Ada sisi kelebihan yang pada tataran konsep harus diakui dalam kurikulum 2013, misalnya pembelajaran berpusat pada siswa, menuntut kemandirian, penilaian yang menuntut kemampuan performa anak secara integrative dari sisi kognitif, afektif dan psikomotorik. Tetapi juga kita harus jujur mengakui bahwa kurikulum ini terlalu kompleks, system penilai yang terlalu rumit berbanding terbalik dengan sarana yang dimiliki oleh Lembaga dengan segala keterbatasannya. Tentu dihilangkannya bidang studi computer yang terintegrasi dalam pembelajaran,juga memerlukan kajian ulang ketika kita diperhadapkan dengan era digital dan memasuki abad 21.
Kurikulum 2013 dan kurikulum 2022 (Kurikulum Prototype); Perbandingan
Seperti yang telah diuraikan di atas. Kurikulum Prototype ini sebenarnya sudah bisa kita rasakan pada saat ini, khususnya pada jenjang SMP Ke atas. Terutama pada akses teknologi pembelajaran yang mengharuskan penggunaan mata pelajaran Informatika untuk kelancaran dalam proses pembelajaran, meski di Kurikulum 2013 mata pelajaran Informatika masih bersifat pilihan.
Secara singkat kurikulum Paradigma baru ini memiliki beberapa karakteristik di antaranya adalah; Pertama, Dalam proses pembelajaran terfokus pada materi esensial (materi literasi dan numerasi) sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar; Kedua, Pembelajarannya dirancang berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter (iman, taqwa, dan akhlak mulia; gotong royong; kebinekaan global; kemandirian; nalar kritis; kreativitas); dan Ketiga, Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
Ada beberapa perbedaan antara kurikulum 2013 dengan kurikulum 2022 (Prototipe) di tiap jenjang atau level pendidikan. Pertama untuk level TK; Pendekatan pembelajaran pada kurikulum 2013 yang awalnya berbasis tema pada kurikulum 2022 (Kurikulum Prototipe) akan berubah menjadi berfokus pada literasi (buku yang digemari anak-anak); Kedua Untuk level SD; Untuk jenjang SD tidak lagi bersifat tema akan tetapi untuk Pelajaran IPA dan IPS akan digabung menjadi IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial) pada kurikulum Prototipe. Hal ini dimaksudkan sebagai pondasi peserta didik sebelum anak belajar IPA dan IPS secara terpisah pada jenjang SMP;
Ketiga untuk level SMP; Pada jenjang SMP Kompetensi pembelajaran akan lebih mengedepankan teknologi dan untuk Pembelajaran Informatika menjadi Mata pelajaran wajib; Â Keempat untuk level SMA; Untuk jenjang SMA pada Kurikulum 2013 siswa SMA masuk langsung memilih penjurusan. Akan tetapi untuk di Kurikulum 2022 siswa mengambil dan menentukan kelas peminatan pada kelas 11, karena perlu berkonsultasi dengan guru BK, wali kelas, dan orang tua.
Kurikulum 2013 dan Kurikulum 2022; Telaah Pendidikan Ibnu Sina
Semua konsep kurikulum dibangun di atas pondasi untuk kemajuan, kemandirian dan integritas peserta didik agar dapat mandiri dan bertanggungjawab atas tindakan yang dilakukannya. Sehingga, kurikulum tidak hanya bertumpu pada kecerdasan. Tetapi sedapat mungkin dengan meminjam bahasa Dedi Mulyasana beroreintasi pada hand (skill), head (kecerdasan) dan heart (memiliki hati, empati dan simpati).
Ibnu Sina dengan nama lengkap Abu 'Ali Husin Ibnu "Abdullah Ibnu Hasan Ibnu Ali Ibnu Sina. Lahir di Akhshanah, dekat Bukhara pada tahun 370 H/980 M., di usianya yang masih belia Ibnu Sina sudah mampu mempersembahkan karyanya tentang hukum Islam, filsafat, ilmu alam, matiq (logika) dan matematika (geometri). Karyanya yang paling berpengaruh adalah Kitab Qanun fi al-Tibb (Canon of Medicine), Kitab Ash-Shifa', Kitab an-Najat, Kitab Fi Aqsami al-'Ulumi al-'Aqliyah, Kitab Lisanu al-Arab dan Kitab al-Isharat wa-al-Tanbihat.
Tentang pendidikan, Ibnu Sina berpandangan bahwa formulasinya harus bertumpu pada akhlak. Logika yang dibangunnya karena akhlak menentukan karakter bangsa, akhlak suatu bangsa rusak maka bangsa itu akan hancur. Kondisi sosial yang seperti ini---langsung atau tidak---telah berpengaruh terhadap konsep pendidikannya.
Ibnu Sina juga berpandangan, dari sisi tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan potensi yang dimiliki oleh seseorang ke arah perkembangan yang sempurna---baik fisik, intelektual dan budi pekerti---secara bersamaan.