Mohon tunggu...
WongNdeso
WongNdeso Mohon Tunggu... Administrasi - ASN

Orang Ndeso yang ingin terus belajar, berbagi dan bermanfaat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengapa "Guru Penggerak" Masih seperti Bebek Lumpuh (Tanggapan Artekel dari Debby Agustian Ardiansyah)

9 Desember 2023   11:57 Diperbarui: 9 Desember 2023   12:00 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa waktu terakhir ini, para guru disibukkan oleh seleksi Guru Penggerak. Guru Penggerak saat ini sudah memasuk Angkatan ke 8, dimana seleksinya memang sungguh ketat dan banyak menyita waktu, pikiran dan tenaga.

Guru Penggeraka sejatinya dilincurkan oleh Kementerian DIKBUD dan RISTEK sejatinya untuk mendukuang dan menopang keberhasilan Kurikulum Merdeka Belajar. Kurikulum Merdeka Belajar diharapkan bisa mentransformasi Pendidikan Indonesia yang mampu menghasilkan manusia manusia Indonesia yang mampu menjawab tantangan Abad 21 .

Guru Penggerak adalah sebutan untuk guru yang lulus seleksi dan berhasil mengikuti Program Pelatihan khusus untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.Kalau diibaratkan mereka adalah " The Avengers " pendidikan Indonesiayang diharapkan mampu membawa kemajuan dan kecermelangan bagi generasi mendatang.Lalu apakah harapan ini bisa terwujud?

Layaknya sebuah program, maka untuk mentransformasi paendidikan di Indonesia harus dimulai dari entitas yang paling kecil yaitu sekolah. Semua harus di implementaasikan , mulai dari Kurikulum Merdeka, Merdeka Mengajar sampai Guru Penggerak. Harapannya dengan tiga Program diatas, Sekolah bisa bertansformasi dalam proses belajarnyanya. Jika semua sekolah sudah bertransformasi diharapkan seluruh proses pendidikan di Indonesia akan bertranformasi. Masalahnyabanyak Guru Penggeraka yang mengalami hambatan untuk mengimplemenyasikan dan menerapkan ilmunya dari pelatihan Guru Penggerak. Ibarat istilah Debbya Agustiang Guru Penggerak menjadi 'Bebek Lumpuh' setelah kembali ke sekolah.

Menurut saya ada beberapa hal yang menyebabkan Guru Penggerak masih seperti 'Bebek Lumpuh'

1. Faktor Kepemimpinan.

Masih banyak Kepala Sekolah yang belum 'Move On ' akan model pembelajaran Abad 21 terutama Model Pembelajaran Digital.

Kepala Sekolah nsebagai Leader di sekolah kurang begitu terima dengan konsep konsep baru yang dibawa oleh guru barau. Takut kalah menonjol dan kalah pamor dengan para Guru Penggerak menjadi faktor utama sehingga Guru Penggerak masih seperti Bebek Lumpuh. 

2. Faktor Senioritas. Para Guru senior yang selama sangat dominan menjadi " King Of King" selama ini disekolah juga ada rasa kurang suka apabila para Guru Penggerak yang menjadi motor di sekolah tersebut. Layaknya sebuah organisasi, pasti ada guru yang perasaan menjadi 'God Father' di sekolah itu. Bahkan Kepala Sekolah tidak punya nyali menghadapi ' God Father ' ini. 

3. Ketidak siapan Sarana Prasarana sekolah. Transformasi pendidikan di Abad 21 membutuhkan support Tehnologi yang mumpuni serta serta familiar pada siswa.

4. Dukungan instansi pemerintah, terutama Dinas Pendidikan di daerah. Dinas Pendidikan sebagi user Guru Penggerak harus juga linear dengan Kementerian Dikbud dan Ristek. Sebagai Guru Penggerak, Ibarat The Avengers harus ters dilatih di tetap di upgrade kemampuan bertempurnya. Dinas Pendidikan di daerah juga harus berani memberikan peluang untuk memberi tantangan dalam jabatan jabatan yang lebih tinggi atau jabatan yang membuat adrenalin mereka para guru penggerak naik dan memaksa mereka untuk mengeluarkan ilmu ilmu mereka selama mengikuti pelatihan guru penggerak. Jika tidak, motivasi mereka akan turun dan layu. Dan kualitas pendidikan Indonesia tidak bisa berTransformasi menjadi Pendidikan yang bisa menjawab tantangan abad 21. Dan Guru Penggerak akan tetap menjadi Bebek Lumpuh selamanya.

#WongNdeso

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun