Mohon tunggu...
Mas Djoen
Mas Djoen Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Masih jadi pekerja sambil belajar nulis... Moga bisa keterusan jadi penulis... heheee... Cmungud kaka'...

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

"Ujung Aspal Pondok Gede" Nasibmu Masih Lebih Baik dari "Pasar Ikan Luar Batang"

18 April 2016   16:20 Diperbarui: 18 April 2016   16:50 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih ingat kan lagu "Ujung Aspal Pondok Gede" karya Bang Virgiawan Listianto, atau lebih terkenal dengan nama Iwan Fals. Yuuk kita tarik lagi memori kita ke lagu tersebut... nih liriknya:

Di kamar ini aku dilahirkan
Di bale bambu buah tangan bapakku
Di rumah ini aku dibesarkan
Dibelai mesra lentik jari ibu

Nama dusunku ujung aspal pondok gede
Rimbun dan anggun
Ramah senyum penghuni dusun

Kambing sembilan motor tiga
Bapak punya
Ladang yang luas habis sudah sebagai gantinya

Sampai saat tanah moyangku
Tersentuh sebuah rencana
Dari serakahnya kota
Terlihat murung wajah pribumi
Terdengar langkah hewan bernyanyi

Di depan masjid
Samping rumah wakil pak lurah
Tempat dulu kami bermain
Mengisi cerahnya hari

Namun sebentar lagi
Angkuh tembok pabrik berdiri
Satu persatu sahabat pergi
Dan tak kan pernah kembali

Oke gaes.. itulah lirik lagu "Ujung Aspal Pondok Gede". Entah pengarangnya sekarang apakah masih punya lagu yang sama untuk korban penggusuran warga "Pasar Ikan Luar Batang"...???

Dari lirik lagu tersebut aku mengambil kesimpulan penduduk Ujung Aspal Pondok Gede masih beruntung dibanding warga Pasar Ikan Luar Batang. Warga Ujung Aspal masih mendapat ganti rugi berupa kambing sembilan motor tiga (walaupun hanya ilustrasi si pembuat lagu), sementara warga pasar ikan Luar Batang menurut berita yang beredar, mereka diusir paksa tanpa mendapat ganti rugi sepeserpun.

Kita semua telah disuguhi foto-foto penggusuran paksa warga pasar ikan Luar Batang di sosial media, yangmana penghancuran, penindasan dan penganiayaan lebih nampak terlihat, lebih biadab dari sekedar penggusuran. Hanya orang yang ga waras aja yang tidak terenyuh, sedih, berempati kepada warga yang digusur.

Prof Yusril bilang "Ahok Lebih Kejam Dibanding Pemerintah Kolonial". Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Dr. Laode Ida mengatakan "Ahok Lebih Otoriter dari ORBA". Salah satu ustadz di sosial media menuliskan statusnya, kelakuan Ahok dan bala tentaranya mirip kelakuan zionis israel kepada warga Palestina.

Lalu bagaimana kabar #TemanAhok...???
Silakan Anda jawab sendiri... 

Bagiku mereka (#TemanAhok) sudah buta mata hatinya, sudah hilang rasa kemanusiannya, sudah tidak bisa lagi melihat kebenaran yang nyata. Kalo di film "3" Alif Lam Mim, seperti ungkapan Gendhis (istri Lam), "Mana yang BENAR dan mana yang KELIHATAN BENAR". Jadi #TemanAhok akan terus berusaha membuat opini yang seolah-olah benar (Kelihatan Benar), padahal semuanya itu adalah rekayasa untuk melindungi "Neo Fir'aun" junjungannya.

Di acara "Mata Najwa" si Neo Fir'aun bahkan menantang Tuhan, "Jika Tuhan ngaco, juga gue lawan", begitulah sesumbar si rasis yang suka mengatakan orang lain yang rasis (maling teriak maling). Bahkan MUI juga dibikin berang ketika Neo Fir'aun yang notabene bukan muslim melecehkan Nabi hanya demi membela prostitusi. “Nabi turun pun tak bisa hilangkan prostitusi di Jakarta” itulah kalimat pelecehan si Neo Fir'aun terhadap umat islam.

Belum lama ini beredar broadcast strategi #TemanAhok untuk membuat isu pengalihan kasus sumber waras dan kasus penggusuran di pasar ikan Luar Batang. Sungguh sangat-sangat miris membacanya. Kok masih ada yah manusia-manusia macam mereka...??? Mereka pikir Tuhan itu tidur kali yah...??? Mereka pikir warga Jakarta pada kagak waras semua kali yah...??? Seperti juragannya yang sudah hilang kewarasannya gara-gara kasus sumber waras.

"Wamakaru wamakarallah, wallahu khoirul makirin" (QS. Ali Imran:54)
Artinya, "Dan mereka (orang-orang kafir) telah membuat tipu daya, maka Allah pun akan membalas tipu daya mereka, dan Allah lah sebaik-baik pembalas tipu daya"

Kembali ke judul, mungkin lagu Ujung Aspal Pondok Gede jika ditransformasi menjadi Pasar Ikan Luar Batang, liriknya jadi seperti ini :

...... (langsung ke bait ini aja yah) :

Sampai saat tanah moyangku
Tersentuh sebuah rencana
Dari serakahnya c*na
Terlihat murung wajah pribumi
Terdengar congkak angkuh tirani

Di pasar ikan
Kami dagang mencari nafkah
Ada canda dan tawa yang ikhlas
Mengisi riuhnya hari

Namun sebentar lagi
Angkuh tembok reklamasi berdiri
Satu persatu wilayah pergi
Dan tak kan pernah kembali

(maaflkan aku Bang Iwan kalo aku bajak lirik lagumu...)

 
Wallahu A'lam Bishshowab.

Sekian.

 

Karawang, 18 April 2016.

Mas Djoen (@masjunkaraba)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun