Sejak merebaknya era tehnologi dan digital, ditambah dengan Pandemi covid 19 yang panjang, dunia dan perilaku penduduk dunia dipaksa untuk berubah. Disrupsi Tehnologi yang sangat masif memaksa umat manusia untuk menggunakan kecanggihan Tehnologi masuk ke semua denyut nadi kehidupannya . Keterhubungan antar manusia, semakin mudah dengan tersedianya platform media sosial, hasil dari kecanggihan tehnologi.Â
Facebook. Twiter, Instagram, Whatsapp, Tiktok menjadi aplikasi yang hampir setiap saat dibuka atau digunakan oleh berbagai orang dipenjuru dunia. Menurut situs Databoboks.katadata.com, situs jejaring sosial  sampai akhir 2022 diperkirakan akan mencapai 3,96 miliar pengguna dan akan terus bertambah seiring pertumbuhan penggunaan telepon selular.Dari data tersebut, bisa kita simpulkan bahwa Media Sosial menjadi alat keterhubungan antar manusia dan menjadi aplikasi yang paling sering digunakan.
Dari banyaknya pengguna media sosial, secara nalar awam tentunya orang yang menggunakan media sosial akan makin bertambah koneksi pertemanannya. Dan tentunya semakin memperluas kualitas pencitraan diri dan kualitas hubungan sosialnya. Apakah benar?
Adanya media sosial telah mempengaruhi kehidupan sosial dalam masyarakat. Perubahan perubahan dalam hubungan sosial (social relationship) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan sosial. Hubungan sosial dan segala bentuk perubahan dalam masyarakat yang akhirnya mempengaruhi sistem nilai, sikap dan perilaku diantara individu atau kelompok dalam masyarakat.Â
Perubahan sosial yang berdampak positif seperti kemudahan mengakses informasi, kemudahan dalam bertransaksi, dan kemudahan juga dalam membangun citra di hadapan publik menjadi harapan bagi pengguna media sosial.
Dampak positif yang diberikan oleh media sosial akan memberikan manfaat bagi pengguna jika diiringi dengan batasan dan penggunaan yang tidak berlebihan.Â
Kemudahan mengakses inhformasi bisa menjadi hoaks dan informasi yang menyesatkan bagi penggunanya. Seringkali masalah informasi ini menjadi masalah manakala informasi yang disebarkan dan yang diterima merupakan informasi yang bersifat memfitnah, menjelekkan kelompok lain bahkan informasi yang menyesatkan/penipuan yang merugikan banyak orang. Â
Tentunya ini akan menggangu stabilitas harmoni dan toleransi di tengah masyarakat, Media Sosial juga sebagi sarana kebutuhan untuk mendapat pengakuan dan eksistensi diri (Personal Branding).Â
Banyak orang mengharapkan umpan balik yang berlimpah dari orang lain dengan patokan jumlah followers, like dan komentar sehuingga dapat menimbulkan citra pribadi yang berbeda antara di media sosial dan kenyataannya (realita kehidupan). Lalu apakah salah membangun citra diri di media sosial.
Tidak ada yang salah dalam usaha membangun citra diri dan reputasi diri di media sosial. Media sosial memang menjadi sarana yang tepat dan efektif bagi banyak orang untuk menunjukkan  citra diri yang positif . citra diri diperlukan untuk memberikan gambaran akan kualitas diri yang berguna bagi kehidupan. Â
Permasalahannya akan muncul jika apa yang kita citrakan di Media Sosial tidak sesuai dengan kenyataan hidup kita. Akhirnya terjebak dalam relitas palsu demi menuruti gengsi.Â
Jika hal ini terjadi maka akan mengakibatkan pandangan negatif dari publik, dimana pada akhirnya yang bersangkutan menjadi terasing dari realitas kehidupannya. Ini akan menyebabkan gannguan mental yang serius, seperti merasa tidak diterima, minder, bahkan merasa terkucil dari kehidupan sosial bahkan kualitas hubungan pertemanan akan menurun karena ketidakpercayaan orang lain/temannya.
Pakar perlaku sosial lulusan Western Sidney University Australia Godo Tjahyono mengatakan bahwa penggunaan mediua sosial telah menurunkan kualitas hubungan antar manusia. Terutama di Indonesia, yang masyarakatnya dengan karakteristik komunal atau senang berkumpul, saling mengunjungi, dan berkomunikasi satu sama lain, penggunaan media sosial lambat laun mengikis ciri masyarakat Indonesia yang komunal itu.Komunikasi melalui media sosial atau gadget tidak akan pernah mampu untuk membangun sisi emosional  yang sama dengan pertemuan langsung.Â
Secara psikologis orang memiliki kebutuhan emosional yang bisa dipenuhi lewat exposure dan pengalaman. Semakin tinggi dan dekat derajat exposure dan pengalaman, maka semakin besar kebutuhan emosional yang dipenuhi.Kedekatan atau engagement melalui media sosial atau chating bagaimanapun juga tidak bisa menggantikan pertemuan langsung dalam membangun atau membina keeratan hubungan dengan keluarga, teman, atau relasi dekat.
Pertemuan langsung itulah yang membuat kita merasa memiliki kedekatan  sesungguhnya dengan orang orang yang kita cintai atau hargai. Bertemu langsung dan memberi respect langsung adalah ciri manusia yang merasa dirinya utuh sebagai manusia dan juga menghargai orang lainnya. Akhir Kata, Mari Ber Media Sosial secara Bijak dan Beradab.
By : #WongNdeso
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H