Mohon tunggu...
David Efendi
David Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Kader Hijau Muhammadiyah

seorang warga biasa-biasa saja. Ingin berbagi sebagai bagian upaya memberikan arti hidup small act of Kindness. Pegiat Perpustakaan Jalanan Rumah Baca Komunitas yang memberikan akses bacaan, pinjaman buku tanpa syarat dan batas waktu. Belajar apa saja sebagai kontributor di www.rumahbacakomunitas.org

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mencintai Warung Tetangga itu Ibadah

5 April 2016   16:54 Diperbarui: 5 April 2016   17:29 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Poster Gerakan Belanja di Warung tetangga by Arya"][/caption]Dengan berharap mendapat banyak komentar catatan ini diberikan judul setengah religius yaitu "Mencintai warung tetangga itu ibadah".

Seperti catatan Alhafiz Atsari dalam blognya yang selalu inspiratif dikatakan bahwa dari bawa pohon mangga di alun-alun kidul jogjakarta melahirkan banyak ide yang unik seputar isu sosial budaya, politik, pendidikan sampai pada antropologi kuliner Nusantara. Banyak juga ide dan apresiasi atas gerakan gerakan sosial dan tindakan tindakan kreatif perlawanan.

Gagasan small act of kindness menyembul dari ruang kenyataan yang dilakoni saban minggu pagi di alkid dalam dunia akses buku pinjaman untuk siapa pun, kapan pun tanpa syarat. Tindakan sederhana ini memunculkan banyak hasrat berbuat baik termasuk ingin menjadi bagian dari komunitas yang pro terhadap keadilan, otonomi, kebebasan, dan kemanusiaan.

Banyak kisah-kisah petualangan seru telah diramu banyak penulis di laman Rumah Baca Komunitas yang menjadi arsip nafas komunitas: tentang bagaimana daya tahan dijaga dan dirawat bersama, tentang cara membahasakan penghargaan atas sesama.

Pagi yang cerah. Sejak pagI sudah gembira menyambut pagi. Hari minggu 3 April sekumpulan manusia kalibedog sudah asik bercengkerama dengan sesama pegiat, pengunjung, peminjam, dan dengan masing masing buku yang menjadi proyek Bacaan minggu pagi.

Lupet pegiat literasi lintas Madzab mencatat dengan apik pikiran terangnya demikian:

"Dari perawakannya ia masih usia sekolah dasar. Datang ke lapak perpustakaan jalanan Rumah Baca Komunitas bersama ayah dan adiknya. Adiknya sibuk sendirian membaca, ia sibuk memilih-milih buku yang ingin dipinjam, dibawa pulang untuk dikudap. Tak tanggung-tanggung jumlah buku yang dipinjamnya, tujuh buku. Salah satunya berjudul Pendidikan Ala Warung Pojok. Dilihat dari sampulnya dan sekilas saya baca isinya itu buku yang "serius", rasa-rasanya lebih cocok dibaca oleh orang dewasa. Untuk anak seumurannya itu bacaan yang barangkali tak lazim.

Usai olahraga pagi bersama ayah dan adiknya di alun-alun Kidul. Mampir ke Perpustakaan Jalanan Rumah Baca Komunitas, Tata , nama anak kecil itu, pulang ke rumah membawa buah tangan yang menyehatkan. Mengudap buku-buku itu, Tata terselamatkan dari televisi, dari bombardir iklan makanan dan minuman ringan dan properti. Membayangkan minggu pagi Tata adalah membayangkan minggu pagi yang sehat untuk anak-anak."

Catatan tersebut, seperti biasa, diunggah di laman FB pribadinya dan seperti yang sudah-sudah, Catatan pendek ini mendapat puluhan like, shared, dan komentar. Dalam Dan menyentuh itulah yang mengasikan dari catatan pemuda yang kerap dilabeli sebagai Goenisme~ pengikut gunawan Muhammad. Jangan prasangka dulu ya.

