Hampir 1 tahun lebih blog ku nganggur, entah kenapa yah, apakah terlalu keasyikan belajar menulis berita, atau apa?
Padahal banyak momen-momen penting seperti Aksi 411, Aksi 212 dan rentetan peristiwa-peristiwa yang sebenarnya sayang sekali jika terlewatkan untuk ditulis. Baiklah mungkin itu PR saya, dan sekarang langsung saja berkaitan dengan Film Duka Sedalam Cinta.
Duka Sedalam Cinta (DSC) adalah sekuel dari Film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP The Movie). Walaupun film ini bisa dibilang berdiri sendiri, namun menurut saya jika tidak menonton Film KMGP maka di awal-awal film akan dibuat bingung dengan posisi Gagah dan Yudi yang berada di Ternate dan Halmahera Selatan yang tetiba ada di Jakarta, jika tidak menyimak dengan seksama apa yang diucapkan Gagah dan Yudi.
Maka tak heran banyak reviewer-reviewer film yang langsung nyinyir karena belum mengerti alur cerita dari awal, yang bermula dari film KMGP. Ada juga yang mendadak jadi reviewer film yang bisa jadi tugasnya hanya untuk nyinyirin film ini, bahkan dihubungkan dengan politik, partai politik, pilkada dan sesuatu yang tak ada hubungannya dengan film ini, yang akhirnya malah semakin terlihat kacau pemikiran si reviewernya.
Mengkritisi boleh, tapi jangan sok lebih tau dari sutradara dan produser film DSC ini. Kritik yang membangun sangat diperlukan untuk perbaikan-perbaikan film Indonesia.Â
Kenapa sosok Yudi tiba-tiba ada di Ternate dan bertemu Gagah? nah disini juga yang belum menonton film KMGP akan sedikit bingung, walaupun di film DSC sudah ada scene Abah (Mathias Muchus) yang menegur Yudi berkaitan dengan kakaknya Yudi, Kyai Ghufron (Ust Salim A Fillah) yang sedang berada di Ternate.
Bagi yang sudah menonton film KMGP, di awal-awal film penonton digiring untuk flashback ke scene KMGP yang Mas Gagah tercebur ke laut, namun di film DSC ada sosok yang tak terduga yang menolong Mas Gagah, siapa dia? tonton aja filmya, mumpung masih tayang di bioskop.
1. Lokasi pembuatan film ini yang indaahh banget, Masya Allah. Secara pulau Halmahera sudah terkenal keindahan alamnya.
2. Saya anak lingkungan dan di film ini ada edukasi tentang kepedulian lingkungan.
3. Banyak quote-quote kece, yang mau nambah follower bisa loh pake quote-quote disini, #makjleb deh pokoknya.
4. Film ini banyak menguras emosi, bawa tissue yang kalau mau nonton.
5. Last but not least, pesan ceritanya yang bagus (ini penting yaa di tonton sama generasi kekinian). Jadi tunggu apa lagi, segera tonton di bioskop yaa :)) #dukasedalamcinta"
Dalam kesenangannya tersebut seringkali bertemu dengan Gita, adik Mas Gagah. Singkat cerita beberapa kali pertemuan antara Yudi dan Gita di bis, nampak muncul pesan cinta yang ditanamkan mereka berdua.Â
Gita akhirnya mendapat hidayah untuk berhijab, setelah bertanya tentang jilbab saat seminar (talk show) "ISLAM IS MY WAY, Membangun Potensi Pemuda Islam", yang dijawab dengan gamblang oleh Nadia Hayuningtyas. Proses Gita berubah/hijrah hingga terjadinya insiden di Rumah Cinta, disinilah emosi penonton mulai di aduk-aduk, hingga tak terasa tumpah ruahlah tetesan air mata dari kebanyakan penonton.
Dan bagi pembaca buku "Ketika Mas Gagah Pergi" akan kaget apa yang terjadi di ending film DSC ini. Sebuah adegan yang tak disangka-sangka bakal terjadi di film ini. Nah penasaran kan.. Kuy tonton film DSC segera di bioskop, mumpung masih tayang...!!!
1. Di film DSC masih ada adegan Gita yang masih memakai seragam sekolah, namun tak ada adegan di sekolah seperti di film KMGP. Padahal adegan-adegan lucu Gita dan Tika serta teman-temannya di sekolah itu ngangenin, apalagi dengan kata-kata gaul Tika yang bikin film jadi gaol beud gtooh loh.. Jika di explore lagi di DSC sepertinya akan semakin memanjakan kids zaman now ketika menonton film ini, selain pesan-pesan moral, edukasi dan inspirasi yang ada didalamnya.
2. Insiden di Rumah Cinta, secara Gagah kan pernah jadi juara bela diri tae kwon do, menurut saya seharusnya ada adegan berantem dulu sebelum Gagah dilarikan ke rumah sakit, supaya lebih dramatis.
Itu catatan atau masukan dari saya, diluar itu semua KMGP-DSC ketjeh badaaiii ula ulalaaa.
Maju terus Bunda Helvy Tiana Rosa, penulis sekaligus produser KMGP dan DSC.Â
Maju terus Mas Immank (Firmansyah), sutradara KMGP dan DSC, serta kru-kru dan para pejuang yang tergabung dalam film ini.Â
Film ini aman ditonton untuk semua umur, walaupun ada kata CINTA di judulnya, CINTA yang dimakasud seperti CINTAnya Nabi Ibrahim kepada anaknya Ismail. Ketika ada perintah untuk menyembelih Ismail, sungguh DUKA SEDALAM CINTA yang dialami oleh Nabi Ibrahim. Itulah filosofi DSC, jadi bukan cinta yang berkonotasi negatif, demikianlah kata Ibu Produser film DSC, Helvy Tiana Rosa.
Sekian.
Mas Djoen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H