Dalam kacamata orang awam seperti penulis, selfie merupakan gambaran pribadi dengan kepercayaan diri yang tinggi. Lain halnya dengan beberapa hasil penelitian lembaga pendidikan tinggi di negeri Paman Sam, selfie merupakan cara seseorang untuk diakui oleh orang lain. Ingin dilihat bernilai di mata orang lain. Eksplorasi diri yang berlebihan tersebut, dinilai oleh sebagian pakar merupakan tanda kurang percaya diri.
Selfie bukan hanya milik kaum perempuan, walaupun harus diakui budaya kontemporer tersebut lebih banyak digemari oleh kaum perempuan dari segala tingkatan usia. Jesse Fox dari Amrik, merilis hasil penelitiannya, bahwa laki-laki yang gemar selfie atau narsis, cenderung berpotensi memiliki kepribadian psikopat dan kurang empati.
Simpati dan empati yang menjadi kearifan ketimuran kita patut dipertanyakan dengan selfie yang ‘berlebihan’. Berlebihan dalam hal jumlah foto selfie yang diunggah di medsos adalah salah satu pembeda perempuan dewasa Indonesia dengan Jepang. Dari survey online yang dilakukan penulis, terdapat 58% perempuan dewasa Indonesia yang memajang foto selfienya dan hanya 32% di Jepang. Sementara itu dari segi jumlah foto, Indonesia kembali mengungguli Jepang dengan perbandingan rerata 15 berbanding 5 foto. Kemenangan yang cukup mutlak, hehehe
Ketika sebagian orang menganggap selfie adalah gejala kurang empati terhadap lingkungan, hasil survey menunjukkan bahwa 22% Indonesia, 10% jepang, yang menampilkan foto selfie di meja makan restoran. Gejala ini mencitrakan ‘kesejahteraan’ pelaku selfie. Kita tentu berharap, lingkungan di sekitar tempat tinggal pelaku selfie, sudah tidak ada keluarga yang kelaparan, balita yang tergolong gizi buruk.
Selfie di kantor atau tempat kerja juga banyak yang beredar di medsos. Semoga pelakunya tahu bahwa yang demikian itu adalah tabu pada sebagian negara di dunia, dengan alokasi waktu antara kerja dan waktu isirahat kerja yang jelas. Selfie di tempat kerja menggambarkan kinerja dan totalitas seseorang dalam bekerja.
Catatan :
1. Survey dilakukan padamedia sosial badoo.
2. Dilakukan dari 28 Desember 2015 – 20 Januari 2016.
3. Pengumpulan data dilakukan online tanggal 20 Januari 2016, pukul 21.00 – 23.30 WITA.
4. Mendapat persetujuan lisan dari istri tercinta