Keadaan semakin memburuk pada tahun tahun yang akan dating ketika kesenjangan menyengat keras sementara pemerintah daerah tak mampu antisipasi keadaan, juga tak mampu sediakan lapangan pekerjaan sehingga memeberikan karpet/tikar merah bagi investor hotel,, mall, supermarket, toko modern, adalah jalan paling gampang bagi kepala daerah tuna inovasi.
Eh... swalayane teko
Eh... gelarno kloso
Eh...klosone bedah
Eh...tambalen jadah
Eh...jadahe mambu eh pakakno asu…
Lagu gubahan ini menggambarkan betapa kemduahan izin toko modern di DI Yogyakarta begitu mudahnya sehingga meresahkan warga. Bahkan, mereka melanggar beragam aturan hokum saja bisa tetap eksis. Walau jadah atau bisnisnya tanpa etika alias mambu, mereka masih nyaman saja menjalani praktik bsinis dengan memvandal hokum dan berbagai regulasi. Sangat memprihatinkan, tetapi hari-hari ini kita perlu melakukan aksi nyata, karena tak pernah cukup hanya dengan prihatin di dalam dada. Pesan jenderal sudirman harus ditegakkan bahwa, kekalahan bangsa ini adalah ketika orang-orang baik tidak malakukan apa-apa ketika melihat kedzaliman. Ingat juga, “Rakyat tak boleh menderita!”
Sudah saatnya kita kembali kepada kehidupan masyarakat yang penuh keakraban, tolong menolong, tepa seliro, dan guyub rukun satu dengan lainnya. Janganlah kita gampang dipecah belah oleh pengusaha tanpa etika yang berusaha menjajah kita semua. Ingat pesan leluhur Tan Malaka: “kita tidak mungkin berdamai dengan perampok yang menguras habis se isi rumah kita.” Selamat berjuang, kekalahan hari ini bisa jadi adalah kemenangan di masa yang akan datang.
Kadang ada baiknya saran orang, “mau hidup rukun? jauhi toko modern berjejaring dan hidupkan warung tetangga.”