Mohon tunggu...
David Efendi
David Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Kader Hijau Muhammadiyah

seorang warga biasa-biasa saja. Ingin berbagi sebagai bagian upaya memberikan arti hidup small act of Kindness. Pegiat Perpustakaan Jalanan Rumah Baca Komunitas yang memberikan akses bacaan, pinjaman buku tanpa syarat dan batas waktu. Belajar apa saja sebagai kontributor di www.rumahbacakomunitas.org

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Obrolan di Group Mahasiswa

2 April 2016   11:16 Diperbarui: 2 April 2016   15:46 1
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Suatu kesempatan saya memposting cuplikan artikel di salah satu group mata kuliah yang berisi sekitar 70~an mahasiswa di dua group, begini:

Di banyak tempat, mulai dari restoran, kafe, bus kota, sampai ke gerbong kereta api (KRL) yang tampak hanyalah orang-orang yang menunduk. Harian KOMPAS (3/2-2015) menyebut kondisi itu sebagai ‘generasi nunduk’. Mereka asyik-maksyuk membaca status di Facebook, Twitter, WhatsAp, dll. Kondisi itu merupakan realitas sosial terkait dengan minat baca. Studi UNESCO (2011) menunjukkan indeks membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001. Artinya, dari seribu penduduk Indonesia hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca yang tinggi (selasar.com, 29/5-2015). Maka, dengan kondisi itu jumlah buku yang dilahap penduduk Indonesia pun rata-rata hanya 1 buku per tahun. Bandingkan dengan masyarakat Jepang yang membaca buku antara 10 - 15, dan negara lain di Asia 1 - 3 buku (beritametro.co.id, 1/9-2015). Dengan minat baca yang tinggi di banyak negara, maka pengeluaran untuk membeli buku pun besar. Sedangkan Indonesia, hasil survei tahun 2012, menempati peringkat 124 dari 187 negara yang menjadikan pengeluaran untuk membeli buku sebagai kebutuhan primer.

Lalu saya sambung dengan pertanyaan setengah menggelitik dan provokatif: apakah anda bagian dari masalah?bagian dari mahasiswa yang membuat angka buku terjual melorot?menjadikan minat baca rata rata manusia indonesia Tak kunjung beranjak dari posisi tiarap di bawah Lumpur?

Lalu, seorang mahasiswa merespon dengan sangat reflektif demikian,

Saya sepakat dengan artikel dan pertanyaan di atas. Kenapa ini bisa terjadi terhadap rakyat kita khususnya ank muda? Sebenarnya kita ini generasi muda yg condong kepada pemikiran yg mana? Kita seolah2 mengikuti pemikiran ala barat, tapi kita tidak pantas juga kalau diklasifikasikan seperti itu.

Kemudian, ajaran agama mengajak kita utk MEMBACA, tapi kita pun tdk melaksanakannya. Sebenarnya kita ini generasi apa? Apakah kita generasi setengah-tengah? Bahasa satire pun sudah sulit utk mengingatkan generasi muda indonesia untuk membaca.

Generasi mudanya punya gaya sendiri dan tidak tahu rujukan nya yg mana, dan manfaatnya seperti apa. Untuk dibilang sebagai generasi Y di abad 21 ini pun generasi muda indonesia saya rasa tidak pantas juga. Sebenarnya, dimana akar permasalahannya? Mari jawab bersama~sama.

Respon yang menarik bukan. Namun lebih banyak yang diam, ada juga yang menanggapi dengan singkat:

"Membaca juga dapat menambah kosa kata kita. Apalagi kalau baca novel. Essai juga penting."

"Iyaa. Kalau mau dibuktikan silahkan. Saya dari dulu pecinta buku soalnya. Jadi suka koleksi. Dan itu sangat membantu rull. Coba aja."

"Jika kau ingin kuasa dunia, bacalah
Jika kau ingin dikenal orang, menulislah...
(Lupa, ini perkataan siapa ya?)
Oke ris, kita coba..."

Beberapa mahasiswa mencoba Mencari sebab mengapa minat baca itu sgt minim. Ditemukan juga Jawaban sementara bahwa situasi ini dipengeruhi kuat oleh Beberapa faktor:

Pertama, masyarakat termasuk anak muda belum menjadikan buku sebagai kebutuhan pokok; Kedua, mahalnya harga buku membuat generasi muda lebih memprioritaskan hal lain. ketiga, perpustakaan yang sdh disediakan pemerintah, terlalu banyak aturan atau ribet utk kita dapat menikmati buku itu; dan terakhir barangkalali terdapat hubungan antara minat baca dengan minat menulis yang ada.

Kita masih menyangsikan apakah minat baca harus dimulai dengan kegiatan menulis, karena rata~rata sorang penulis adl yang pengetahuannya banyak & sudah pasti prnh membaca bahkan memperaktikan dari apa yang ditulis dan dibaca.

Sejatinya seperti apakah metode jitu yg ampuh utk meningkatkan minat baca?, Salah satu mahasiswa bertanya.

Jadi, group socmed dengan mahasiswa banyak manfaatnya setidaknya Kita tahu bagaimana Suatu informasi direspon dan diapresiasi. Keyakinan saya adalah bahwa setiap Kata adalah makna, dan setiap Kata adalah senjata. Obrolan di group mahasiswa yang sangat menyenangkan.

 

Salam literasi sampai mati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun