dasar ikan. Bolu kambu, saat ini diproduksi terbatas pada permintaan atau hajatan masyarakat sekitar. Membangun gazebo disetiap areal empang yang menyediakan alat-alat memancing, bakar ikan hasil pancingan di tempat, merupakan alternatif pilihan untuk meningkatkan pendapatan petani tambak yang luasnya mencapai 7,43% dari luas wilayah Takalar.
Pantai Galumbaya memang tidak berpasir putih, bukan berarti tidak layak dikembangkan. Galumbaya dapat dikelola menjadi paket wisata bahari, budaya, dan karya wisata bagi pelajar. Kecamatan Sanrobone merupakan daerah tujuan wisata yang terbilang lengkap. Warisan budaya Kerajaan Sanrobone, adat istiadat dan budaya, keanekaragaman hasil bumi dan kuliner lokal yang bercitarasa adalah kekayaan yang seharusnya menjadi nilai tambah pemerintah setempat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa-desa yang bermukim di sepanjang pantai.
Keindahan desa-desa di Sanrobone Takalar, tak kalah dibanding kawasan yang lebih dulu mendunia. Sekarang ini, baru Toraja dan Malino yang jadi tujuan utama wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sulawesi Selatan. Bukan berarti kawasan lainnya kurang indah. Saat ini, kawasan lain fokus pada peningkatan produksi hasil bumi dan terkesan melupakan keindahan.
Sudah saatnya masyarakat Kabupaten Takalar mendukung program Desa Emas yang digagas oleh Bapak Gubernur Syahrul Yasin Limpo. Yang mana, gagasan tersebut ingin menjadikan desa sebagai pendorong pertumbuhan perekonomian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas desa demi kemakmuran desa. Memperbanyak kegiatan, event, sail, atau festival budaya di deaerah-daerah wisata dapat menjadi ajang promosi guna meningkatkan nilai jual dan kunjungan wisatawan ke desa-desa di Takalar.
Penyediaan infrastruktur yang memadai, bukan hanya akan menarik wisatawan untuk berkunjung ke Pantai galumbaya. Lebih dari itu investor akan masuk menanamkan modalnya di Galumbaya. Masuknya investor dari luar akan merangsang tumbuhkembang usaha ekonomi kecil yang ada di sekitar objek wisata. Anyaman berbahan dasar daun pandang dengan berbagai model, ukuran dan fungsi akan turut menikamati peningkatan kunjungan wisatawan. Kuliner berbahan dasar rumput laut yang menjadi ciri dan penganan khas Galumbaya akan bangkit seiring dengan meningkatnya kunjungan wisatawan.
Sentuhan tangan trampil dan pemilik modal, yang didukung pemerintah setempat akan mempercepat proses pengkotaan kawasan pedesaan. Sudah saatnya pembangunan dimulai dari desa. Desa dengan produksi keindahan akan menarik tenaga terdidik pulang membangun desa yang pada akhirnya dapat menahan laju urbanisasi. Program yang terencana dan kerjasama lintas sektoral akan mempercepat proses pengkotaan kawasan pedesaan.
Sudah saatnya sumber daya alam kita yang idah dan melimpah dikembangkan menjadi suatu ‘kawasan’ wisata yang lengkap dan memanjakan. Sekali kunjungan, beranekaragam objek yang dapat dinikmati. Bali, Raja Ampat, dan objek wisata mendunia lainnya telah melakukannya.
Ayo ke Galumbaya Sanrobone Takalar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H