Pandai Besi di Pasar Seni ITB 2014
Di era kerajaan di Nusantara dulu. Seorang pandai besi biasa berhubungan erat dengan para kesatria dan prajurit. Sebab dari tangan seorang pandai besi tercipta senjata perang mematikan dan membuat gentar musuh-musuhnya. Senjata perang yang dibuat pandai besi berupa keris, tombak, pedang, pisau dan mata anak panah. Sang pembuat senjata yang hebat disebut Mpu. Sebut saja salah satu tokoh sejarah Mpu Gandring yang sakti mandraguna. Dalam Wikipedia, Mpu Gandring tewas ditusuk Ken Arok menggunakan keris yang belum selesai dibuat oleh Mpu Gandring sendiri. Mpu Gandring sebelum tewas masih sempat mengutuk bahwa, “kelak keris tersebut akan merenggut nyawa tujuh keturunan Ken Arok, termasuk Ken Arok sendiri.” Pengarang Pararaton mengisahkan adanya pembunuhan susul menyusul mulai Tunggul Ametung, Kebo Hijo, Ken Arok, pembantu Anusapati, dan terakhir Anusapati sendiri meregang nyawa terkena keris buatan Mpu Gandring. Sedangkan Tohjaya dikisahkan mati terkena tusukan tombak.
Betapa hebat seorang pandai besi. Meski keris yang dibuat belum sempurna, keris itu mampu membelah lumpang batu milik Mpu Gandring. Mpu Gandring jelas seorang pandai besi yang menguasai teknik, takaran dan campuran logam yang mumpuni di jamannya. Bahkan secara spiritual, seorang tukang besi dalam tirakat tak kalah dengan seorang pemimpin agama. Terlebih bila sedang mengerjakan sebilah senjata tajam.
Stand TEMPA KARSA
Ketika mampir di stand TEMPA KARSA Pasar Seni ITB 2014, saya sekeluarga agak lama memperhatikan atraksi penempaan kujang khas senjata tajam orang Sunda. Ternyata menurut penuturan penjaga stand, penempaan merupakan proses pengerjaan logam yang paling tua yang dikenal oleh manusia. Prinsip dari proses penempaan adalah logam yang akan ditempa diletakkan di atas anvil (landasan besi), lalu dibentuk dengan cara dipukul menggunakan palu besi besar sehingga mencapai bentuk yang diinginkan. Proses penempaan pada umumnya dilakukan pada temperatur tinggi. Tujuannya agar logam menjadi lunak sehingga tenaga yang dibutuhkan untuk membentuk logam menjadi lebih kecil. Batas atas temperatur penempaan biasa berkisar antara 900-1900 derajat Celsius dibawah temperatur lelehnya. Temperatur dimana sebagian logam meleleh ini yang sering disebut temperatur pemijaran dan digunakan oleh para pandai besi untuk membuat pamor senjata (paduan besi, nikel dan baja).
Peralatan yang digunakan para pandai besi minimal ada empat :
Pertama, Tungku. Tungku pandai besi biasanya dalam menempa menggunakan tungku arang untuk memanaskan besi agar menjadi lunak sebelum ditempa. Kalau pandai besi di daerah tapal kuda Jawa Timur, arang yang dipilih dari arang kayu jati atau arang kayu kosambi agar menghasilkan panas bertemperatur tinggi. Selain itu, bara tersebut ditiup terus-menerus menggunakan dua tabung kompa kayu (Bhs Madura: Gerbusan). Namun jaman sekarang kompa tabung kayu sudah diganti memakai blower. Demikian juga tungkunya sudah ada yang menggunakan tungku gas.
Kedua, Anvil. Anvil atau peron merupakan landasan besi yang digunakan untuk menempa. Bahan besi yang telah dipanaskan diletakkan diatas anvil dan dipukul-pukul diatasnya dengan palu besi untuk menghasilkan bentuk yang diinginkan.
Ketiga, Palu Besi. Palu besi merupakan alat yang digunakan untuk pemukul dalam industri pandai besi. Bentuknya lebih besar dan lebih harus dari palu biasa. Pegangan atau garan yang digunakan juga lebih halus. Hal ini dimaksudkan agar para penempa lebih muda menggunakan untuk menempa besi-besi panas. Ketika menggunakan palu besi, para penempa harus mengangkat tinggi-tinggi lalu memukulkan tepat pada besi tempa yang berada di atas anvil. Dengan demikian, pekerja di pandai besi selalu memiliki otot kekar dan badan kuat. Sebab cara mereka bekerja 90% bersumber dari otot dan kekuatan tubuh.
Keempat, Penjepit. Penjepit atau catok angker biasa digunakan untuk memegang logam yang masih panas ketika dalam tahap pengerjaan besi tempa.
Dengan keempat alat inilah, anak-anak bumi Indonesia berkreasi di Tempa Karsa. Karsa diambil dari kata Tridaya: Cipta, Rasa, dan Karsa yang secara sederhana berarti kehendak. Karsa memiliki peranan sangat penting dalam proses penciptaan, karena kehendaklah yang menggerakkan cipta dan rasa menjadi terlaksana. Karena itulah, di Tempa Karsa bermunculan karya-karya apik melalui proses kreasi dan konsepsi yang rumit. Karya para seniman, desainer dan kreator di Tempa Karsa merupakan bukti nyata pengabdian pelestari budaya penempaan Indonesia baik tradisional maupun modern.
Jadi dalam dunia pandai besi, para penempa tidak hanya menempa material. Tetapi mereka juga menempa karsa dengan harapan menjadi pribadi yang semakin luhur, kreatif, dan kontributif dalam melayani keluarga, masyarakat dan bangsa.
Bandung, 25 Nopember 2014
Muhammad Eko
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H