SURAT UNTUK EMBUN
Embun, Ia yang hadir di dalam kesunyian
Yang mengajarkan kita tentang bagaimana menjadi seorang penyejuk
Yang menjadi penyegar tatkala gersang menantang
Engkau embun yang dirindukan ilalang
Taukah kau apa itu ilalang?
Ia tumbuhan tak bertuan, tak berbunga dan tak berbatang
Embun, aku ini ilalang yang tak berwenang
Tak ada satupun lahan yang senang aku datang
Apalagi yang di sana, mereka memanggilku benalu penggangu
Namun, apa yang mereka perbuat pada temanku yang sudah besar?
Ia di tarik hingga ke akar, di cabik dengan kasar
Mereka yang aku kenal habis meregang di tengah genjotan gigi-gigi tajam
Embun yang ku tak tau dari mana kau datang
Sejatinya hanyalah engkau yang senantiasa ku rindukan
Yang menyelimuti tubuh yang tak berdaya ini
Yang selalu menumbuhkan buliran semangat yang mencerahkan hari ku
Tapi, Kau tau embun?
Yang aku benci adalah Matahari
Ia seakan tak ingin melihat kau dan aku bertemu
Ia selalu saja mengajakmu pergi dan meninggalkanku sendiri lagi
Wahai embun taukah engkau,
Aku yang nista ini terkadang gusar
Gusar dalam kecemburuan tatkala melihat dikau pun hinggap di tempat lain
Dan memberikan apa yang kau berikan padaku
Aku tau kau bertindak dalam kemulian
Aku juga tau bahwasanya sikap yang engkau berikan kepadaku bukan berarti ,
Aku menjadi spesial di matamu
Namun setiap sentuhan yang kau berikan
Setiap goresan senyuman yang kau lontarkan
Menjadi masa-masa indah  perjalanan
memberikan goresan tentang arti kehidupan
Embun, apa kau tau?
Aku ini lahir dalam kebencian dan akan mati dalam penindasan
Aku tak punya syarat apapun tuk menjadi orang yang berbahagia
Di kala siang menerjang, segala doa slalu kupanjatkan
Aku hanya ingin hidup lebih lama menatap bintang dan rembulan
Aku hanya ingin Tuhan memberikan selimut yang telah dijanjikan untuk HambaNya
Tak ada sisa dalam hidupku selain daripada sebuah penantian
Menanti pelukan yang hanya akan kau berikan kepadaku
Tak ada lagi matahari yang kan memisahkan kita,
Tidak jua hewan ternak dan majikannya
Meski itu semua tak kan lama, Meski engkau dan aku hanyalah HambaNya yang tak kan pernah hidup selamanya
Namun itu semua sudah lebih dari cukup bagiku tuk menjdi orang yang selalu tersenyum,
Tersenyum bahagia karena aku telah menjadi pemenang
Yahh, memenangkan anugrah terindah yang diciptakan Tuhan
Lalu melahirkan sebuah generasi pemimpin alam
Dan mati dalam dekapan sang pujaan
Yahh, bersama kau
Kaulah embun, Kaulah sang penyejuk hingga akhir zaman
DA3
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H