Cinta pada perspektif laki-laki normal tidak lepas memperbincangkannya dengan terma perempuan.
Perempuan atau Wanita?
Â
Kenapa terma ini juga diperbincangkan? Ada sisi yang berbeda ketika memperbincangkan keduanya. Penulis lebih cenderung menggunakan terma perempuan---walaupun kemudian mengalami pergeseran makna---dibanding dengan terma wanita.
Kalau kita tilik Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kedua kata tersebut bermakna demikian; Pertama, Perempuan /pe*rem*pu*an/(n) orang (manusia) yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui; Kedua, Wanita /wa*ni*ta/(n) istri; bini.
Kata perempuan berasal dari kata dasar empu yang berarti 'tuan' atau 'orang yang mahir/berkuasa'. Terdapat makna yang cukup dalam di sini. Kata ini berarti bahwa perempuan memiliki penuh tubuhnya dan menjadi tuan bagi dirinya sendiri.
Seiring berjalannya waktu, kata perempuan bergeser maknanya di masyarakat menjadi hal-hal yang berkaitan dengan keistrian dan rumah tangga.
Dengan kata lain, jika seseorang disebut sebagai perempuan, sering disalahartikan hanya sebagai 'penunggu rumah' saja. Padahal, secara arti, perempuan memiliki makna kemerdekaan seseorang tanpa kewajiban 'melayani' atau 'diinginkan'.
Kata berikutnya adalah wanita. Wanita, dalam etimologi bahasa Jawa, diterjemahkan sebagai 'wani ditoto', artinya 'berani diatur'. Berangkat dari sini, maka sulit bagi seorang wanita untuk memiliki kontrol terhadap dirinya sendiri, apalagi di masyarakat. Maka, seorang wanita tidak bisa menghindar jika didikte oleh seorang pria.
Ringkasnya, penggunaan kata wanita cenderung membuat seseorang menjadi objek saja, karena tidak merdeka atas dirinya sendiri.
Itulah kenapa di negeri ini, ada Kementerian bernama Kementerian Pemberdayaan Perempuan, dan pada dunia internasional ada hari perempuan internasional.