Mohon tunggu...
Mas Dodon
Mas Dodon Mohon Tunggu... -

Hanyalah seorang manusia biasa yang masih berjuang untuk rasa kemanusiaan\r\n

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Difabel Sebagai Customer Service

6 Juni 2013   20:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:26 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu saya sudah berada di kantor samsat Rancaekek, dengan membawa berkas dalam map merah, langsung saya menuju loket daftar ulang. Setelah di cek semua berkasnya oleh petugas, saya menunggu di tempat duduk yang telah di sediakan.

Seiring waktu, para pemohon sudah mulai berdatangan memadati loket tetapi ada juga beberapa orang  yang duduk menunggu seperti saya di kursi tunggu. Makin siang, makin banyak orang  berlalu lalang di hadapan saya, dan hilir mudik sambil membawa map.

Satu hal lagi,  ada salah satu orang yang  sudah beberapa kali lewat di depan saya. tidak ada maksud untuk menghakimi atau apapun itu, hanya dalam pikiran saya, siapa orang itu?, kenapa hilir mudik ?

Orang itu memakai sergam safari, namun berbeda dengan petugas lain. Corak dan warna barjunya hamir sama dengan pegawai samsat. Setiap orang yang memasuki samsat disapanya dengan seyum. Saya hendak bertanya tapi saya sungkan, apa lagi ingin mendekat,  apa yang ingin di tanyakan.

Kemudian sambil berlalu, saya pindah tempat duduk dan mendekat tempat dia berdiri. Dan sesaat kemudian ada seseorang mendekatinya, bertanya dan menyodorkan map yang dibawanya. Segera saya ondongkan badan dan picingkan telinga, hendak melihat apa yang terjadi.

Apa yang terjadi?, tidak ada pembicaraan dan saya heran, siapa orang ini?, Kemudain setelah membuka-buka berkas dalam map itu lalu orang itu di ajaknya berjalan menuju loket. Setelah mengantarnya, dia kembali lagi ke tempat semula. Begitu juga dengan orang yang kedua, ke tiga, ke empat dan seterusnya. Makin penasaran saya terhadap orang ini.

Mengapa semua orang yang bertanya kepadanya, langsung diantarkan ke loket dengan senyuman, sesuai keperluan orang yang bertanya tadi. Tanpa sepatah katapun.  Tiba-tiba, datang lagi kepadanya seorang bapak-bapak dan bertanya.

Dengan mimik serius orang itu mendengarkan pertanyaan bapak tadi, dan dengan sekuat tenaga orang itu berusaha menjawabnya, namum… tidak terdengar suara dari mulutnya. Hanya mimik yang serius melafatkan jawaban. Bapak tadipun tidak kalah serius melihat mimik orang itu, untuk memperoleh keterangan.

Apa yang dibicarakan? hanya mereka yang tahu. Dan baru saya menyadari, ternyata orang itu difabel, dengan keterbatasannya, dengan segala kemampuannya mencoba melayani para pemohon yang lain dengan caranya sendiri. Setelah saya ketahui, saya kembali ke tempat semula.

Ssaya hanya tersenyum bangga, ketika para difabel juga mendapat peran yang saya dalam melayani masyarakat. Melihat usaha orang itu bekerja sebagai Costomer Service, saya berkata dalam hati "Tuhan, Engkau sungguh adil"

Tuhan memang memberi warna dalam hidup, hendaknya yang kuat membantu yang lemah, yang kaya membantu yang miskin. Namun, mengapa kekurangan, kelemahan menjadi olok-olokan semata? Pikirkan jika itu adalah kamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun