Mohon tunggu...
dody soemantri
dody soemantri Mohon Tunggu... -

freelancer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Departemen Pengendalian dan Stabilisasi Nasional

14 Desember 2010   18:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:44 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasti anda tidak pernah tahu dan menyangka bahwa di ruang seluas 6x6 meter persegi itu semua pengendalian masalah stabilisasi Negara diatur. Selayaknya control room sebuah stasiun televisi atau mungkin lebih menyerupai OB Van (Outdoor Bradcast Van) besar tapi tidak berjalan, seluruh sudut ruangan penuh dengan monitor dan tidak menyisihkan ruang kosong sesenti-meter pun.

Sesuai dengan namanya Department of Control and Stabilization (DCS) atau Departemen Pengendalian dan Stabilisasi adalah departemen independen swasta milik negara. Bila ditarik garis lurus, kedudukan DCS adalah sejajar dengan kedudukan Presiden didalam bagan struktur organisasi Negara. Karena sifatnya special dan menerima perintah khusus langsung dari "Istana", keberadaan DCS memang sengaja dihilangkan.

DCS dipimpin oleh seorang produser lulusan dari Israel Broadcasting Authority yang dibantu oleh seorang sutradara (dan memang seorang sutradara) dan 2 orang operator programmer, kesemuanya tidak berbekal pendidikan militer. Tidak jauh berbeda memang dengan stasiun televisi, baik struktur organisasi, system dan pelaksanaan-nya. Perbedaannya, control room ini adalah sistem eksekutor yang dirancang untuk "penyelamatan" Negara .

Dengan memodifikasi parabola 1,8 meter dish BUC 5 watt Njt5669_56F Lo Freq 4,90 Ghz, DCS mampu mengendalikan dan memanfaatkan jalur satelit NSS-703, Intelsat-706, Panamsat-10, Telkom-1, Palapa C-2 dan Asiasat-2. Gambaran kasarnya apabila anda menonton film Enemy of the State atau Body of Lies, kira-kira seperti itulah kecanggihan system dari control room DCS ini. Sehingga mampu mendeteksi sasaran dimanapun dan dalam posisi apapun.

Singkatnya, DCS inilah yang memegang kendali penuh atas scenario yang dirancang "istana", memberikan segala data yang diperlukan, memberikan solusi terbaik (menurutnya) dan mengeksekusinya (pemberi order).

Dan DCS adalah sebuah "mata dewa"(dengan satelitnya)yang tahu segala peristiwa yang terjadi di seluruh dunia dan khususnya segala peristiwa didalam negeri. Sehingga dengan gampangnya membuat "story board" yang kemudian disekenariokan menjadi sebuah peristiwa.

DCS ikut merancang kerusuhan bahkan ketertiban. Membuat kelompok teroris, sebagai penasehat LSM "beragama", ide membuat racun makanan, ide menciptakan penyakit, menyumbat selokan supaya banjir bahkan merancang kemacetan.

DCS-lah yang mengatur pengalihan peristiwa(menutupi supaya lengah) dari satu kejadian ke peristiwa lain sebagai "penyelamat" stabilitas Nasional (katanya).

Tapi sayangnya DCS tetap DCS yang moralnya masih doyan tempe, tahu dan pecel, jadi terkadang solusi yang diberikan kurang tepat, lebih cocoknya kadang "nyleneh" bukannya menyelamatkan stabilitas Negara dengan modal pengalihan peristiwa tetapi malah membodohi rakyatnya yang sudah terlanjur pinter!

Jadi, sekarang anda tahu kan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun