Dear saudaraku semua,
Setahun lebih terlibat dalam kampanye membela waroeng tetangga, membela keadilan, dengan harapan:
Negara hadir memproteksi yang lemah
Membatasi banalitas yang kuat perkasa
Pasar modern berjejaring adalah raksasa
Tanpa negara, tak mungkin pemilik waroeng tetangga, penjual eceran, keliling, dapat bersaing. Tanpa negara, pembantaian itu terus semakin mengejam adanya melalui dominasi ekonomi. Lihat lah, pasar rakyat yang makin terhimpit, tokoh kelontong tutup, waroeng tetangga "menunggu" belas kasih tetangganya.
Ironisnya, pelanggaran oleh toko modern tak sedikitpun berkurang. Bukan hanya monopoli tapi juga merampas jalan, merampas waktu 24 jam untuk mengeruk uang. Mereka juga menghina perda, menghina pemerintah dengan acuh terhadap hukum dan aturan. Mereka kebal dan hobi menista hukum.
Kita tidak memusuhi kehidupan
Bahkan kami sangat mencintai
Tapi, apa guna pemerintahan kalau tak memberi perlindungan
Apa guna bupati kalau biarkan rakyat mati dilibas yang perkasa: toko modern.
Entah, kepada siapa kita akan bersandar harap
Tapi bisalah kita nyalakan lilin harapan baru
Untuk menahan serbuan pembantaian ekonomi rakyat oleh kaum bermodal besar
Saatnya kembali berteriak, membela waroeng tetangga milik tetangga kita sendiri.
Tetanggaku adalah keluargaku
kebahagiannya adalah kebahagianku
Mari tunjukkan kita saling menyayangi
Saling berbagi rizki dan persaudaraan
Dengan mempraktikkan gerakan belanja di waroeng tetangga @warungtetangga. Semoga mantra mantra ini kita pastikan, bersama membangun kemungkinan bersama sama menjadi kenyataan. #AksiBelaWarungTetangga
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI