Sudah dari tahun 2008, sudah ada bau tak sedap seputar ekspansinya toko modern menyerang kampung kampung halaman kita. Tak peduli desa kota, semua dijarah sedemikian kerasnya. Satu persepuluh pasar dan warung rakyat tumbang. Diperkirakan setiap tahun ada 400an pasar rakyat bubar. Jelas, ini adalah karena negara membiarkan segala galanya jalan tanpa kendali. Ibarat perang, siapa kuat dia menang. Negara tak hadir, hanya menjadikan luka semakin parah
Kali ini, ada sajian unik dari obrolan sore di salah satu group wasapp. Tentu ini adalah bukti, ternyata banyak manusia yang sedang resah akibat misionarisme laten berwajah toko modern berjejaring yang kini juga secara syah disebut sebagai swalayan modern berjejaring. Silakan simak
[28/03 13:36] +62 85xxx2-877: Warung tetangga juga masih gratis plastiknya. Problemnya do utang ra mbayar trus bangrut warunge
[28/03 13:37] RBK: Wah masak utang semua, itukan film bajai bajuri atau film sopo jarwo. Di kulonprogo, swalayan milik warga yang udah besar berubah jadi jualan bakso tusuk setelah ada toko modern berjejaring nasional.
[28/03 13:46] +62 852-x41-xx7: Kalo di gemolong toko swalayan lestari baru group( pemilik warga Muh) sangat besar dan modern market malah kalah. Yg punya kartu anggota muhammadiyah ada dapet disc malah
[28/03 14:05] +62 852-8441-7777: Modern market dan traditional market itu sama kasusnya taxi offline dan online ngak mas Bejo?
[28/03 15:05] +62 81-6721-xxx: kalau warung tetangga malah dapetnya alfamart, lebih bagus pasar tradisional yg jaraknya lebih jauh bukan tetangga....😁😁😁
[28/03 15:11]i |RBK: Beda ini bukan soal aplikasi, ini pemerintah yang ngawur. Banyak kita temukan regulasi perlindungan pasar rakyat divandal sendiri, malah berlaku hukum rimbah
[28/03 15:32] |RBK: Juga soal pengusaha toko modern asing yang seperti misionaris ekspansionis cara dagangnya,...(ben ketok serius obrolan iki)
[28/03 15:35] Mut: Apik iki. Ada kaitabnya lho Om. The Capitalist "Bible" .
[28/03 15:40] WA PC: #JihadLawanGuritaKapitalism
[28/03 15:41] +62 852-844xxx77: Top Mas Dab Lanjutkan Perjuangan
[28/03 15:41] |RBK: Materi The Capitalist "Bible" barangkali cocok tuk kobarkan semangat di GK
Di Kulonprogo, sudah banyak warga akan aksi demonstrasi ke kantor dinas perdagangan. Mereka masih takut karena preman Dan politisi pdip membackup toko modern berjejaring
[28/03 15:55] A PC: FBS, aktivis, dalam obrolan mengatakan, hasil riset menunjukkan terjadi penurunan aktivitas ekonomi warung rakyat. Tapi, ironisnya mereka tidak mengetahui bahwa penyebabnya adalah maraknya TMB. Mereka para pelaku ekonomi rakyat menganggap naik turun bisnis sebagai hal yang biasa. Padahal, hasil riset, .signifikan menunjukkan penurunan itu disebabkan oleh maraknya TMB.
[28/03 16:21] Aina: Om, bagaimana strategi memberi edukasi (tanpa menyakiti hati penjual) kepada warung tetangga,agar warung nampak yg bersih dan rapi serta ada program2 diskon/apa... sehingga menarik tetangganya untuk beli diwarung miliknya..
#kuloserius 😊..
[28/03 16:23]i |RBK: Ya ayo bareng2. Kemarin majelis tarjih di kulonprogo siap sharing materi khutbah jumat soal warung tetangga. Di kupang gak ada toko modern berjejaring ya...malah ketemunya banyak kelontong dekat supermarket.
[28/03 16:41] +62 85xxxx7777: Tapi biasa promo jauh lebih besar di modern market. Menurut data sbenarnya pengerak ekonomi itu UMKM bukan modern market,saya pnah bekerja juga di Consumer goods realnya juga omzet paling besar dari traditional market. Biaya promosi maksudnya. Nah kasus di jakarta waktu Awal2 kepemimpinan jokowi Di DKI 1,porsi produk UMKM di modern market di perbesar tapi ada problem baru yaitu pendapatan dari pajak daerah berkurang dan akhirnya kembali lagi seperti semula.
Dari obrolan ini perlu kiranya, terus tingkatkan kewaspadaan nasional akan ancaman fundamentalisme toko modern. Harus ada radikalisasi pada rakyat untuk mengimbanginya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI