Mohon tunggu...
Dicki Andrea
Dicki Andrea Mohon Tunggu... Freelancer - A Full Stack Developer | Learner

Nothing to lose for to be gratefull

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Pantun, Antara Kreativitas dan Kecerdasan Berpikir

2 Maret 2019   15:38 Diperbarui: 6 Maret 2019   15:15 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya sejak SD saya sudah pernah belajar tentang pantun. Belajar mengenai teori-teori pantun hingga belajar praktek berbicara dengan menggunakan pantun. Hanya saja dulu saya menyerah karena tak kunjung mahir dalam berpantun. 

Selama itu pula saya hidup dalam bayang-bayang ketidakmampuan berpantun hingga sekarang. Lucunya kemarin sore entah mengapa pantun membuat saya bergairah, bernafsu dan merasa tertantang untuk mahir berpantun.

Berawal dari sebuah kelucuan yang dilakukan teman-teman kantor dengan sengaja membuat grup whatsapp untuk mempermudah komunikasi dan berbagi keceriaan tanpa diketahui oleh pihak berwenang hehe sebab memang grup itu hanya diisi oleh kawan-kawan junior. 

Grup itu sendiri sebenarnya dibuat oleh teman pria saya bukan hanya untuk tujuan itu melainkan dibuat untuk semakin mempermudahnya berkomunikasi dengan teman perempuan berkacamata di kantor. Ia menyukainya. Oleh karena itu, hari pertama grup itu dibuat (kemarin) ramailah seisi grup tersebut dengan arah obrolan seperti ombak di lautan menghambur tak beraturan. Singkat cerita, di grup ada yang menulis pantun seperti ini :

Jalan-jalan sama abimayu

Makannya daging buaya

I love you

*****

Membaca pantun itu sontak membuat saya tertarik untuk membalasnya. Hanya saja waktu demi waktu ternyata saya gagal membalas pantun tersebut karena terlalu lama berpikir. Meski begitu saya pun berusaha terus membuat pantun itu hingga akhirnya selang waktu 30 menit-an akhirnya saya berhasil membuat pantun. 

Perjalanan naik KRL malam kemarin dari Stasiun Kalibata hingga Stasiun Universitas Indonesia akhirnya membuahkan satu buah pantun. Berikut ini hasilnya.

Berangkat pagi naik kereta

Turunnya di St. Kalibata

Hey anak sosialita

Beneran tuh si **** suka si *****

Sederhana sebenarnya dan itupun tidak terlalu bagus atau bahkan bisa saja ditertawakan oleh orang yang mahir berpantun. Jadi mohon dimaklum ya hehe. 

Bila dipikir dan dibaca kembali pantun itu, rasanya saya bangga akan diri sendiri walaupun hanya sekedar bisa membuat pantun satu dalam waktu 30 menit-an.

Tapi tak masalah ya untuk orang awan seperti saya ini hehe. Oh iya, dalam artikel curhat ini saya ingin bahas mengenai pantun terkhusus adakah pengaruh antara kreativitas dan kecerdasan berpikir terhadap kemampuan berpantun.

Bicara tentang pantun alangkah baiknya kita coba review wawasan kita tentang pantun biar jelas pula untuk pembahasan selanjutnya. 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi kelima, pantun adalah bentuk puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biasanya terdiri atas empat baris yang bersajak (a-b-a-b), tiap larik biasanya terdiri atas empat kata, baris pertama dan beris kedua biasanya untuk tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun