Pemimpin Itu Melayani
Oleh:
Masduki Duryat*)
James McGregor Burn menulis dengan elegan; krisis kepemimpinan saat ini ditandai dengan mengemukanya perilaku biasa-biasa saja atau tidak bertanggungjawab dari begitu banyak orang berkuasa, namun kepemimpinannya jarang hadir memenuhinya.
Itu yang kemudian menurut Yasraf Amir Pilialang, dinarasikannya kekuasaan tanpa kuasa tentu sebuah ironi karena ia seperti kata tanpa makna, atau konsep tanpa realitas. Sehingga Alfan Alfian mengamini pandangan ini, jika terjadi maka otoritas kekuasaan memang ada yang dipegang pemangku kekuasaan di dalam aneka paratur negara. Tetapi ia tidak mampu menunjukkan kuasanya.Â
Kekuasaan lantas menjadi "kekuasaan minimalis", yakni ketika sistem kekuasaan hanya mampu menunjukkan efek yang sangat kecil, dengan efek perubahan yang sangat minim.
Sehingga, menjadi pemimpin tidak boleh biasa-biasa saja, tetapi harus memiliki efek besar bagi kesejahteraan rakyatnya, sekaligus menginspirasi dan mampu memberikan pengaruh kepada bawahannya. Menjadi pemimpin tidak boleh berada di bawah bayang-bayang sosok lain yang lebih berpengaruh dari dirinya.
Â
Pemimpin Perlu Jabatan?
Pertanyaan ini boleh jadi dijawab dengan iya dan tidak. Seperti jawaban Sanborn dalam buku Wawasan Kepemimpinan Politiknya M. Alfan Alfian.
Ia berpandangan, dalam diri semua orang bisa menjadi pemimpin. Seorang pemimpin itu bisa memimpin dengan atau tanpa jabatan. "Kita semua tahu tentang para pemimpin yang memiliki jabatan besar," pada pandangan Sanborn, "tetapi sebenarnya mereka bukan pemimpin".Â