Ada yang asik selain menceritakan keluarga pelanggan lapak perpustakaan jalanan RBK di atas yaitu seputar gerakan belanja di warung tetangga atau penolakan atas dominasi pasar modern yang telah membuat banyak keresahan sosial dan huru hara di dunia "kenyataan baru" (baca:social media). Ini mengundang kreatifitas untuk menjadi bagian dari gerakan positif tersebut.

Pada jam yang sama dengan perpustakaan jalanan di alun-alun kidul sebenarnya juga sedang berlangsung gerakan jumiral di pasar tradisional gamping yang diinisiasi mahasiswa UMY dan juga melibatkan beberapa mahasiswa kampus lain di sekitar.

Rudiyanto marbun, salah satu pegiat jumiral, menceritakan aksi Gerakan Jumiral melakukan pembubuhan tanda tangan dari pembeli maupun pedagang untuk mendukung Gerakan belanja ke pasar rakyat diikuti dengan antusias. Ada beberapa temuan menarik bahwa para pedagang mengatakan dengan adanya toko berjejaring indo-alfamart dan toko modern lainya, sangat berdampak yang berakibat turunya pendapatan dan orang jarang kepasar lagi satu dialog dari salah satu ibu mengatakan.

"Tanggal enom negeniki wae pasare sepi mas mergo wes okeh swalan indomart-alfamart dadi males rep nwng pasar padahal lebih di pasar iki lebih murah mas," ucap salah satu pedagang. ada juga pedagang bilang " jalan iki mas mahasiswa brusaha untuk memperbaiki jalanya kalau hujan bece, lubang2 tadi aja ada yang baru jatuh dagunya luka dadi mungkin orang males mau ke pasar," itu dua dialog yang cukup mewakili perasaan para pedagang yang saat ini mereka rasakan.

Aksi jumiral mahasiswa yang ada dI pasar masih minim hanya ada sekitar 10 orang dan itu 85% didominasi teman-teman perempuan ada dari Stikes Ahmad yani,UMY,BSI. Sikap mahasiswa masih enggan katakan NO untuk Alfamart-Indomart sehingga masih belum bisa move on terlalu jauh.

Gerakan jumiral ini sebagai bentuk pemantik bahwa upaya hal-hal seperti ini masih dilakukan dan tumbuh dari kita kalangan mahasiswa yang mewakili keadaan Pasar Tradiasional saat ini yang ada di Jogja(Pasar gamping sleman).

Sebenarnya perlu mahasiswa yang ada di Kampus bisa terlibat mendukung pedagang pasar dan menekankan kepada mahasiswa jangan atau kurangi belanja di Indomart mengajak belanja ke warung tetangga dan pasar.

Mahasiswa penting hadir adalah sebagai "liyan" atau "the others" yang peduli pada ketahanan entitas lain secara praktis tetapI juga dalam jangka panjang juga menjaga kebudayaan kita semua. Ini yang disebut gerakan sosial baru, Saat keterlibatan bukan hanya korban secara Langsung dari Suatu kondisi.

Sebagaimana terlihat di gambar di atas, pegiat literasi memberikan dukungan dan inisiatif untuk membela warung tetangga dengan kata kata sebagaimana poster bicara tetapi juga didukung oleh upaya praktik kesehariaan untuk lebih sering menyapa Warung tetangga. Warung yang telah menjadi bagian peradaban manusia Indonesia, dengan segala kekurangan dan banyak kelebihan kita cintai seutuhnya.

Satu hal yang perlu juga kita jadikan penyemangat adalah bahwa siapa saja bisa terlibat dalam gerakan ini dengan cara masing-masing sebab, sebagaimana pesan sebuah tulisan, "perubahan tidak ditentukan oleh " anak sekolahan" tapi oleh dinamika gerakan gerakan kecil orang orang yang tak dikenal". Nah karenanya kita mesti keep moving tanpa pamrih mengajak siapa saja belanja di warung tetangga karena itu adalah tindakan asik yang manusiawi, hal itu juga bentuk tindakan ibadah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun