Sebagai contoh, jika anak sedang belajar penjumlahan, kamu bisa mengambil 5 kelereng dan kemudian menambahkannya dengan 3 kelereng lagi.
Anak akan melihat langsung bagaimana jumlah kelereng itu berubah dan akhirnya menjadi 8.
Proses visual ini akan mempermudah anak untuk memahami konsep penjumlahan.
Metode ini memberikan pembelajaran yang lebih konkret daripada hanya melihat angka di kertas.
Anak-anak jadi lebih paham dan merasa lebih terlibat dalam proses pembelajaran.
Penggunaan alat peraga konkret ini juga bisa digunakan untuk konsep-konsep matematika lainnya seperti pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Dengan demikian, anak belajar langsung dengan pengalaman, bukan hanya sekedar teori.
Cara ini juga sangat mendukung pendekatan Montessori yang memfokuskan pada pembelajaran berbasis pengalaman, yang lebih menyenangkan dan berkesan.
2. Menyesuaikan Pembelajaran dengan Kecepatan dan Minat Anak
Salah satu kekuatan terbesar dari metode Montessori adalah memberikan kebebasan kepada anak untuk belajar sesuai dengan kecepatan dan minat mereka.
Peserta tidak akan merasa tertekan atau dipaksa untuk mengikuti kurikulum yang terlalu kaku dan mengikat.