Mohon tunggu...
Dicki Andrea
Dicki Andrea Mohon Tunggu... Freelancer - A Full Stack Developer | Learner

Nothing to lose for to be gratefull

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hikmah di Balik Pandemi Covid-19

17 September 2020   15:40 Diperbarui: 17 September 2020   15:51 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lekas Sembuh Negeriku (Doc. Pribadi)

Hastag #StayAtHome sudah seharusnya terus viral dimasing-masing pikiran semua orang mengingat begitu besarnya dampak pandemi Covid-19 ini yang bahkan sampai sekarang terus membuat rekor-rekor baru yang tentu bukan hal baik bagi kita. Seperti yang dilansir di kumparan.com, "Penambahan kasus harian positif virus coronadi Indonesia kembali mencapai rekor tertingginya pada Rabu (16/9). Kasus positif virus coronabertambah hampir 4.000 dalam kurun waktu 24 jam, yakni sebanyak 3.963. Sehingga total kasus positif virus corona di Indonesiakini menjadi 228.993 dari yang sebelumnya 225.030."

Mengingat hal itu tentu sebaiknya kita berfikir ulang bahwa #StayAtHome harus menjadi prioritas semua orang. Apalagi bila tidak ada hal-hal yang mendesak atau penting untuk dilakukan diluar rumah kenapa tidak #StayAtHome, benar tidak? Terlebih aksi #StayAtHome manfaatnya akan berdampak pada diri sendiri yakni kemungkinan kita tertular Covid-19 menjadi lebih kecil karena interaksi kita menjadi terbatas pada orang-orang terdekat dan lebih dapat dipercaya bahwa mereka pun sehat.

Dari pandemi Covid-19 ini banyak hal yang dapat kita ambil hikmahnya, seperti hal-hal kecil apabila dulu sebelum ada pandemi Covid-19 ini kita terasa abai akan kebersihan dan kesehatan kita,seperticuci tangan hanya sesekali, waktu istirahat tidak menentu dan segala macam. Sekarang kita menjadi lebih sadar bahwa menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh itu penting, kita menjadi lebih senang untuk berolah raga, lebih sering cuci tangan, waktu istirahat lebih diperhatikan dan lain-lain.

Tentu semua itu harus menjadi kebiasaan baru untuk kita semua sebab meskipun nanti mudah-mudahan pandemi Covid-19 ini berakhir cepat, kebiasaan-kebiasaan baik kita sebelumnya penting untuk diri kita sendiri, demi kesehatan kita dan demi keselamatan kita. Adapun poin-poin penting lain yang dapat kita ambil hikmah dari Pandemi Covid 19 ini adalah sebagai berikut :

Pencarian Pahala Sebagai Persiapan Menuju Kematian Itu Adalah Hal Yang Utama

Sebagai orang yang beriman tentu kita percaya bahwa kematian adalah hal yang pasti, hal yang tidak dapat dipilih-pilih apalagi ditawar-tawar. Dalam lagu "Dunia Sementara Akhirat Selamanya", Ust. Derry Sulaiman menyampaikan bahwa, semua orang akan mati baik itu orang kaya, orang miskin, raja-raja dan orang biasa semuanya akan pergi menghadap ilahi dan dunia yang dicari tidak ada yang berarti karena tidak akan dibawa mati. Dari pandemi covid-19 ini kita bisa melihat bahwa semua hal-hal yang berkaitan dengan dunia baik itu harta, tahta dan kekuasaan tidak bisa menghindari kita dari kematian.

Kemarin Rabu, 16 September, kita semua mendapat kabar duka dari salah satu pejabat pemerintah yang dinyatakan meninggal dunia akibat Covid 19. Almarhum bernama Bpk. Saefullah yang merupakan Sekda DKI Jakarta sejak 11 Juli 2014. Almarhum dikonfirmasi positif Covid 19 sejak tanggal 14 September dan sempat dirawat di RSPAD Gatot Subroto hingga akhirnya almarhum dikonfirmasi meninggal dunia pukul 13.05 WIB disana. Informasi ini dimuat dikanal berita online kumparan.com dari Kepala BKD DKI Jakarta, Bpk. Chaidir.

Berita duka ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa harta, tahta dan kekuasaan tidak bisa menghindari kita dari kematian. Almarhum Bpk. Saefullah meskipun didunia dia misalkan merupakan orang kaya, memiliki jabatan dan kekuasaan tapi apabila memang Allah SWT memanggilnya maka tidak ada lagi pilihan selain menerima takdir itu.

Apa Yang Kita Persiapkan dan Lakukan Itu Adalah Untuk Diri Kita Sendiri Bukan Orang Lain

Tidak terasa sudah lebih dari 6 bulan pandemi Covid 19 ini berdampak buruk bagi Indonesia, dampaknya begitu luar biasa dengan waktu yang tidak sebentar. Kita semua merasakan bagaimana saat ini semuanya menjadi lebih serba sulit. Contoh sederhananya ada di bidang ekonomi dan bidang pendidikan.

Di bidang pendidikan, kegiatan ekonomi terganggu karena kita semua harus menjaga interaksi kita agar penyebaran virus corona ini tidak semakin meluas yang mengakibatkan banyak perusahaan yang gulung tikar ataupun mengurangi karyawannya dengan melakukan PHK demi bertahan disituasi sekarang.

Di bidang pendidikan, saat ini kegiatan belajar mengajar tidak lagi dilakukan dengan tatap muka melainkan dilakukan secara daring. Kegiatan belajar mengajar daring ini sangatlah tidak efektif karena banyak orang yang tidak memiliki akses sehingga tidak bisa mengikuti belajar online dan kualitas belajar online pun tidak begitu baik khususnya di daerah-daerah pedesaan.

Semua ini tentu membuat kita perlu berfikir, kenapa Pandemi Covid 19 ini tidak berakhir padahal sudah lebih dari 6 bulan ada di Indonesia? Dan justru akhir-akhir ini angka pasien Covid 19 semakin besar banyak hingga kemarin pun mencapai rekor terbaru penambahan pasien positif Covid 19 terbanyak dalam waktu 24 jam. Bila kita berkaca pada pemberlakuan kebijakan PSBB transisi dimana mulai ada pelonggaran aktifitas-aktifitas masyarakat ternyata banyak sekali pelanggaran-pelanggaran yang terjadi.

Banyak masyarakat yang tidak melaksanakan protokol kesehatan, aktifitas #StayAtHome dan kampanye #StayAtHome sudah tidak lagi ramai dan banyak pejabat-pejabat pemerintah yang mengurusi masalah-masalah isu politik dibanding dengan penanganan Covid 19 agar pandemi ini segera berakhir.

Contoh nyatanya adalah ketika Gubernur DKI Jakarta Bpk. Anies Baswedan mengeluarkan kebijakan rem darurat dengan memberlakukan kembali kebijakan PSBB ketat banyak sekali pejabat-pejabat lain yang mengkritisi kebijakan itu. Sedihnya kritik tersebut bukanlah substansi penanganan Covid 19 ini agar segera berakhir melainkan sekedar kritik isu-isu politik sampah.

Oleh karena itu kita perlu semakin sadar bahwa apa yang kita persiapkan dan lakukan itu adalah untuk diri kita sendiri bukan untuk orang lain. Sebab alasan dari kenapa Covid 19 ini tidak berakhir meskipun sudah 6 bulan terjadi dan meskipun dibeberapa negara lain sudah mulai turun tren penambahan pasien positifnya bisa jadi adalah karena kita abai untuk #StayAtHome dan menyepelekan kampanye #StayAtHome. Sehingga diri kita maupun orang lain tidak banyak mematuhi protokol kesehatan Covid 19 dan cenderung mengabaikan masalah dari Covid 19 ini. Akibatnya seperti sekarang, dampak pandemi Covid 19 ini semakin lama kita rasakan.

Mulai dari sekarang, marilah kita patuhi protokol kesehatan Covid 19 dengan melakukan hal-hal yang sederhana seperti #StayAtHome dan mulai berkampanye agar orang lain pun #StayAtHome dengan memberi contoh yang baik pada orang lain. Mulailah pada diri sendiri karena apa yang kita persiapkan dan lakukan adalah untuk diri kita sendiri bukan orang lain.

Apabila tidak ada kepentingan yang mendesak dan penting untuk dilakukan diluar rumah, kenapa tidak tetap dirumah benar?

[Referensi]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun