Mohon tunggu...
Deni Indracahya
Deni Indracahya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mantan penjaga toko, Mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya\r\nUniversitas Indonesia, Motivator Training

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tiga Jam yang Lalu

23 Mei 2015   22:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:40 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga jam yang lalu

Aku duduk di gazebo depan musala kampus,

lebih asyik sendiri

Terik sepenggal naik, kira-kira jam sembilanan

Membaca buku orang lama Bapak Toer namanya

Hilang banyak tulisannya, di makan cerita narsis, populis dan sok kritis

Aku makara putih, cakrawala mengajakku terbang menelusuri nusantara, bercerita sebuah zaman dahulu kala

kala cinta dan kekuasaan diperebutkan, dihancurkan dan dituhankan

Ken Arok namanya, cinta ia dengan Ken dedes wal nafsu besar menjadi raja

Diminta Gandring membuat keris, dibunuhnya pula sebelum kelar

Maka sambil meringkik ia menjerit, berkelekar : Kau dan tujuh turunan mu kan mendarahi kerisku!

Dua jam yang lalu

Masih duduk di gazebo, terik mulai naik, kira-kira jam sepuluhan

Tenggelam dalam Pararaton Jawa , menjawab waktu ini mitis apa realis?

Kebo ijo itu tukang pamer keris orang, tidak tau dia serigala mencari mangsa

Mati Ametung oleh Si Arok, oleh Keris Gandring , yang disangka milik Kebo Ijo.

Jadilah mayat dipematang sawah, Jadilah tahta dan keranjang kasur beda empunya

Sudah lama kerajaan tak elok, sampai keris yang hilang bak capung cebok, Ditemukan!!!

Adalah anusapti, anak tiri, putra tanpa mahkota merasa menjilat batang-batang mawar

Memandikan keris gandring dengan darah orang yang memesannya

Begitu pula Tohjaya dan Ranggawuni menelan serapah Gandring demi kekuasaan

Satu jam yang lalu

Cerita tentang pemimpin bangsa ini mengilhami diri

Masih di Gazebo depan musala, Terik sudah naik kira-kira jam sebelasan

Dramatis seakan beriringan dengan budaya kepemimpinan dan kekuasaan

Pak karno turun karena keliru, Pak Harto sudah tua usianya , Pak Habibie, ini krisis kepercayaan dan Gus dur? Hemm mungkin nyelenehnya itu.

Menunggu janji kemerdekaan

Kata serasi antara sejahtera dan rakyat masih saja wacana air dan minyak

Politik picik yang mencekik tak peduli asal bisa naik. INI BANDIT !!!!

Mereka pemulung langit, tidak kah belajar bersama makara putih?

dia mengerti isi celah negeri dari masa ke masa

masa tatkala pencitraan hari ini tak ada beda dengan nasib Kebo Ijo ?

Setengah jam yang lalu

Keringat sudah mulai berontak, penghuni kampus riwa-riwi

Namun tak ada nama, sebagian lagi duduk di pelataran gazebo lain. Sudah ramai rupanya.

Samakah aku? Atau kau lupa budaya sapa?

Lima menit yang lalu

Suara adzan gelegar membentang kelopak di antara bayang siang

jam dua belasan rupanya

Tak terasa, tiga jam lamanya aku tertidur di pelataran Musala.

PANDU BUDAYA FIB UI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun