[caption caption="tes tertulis pada seleksi cakasek"]
[/caption]MAKASSAR BUTUH 'KEPALA SEKOLAH BARU'
MUHALIS BEBANG, Beberapa pekan terakhir ini dunia pendidikan Kota Makassar menghangat oleh tahapan seleksi calon kepala sekolah (cakasek) dengan kejutan-kejutannya. Seleksi yang diikuti ratusan guru terbaik di kota ini kini memasuki tahapan akhir, setelah melewati tahapan pengusulan, tes tulis dan wawancara, serta uji publik yang berakhir 17 Januari 2015 kemarin.
Harap-harap cemas meliputi bukan hanya cakasek peserta seleksi. Lebih dari itu, guru-guru dan peserta didik, orang tua peserta didik dan masyarakat pemerhati pendidikan sangat berharap perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan pada hasil seleksi kepala sekolah yang baru kali pertama dilaksanakan di kota ini.
Terlepas dari pro dan kontra tentang format seleksi, isu tak sedap dan ‘permainanan’ yang berlangsung pada tahapan seleksi cakasek, masyarakat mendambakan ‘kepala sekolah yang baru’. Kepala sekolah yang baru bukan hanya sekedar fisik dan penampilan. Lebih dari itu masyarakat memimpikan kepala sekolah yang punya gaya kepemimpinan baru, yang memuliakan seluruh warga sekolah. Kepala sekolah yang punya terobosan yang baru dalam mengurai benang kusut dunia pendidikan kita. Kepala sekolah yang independen dan mengedepankan pendidikan yang humanis, serta meninggalkan paradigma pendidikan tempo dulu yang berpatokan pada hadiah dan hukuman.
Kepala sekolah adalah posisi yang paling sentral pada tingkat satuan pendidikan. Jabatan tersebut menggambarkan prestasi dan prestise. Untuk itu selayaknya mereka yang terpilih adalah mereka-mereka yang telah menunjukkan prestasi selama pengabdiannya menjadi guru. Seharusnya seleksi ini merupakan balasan yang setimpal atas kerja keras dan komitmen mereka dalam mendidik generasi pelanjut dan masa depan bangsa.
Penempatan dan pengangkatan pejabat kepala sekolah yang tidak sesuai dengan kompetensi, kapabilitas dan kapasitasnya adalah suatu perjudian besar terhadap masa depan bangsa. Seleksi yang transparan dan adil akan mengurangi potensi terulangnya kegagalan-kegagalan capaian dunia pendidikan. Seleksi yang transparan akan menggugurkan oknum-oknum yang tiba-tiba peduli dan rajin begitu diadakan penjaringan cakasek. Seleksi yang adil akan mengeliminasi oknum-oknum yang punya motivasi ‘lain’ dalam seleksi cakasek ini.
Revolusi Mental Kepala Sekolah
Jargon, semboyan, dan slogan orang nomor satu di negeri ini harus mampu dijabarkan oleh para pejabat, temasuk pejabat kepala sekolah yang baru hasil seleksi nanti. Seleksi cakasek yang melibatkan publik dalam menguji, merupakan sinyal bahwa kepala sekolah yang akan datang harus amanah dan mampu mengemban amanah.
Peserta didik, orang tua peserta didik, warga sekolah dan publik adalah pemilik amanah. Untuk itu pejabat kepala sekolah seharusnya mempertanggungjawabkan kinerja dan perbuatannya selama menjabat, kepada publik. Bukannya pada kekuatan-kekuatan lain yang tak berhubungan langsung dengan pendidikan.
Kepala sekolah hasil seleksi merupakan pejabat baru yang harusnya independen dan mengedapankan otonomi sekolah. Pejabat kepala sekolah hasil seleksi adalah generasi baru yang harusnya bebas dari sentuhan dan tekanan politik. Jabatan yang bebas dari persangkaan balas jasa atas ’keberpihakan’ dalam hajatan perebutan kekuasaan di kota ini.
Pebabat kepala sekolah hasil seleksi adalah guru-guru terbaik dan berprestasi. Pejabat kepala sekolah yang diangkat karena prestasi seharusnya memiliki jiwa yang merdeka. Jiwa yang merdeka akan mengantarkan pejabat baru menemukan dan mampu mempraktekkan inovasi-inovasi baru dunia pendidikan.
Jabatan Kepala Sekolah, Jalan Menuju Kemuliaan
Menjadi kepala sekolah yang amanah seharusnya adalah tujuan para pejabat yang akan datang. Kepala sekolah yang amanah tidak cukup dengan ijazah dan gelar akademik yang berderet, kecakapan dan penguasaan berbagai kompetensi. Diperlukan guru-guru yang merasa cukup, tahan dari godaan dana BOS, niat yang lurus untuk perbaikan, serta tidak memburu gengsi, dan prestise. Bukan pemimpin yang menggadaikan kemerdekaan, masa depan generasi dan bangsa untuk perwujudan gaya hidup hedonis.
Motivasi seleksi cakasek untuk menjadi kaya, harusnya dibuang jauh, karena tunjangan jabatan pada sekolah negeri tak lebih dari sejuta rupiah perbulan. Angka yang sangat jauh dari kata cukup untuk membuat kepala sekolah menjadi kaya. Angka yang sangat sedikit untuk mempertaruhkan nama baik anak, istri atau suami. Merasa cukup, wajib dipelihara dan dikembangkan oleh setiap kita, termasuk para cakasek ataupun yang sementara menjabat. Bila tidak, program kementerian pendidikan dan kebudayaan yang menggulirkan lomba tata kelola dana BOS, akan kehilangan arti dan makna.
Beri Ruang dan Waktu untuk Berekspresi
Otonomi sekolah harusnya bukan sekedar slogan. Otonomi sekolah hanya bisa terwujud bila kepala sekolah memiliki hak otonomi untuk mengelola sekolah. Ini bisa diwujudkan bila penempatan pejabat kepala sekolah berdasarkan prestasi. Bukan balas jasa, bukan karena campur tangan kekuatan politik. Jauhkan jabatan kepala sekolah aktor-aktor dan kepentingan politik sesaat.
Beri ruang dan batasan waktu yang jelas kepada para pejabat kepala sekolah yang baru. Mutasi dan penyegaran pejabat kepala sekolah yang terlalu sering hanya akan menimbulkan kegaduhan. Mutasi atau apapun namanya, akan diikuti berbagai pergerakan untuk mempertahankan ‘kursi’, dan melupakan tugas dan tanggungjawab yang melekat pada kedudukan tersebut. Pemberian masa jabatan yang jelas akan memotivasi para pejabat kepala sekolah untuk meningkatkan prestasi dengan berbagai upaya pencitraan yang positif.
Dunia pendidikan Indonesia yang oleh sebagian kalangan dianggap jalan di tempat atau bahkan terpuruk, adalah tantangan yang sesungguhnya bagi bapak/ibu guru kita yang kelak terpilih menjadi kepala sekolah baru. Dengan paradigma baru, fenomena kebocoran soal Ujian Nasional, pungutan liar, pendekatan kekerasan dalam proses pendisiplinan, PPDB dengan berbagai masalah klasik yang melingkupinya, adalah hal yang bukan tak mungkin dapat segera diatasi.
Sebagai kepala sekolah hasil seleksi, Anda adalah guru-guru terbaik dengan prestasi. Jalan menuju kemuliaan terbuka lebar. Kerja keras, komitmen, dan kemampuan membangun kerjasama akan menjadi pemicu dan pemacu peningkatan kompetensi dan kinerja orang-orang yang Anda pimpin.
Masyarakat tentunya menaruh harapan yang begitu besar pada hasil seleksi cakasek ini. Tahapan seleksi dengan dana yang tidak sedikit tersebut seharusnya memberikan hasil dan perbaikan pada kualitas pendidikan kita. Kota Makassar harusnya menjadi barometer dan contoh pengelolaan pendidikan di Kawasan Indonesia Timur, khususnya di Sulawesi Selatan.
Kepada penentu dan pengambil kebijakan; pilih dan tempatkanlah pejabat kepala sekolah, sesuai dengan kemampuan dan prestasinya, bukan karena alasan lain. Demi masa tua kita, perbaikan dunia pendidikan Indonesia harus dinyatakan. Apapun harus kita coba dan lakukan, mulai dari hal-hal yang kecil dan mulai dari sekarang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI